***
beberapa minggu telah berlalu, setelah sibuk merawat Melissa di rumah sakit miko kembali bekerja seperti biasanya. pekerjaan kini menjadi semakin banyak dan bertumpuk karena miko yang mengambil cuti untuk sepenuhnya merawat Melissa. mau tidak mau ia harus menyelesaikan pekerjaan hari ini juga. yang membuat miko menjadi kewalahan tanpa bantuan dari Silvia.
kebetulan Silvia izin tidak bekerja dengan alasan urusan pribadi. akhir-akhir ini tingkah laku Silvia begitu mengherankan miko. apa yang sebenarnya dialami oleh Silvia dan mengapa dirinya seakan-akan menghindar dari miko. miki hanya bisa berharap kalau Silvia dapat kembali ke wajah ceria seperti biasa.hari ini terpaksa miko bekerja lembur untuk menyelesaikan kerjaan meski seorang diri.
berlanjut dari siang telah pudar berganti malam. akhirnya miko menyelesaikan pekerjaan dengan rasa teramat lelah. ia memutuskan untuk segera pulang. hanya tinggal dia sendiri di dalam kantor perusahaan. matanya sedikit memerah akibat menatap layar komputer seharian penuh. usai merapikan barang-barang, miko segera melangkah pulang.
Disaat melintasi sebuah lorong yang gelap diantara ruko, tak sengaja miko mendengar keributan yang membuat dirinya mengalihkan pandangan kesana. ia menghentikan langkah kakinya dan melihat gadis yang mengenakan sweater kuning tengah berlutut dihadapan sekelompok preman yang tempo hari miko hajar ketika membuat kerusuhan di parkiran swalayan.
PLAKKK!!!
sebuah tamparan dilayangkan kepada wanita itu hingga membuatnya terpental beberapa jarak lalu ditangkap oleh preman lain yang menunggu dibelakang wanita itu.
"Berlutut lah meminta kepadaku untuk mengeluarkan uang untuk biaya pengobatan ayahmu!!!... jika kamu tidak ingin mereka bermain kasar dengan tubuh indahmu maka lakukan perintahku dengan tulus!!! " ucap preman yang baru saja menampar wanita itu.
Dengan berat hati dan wajah yang terluka akibat tamparan, wanita itu berlutut dihadapan sang preman kembali sambil menangis. preman itu tertawa keras melihat keputus-asaan wanita dan memberi isyarat kepada preman lain untuk memegangi tangan wanita tersebut. segera wanita itu meronta-ronta mencoba untuk melepaskan pergelangan tangannya dari cengkraman kuat preman yang hendak melakukan tindakan tidak senonoh kepada dirinya. namun usaha itu hanya sia-sia karena kekuatannya tidak sanggup melakukan perlawanan terhadap preman yang sudah bersiap untuk menikmati tubuh indahnya. iapun segera memejamkan mata karena sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
"yoo!!! lama tidak berjumpa!!!...apa kalian orang-orang pecundang yang hanya berpikiran kotor ketika melihat seorang wanita??!!... aku benci mengatakannya tapi apa boleh buat karena aku sudah merekam perbuatan kalian, apa seharusnya aku menghubungi polisi agar kalian kembali bersantai dibalik jeruji besi??... "ucap miko sambil melambaikan tangannya kepada ketua preman yang sempat ia hajar di waktu lalu.
Seketika melihat wajah miko, ketua preman segera mengingat dirinya yang tempo hari dihajar babak belur dan dijebloskan ke penjara oleh miko. wajahnya berubah pucat memutih mengingat kenangan pahit itu. iapun dengan gugup bertanya kepada miko...
"eee.. a.. anu.. boss bukankah aku tidak meminta uang iuran lagi di parkiran swalayan??... kenapa boss datang kemari??... " ucap kepala preman yang berkeringat sembari ketakutan.
"hoooo... baguslah kalau kau tidak melakukan pekerjaan kotor itu lagi... tapi setidaknya bisakah kau jelaskan perbuatanmu kali ini? " sahu miko sambil menatap tajam kearahnya.
"tunggu tunggu dulu boss... sebenarnya wanita jalang inilah yang terlebih dahulu datang kepadaku karena butuh biaya perobatan ayahnya satu minggu lalu... tapi sekarang ia tak sanggup membayar hutang itu, dan aku juga tidak menggandakannya benarkan teman-teman... " ucap preman sembari menoleh ke kawanan lainnya dan mereka mengangguk mengiyakan.
"memangnya berapa uang yang ia pinjam dari mu penjahat kecil?... "
"se... semuanya 1,8 milyar boss... itu adalah uang milik anggota klub buster kami yang akan digunakan untuk memulai usaha yang halal dengan cara berdagang. tapi perempuan ini datang dan memohon untuk meminjam uang kepada kami... "
Mendengar pernyataan jujur dari ketua preman itu, miko sangat terkejut dan sedikit kagum karena sekarang kepribadian para preman itu sudah berubah. ia pun segera mengeluarkan cek dan memberikannya kepada kepada kepala preman.
"ambillah untuk ganti uang yang wanita ini pakai... dan aku minta kalian tidak lagi memperpanjang urusan kepada wanita ini... dan satu hal lagi... kalau kalian masih memiliki pikiran kotor terhadap perempuan maka jangan salahkan aku jika bertemu kalian seperti ini di kesempatan berikutnya aku pastikan kalian tidak akan pulang dengan utuh... ! "
Kalimat terakhir miko membuat kepala preman bergidik ngeri lalu bergegas membawa rombongannya pergi menghindari miko.
Ketika rombongan itu menghilang dari pandangan, mata miko terasa buram dan kesadarannya pun hilang tiba-tiba. ia tak sempat mengucap kata dan langsung ambruk pingsan akibat kelelahan.
"aahhh... tampaknya tubuhku telah mencapai batasnya... mungkin hari ini aku terlalu memaksakan diri sampai-sampai aku jadi seperti ini... "gumamnya sebelum kesadarannya benar-benar hilang dan pandangan menjadi gelap gulita...
***
perlahan miko membuka mata dan kesadarannya mulai kembali. ia menatap langit-langit gedung rumah sakit sambil mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi sebelumnya. suara yang tidak asing terdengar disebelah miko dan membuat dirinya menoleh ke sumber suara.
"syukurlah kamu sudah sadar... kamu selalu saja memaksakan diri ketika melakukan pekerjaan... " ucap Melissa yang duduk disampir kasur rawat inap rumah sakit.
"mel... apa yang terjadi? " tanya miko yang heran mengapa dirinya kini berbaring di rumah sakit.
"semalam, kamu pingsan karena terlalu lelah dan kondisimu tidak stabil. Silvia yang membawamu kemari dan juga dialah wanita yang semalam kamu tolong... "jelas Melissa.
alangkah terkejutnya miko mendengar penjelasan dari Melissa. semalam memang miko tak sempat untuk melihat wajah perempuan yang ia tolong. namun, perasaan miko seketika dilanda kekecewaan karena mengetahui kalau Silvia selama ini menjauhinya karena Silvia tidak ingin miko tahu akan ayahnya yang sakit parah. miko kecewa dengan Silvia semakin diperkuat karena Silvia rela mengorbankan diri dan menjual tubuh demi masalah hidup yang menurutnya berat seolah-olah orang terdekatnya tak dapat membantu sedikitpun.
"dimana Silvia sekarang?? " tanya miko.
"setengah jam lalu ia sudah pergi bekerja dan akan menyelesaikan pekerjaanmu hari ini. jangan khawatir, aku akan menemanimu disini dan tak akan pergi kemana-mana... " ucap Melissa sambil menggenggam tangan miko.
Miko tersenyum dan berterimakasih pada Melissa yang akan menemaninya selama berada dirumah sakit. tentunya beberapa hari kedepan miko akan tetap berada disini menjelang sembuh total.
Melissa berinisiatif untuk menyuapi miko sarapan pagi ini karena tubuh miko belum leluasa untuk bergerak. miko merasa sedikit canggung akan hal itu mengingat baru kali ini seseorang menyuapinya makan selain dari ibu miko sendiri. bukankah ini yang namanya 'kemesraan'.
"andai saja aku yang terlebih dulu mengungkapkan perasaan ku terhadap miko..." gumam Melissa yang menyesali diri karena terlambat mengungkapkan perasaan terhadap miko.
Tiba-tiba Melissa merasa penasaran bagaimana miko bisa sampai disini. Melissa pikir tidak mungkin miko akan tega meninggalkan ibunya di desa sendirian tanpa ada yang merawat.
"oh iya miko... Ngomong-ngomong apa yang membuat kamu ingin merantau kesini? bukankah lebih baik kamu tetap berada di desa sambil merawat ibumu? " tanya Melissa penasaran.
"kalau itu...sebenarnya aku pergi dari desa bukanlah keinginanku. melainkan aku difitnah menodai perempuan dan diusir oleh dato' Rahman beserta pemangku adat lain. aku terpaksa pergi meninggalkan amakk yang harus hidup sebatang kara tanpa diriku... " keluh nya.
"tapi bukannya dato' Rahman sudah tau kalau kamu dan elya mempunyai hubungan??... "
"aku bukan menodai elya dan tidak akan mungkin melakukannya... aku dituduh menodai perempuan lain tidak kukenal ternyata perempuan itu dibayar oleh fariz untuk menyebarkan kebohongan... bahkan disaat seperti itu elya menatapi ku dengan tatapan jijik... "
Mendengar jawaban miko, Melissa teramat sedih mendengar apa yang dialami oleh miko. sekarang ia tahu kalau miko telah terusir dari desa dan merantau mencari pekerjaan untuk bertahan hidup disini. matanya tak sadar menitikkan air mata terharu dan segera memeluk miko.
"tenanglah...jan risau. Melissa indak bakal tinggakan miko surang diri... Jan ba sadiah hati yo.. mel indak ingin liek miko sadiah. "
Untuk pertama kalinya Melissa berbicara menggunakan bahasa Minang. miko yang mendengar ucapan kalimat dari Melissa membuat miko kembali teringat ketika dirinya dan Melissa dimalam acara pentas seni adat di sekolah. hatinya berdegup kencang tak menentu. perasaan yang sama ketika diri miko berada disamping elya.
"apa yang terjadi?... apakah aku mempunyai perasaan terhadap Mellissa?... mengapa begitu terasa menenangkan ketika diriku berada di dekatnya?... "
***
dua hari setelah dirawat di rumah sakit akhirnya miko menghirup udara segar dan kondisinya kini telah membaik. seperti biasa miko pun mulai normal kembali untuk bekerja. karena Melissa membangunkan nya sangat pagi membuat miko lebih dulu sampai dikantor dan tidak telat bangun. kalau saja Melissa tidak sedikit menceramahi jam tidur miko yang tidak menentu, mungkin tetap saja miko akan bangun kesiangan seperti sebelumnya.
hari itu Melissa memperhatikan segalanya untuk miko. mulai dari menyetrika baju, menyiapkan sarapan pagi, menyiapkan tas dan barang-barang kerja, sampai membenarkan dasi dan gaya rambut miko dengan rapi. itulah mengapa pagi ini setelan miko terlihat lebih baik daripada ketika ia sendiri yang tinggal di kontrakan.
Ketika sampai dimeja kerjanya, miko terkejut karena segelas kopi panas yang masih baru dibuat telah berada diatas mejanya. ia langsung melirik jam karena sepengetahuan nya, staff dapur baru akan bekerja ketika pukul delapan. sedangkan sekarang jam baru menunjukkan pukul tujuh kurang. ia pun tak lagi menghiraukan hal itu dan langsung menyeruput kopi dengan perlahan karena masih panas.
Sembari menunggu komputer menyala, ia memeriksa beberapa lembar kertas transaksi kemarin sore diatas mejanya. seseorang membuka pintu ruangannya yang tak lain adalah Silvia sambil memegangi secangkir teh panas. ia mengenakan sweater dimalam miko menyelamatkan silvia dari para preman yang menagih hutang kepada dirinya. Silvia pun segera duduk di meja kerja miliknya tepat disebelah miko.
Suasana menjadi hening bercampur canggung dirasakan oleh keduanya. terlihat miko mencoba fokus mengoperasikan komputer yang baru menyala dan seperti tak menghiraukan kehadiran Silvia. untuk memecahkan keheningan dipagi itu, Silvia membuka obrolan lebih dulu.
"bagaimana dengan kopinya??... apakah kurang manis tau terlalu manis?...maaf kalau aku membuat kopinya tidak sesuai dengan selera mu...oh iya apakah sekarang kamu sudah membaik?..." tanya Silvia sembari mengatakan kalau kopi itu adalah buatan dirinya.
Miko yang fokus menatap layar komputer hanya mengisyaratkan tangannya dengan memberi jempol tanpa berkata apapun dengan wajah yang datar. hal itu membuat senyum Silvia seketika runtuh. ia tersadar kalau sedari tadi miko tak menghiraukan dirinya. Silvia tertunduk dengan matanya yang berkaca-kaca.
"aku tahu kamu kecewa padaku... maafkan diriku karena selalu menghindar darimu... aku tidak tau lagi harus berbuat apa demi pengobatan ayahku... maafkan aku. aku salah... "ucap elya sembari menangis menyesali sikapnya yang selalu menghindari miko belakangan ini.
Miko menghela nafas dan menghentikan pekerjaannya. ia menatap Silvia yang telah tertunduk sambil menangis. miko meraih kedua tangan Silvia dan menggenggamnya dengan erat.
"kalau dirimu dalam masalah, setidaknya ceritalah kepada rekan kerjamu dan jangan menganggap bisa menyelesaikan semua nya seorang diri... yang aku kecewa darimu bukanlah perihal kamu menghindari diriku... tetapi aku kecewa karena dirimu berbohong padaku dan bahkan membohongi dirimu sendiri dimalam itu... sudahlah, anggap saja sebagai pelajaran untuk di masa depan... aku akan selalu ada untuk mendengarkan keluh kesahmu sebagai rekan kerja... "ucap miko.
Mendengar hal itu, silvia merasa amat senang miko tidak marah dan terlalu kecewa kepadanya. iapun langsung menyeka air mata dan mengangguk pelan. dan kesalahpahaman hari-hari yang lalu akhirnya telah terselesaikan dan mereka berdua mulai bekerja kembali seperti semula dimana miko yang selalu bersemangat dan rekan kerjanya Silvia yang tak pernah pelit akan senyuman. dilihat seperti itu mereka benar-benar cocok menjadi rekan kerja ataupun rekan dalam hal lainnya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments