Chapter 12 : Ungkapan Rindu lewat Telpon

***

latar tempat berganti ke kampung halaman miko.terlihat elya yang pulang dari balai sambil membawa sebuah paket dari kantor pos yang beberapa hari lalu dikirimkan oleh miko. miko meminta elya lewat pesan ponselnya untuk mengambil paket itu dan diberikan kepada ibunya. Ukuran paket yang dibawa elya terbilang cukup besar dan berat. elya bertanya-tanya apa yang telah dikirim kan miko untuk ibu Rani.iapun segera bergegas menuju rumah ibu Rani.

"assalamu'alaikum maakkk... elya datang... " ucap elya sambil terburu-buru masuk menghampiri ibu miko yang tengah membuat api untuk merebus air.

"nddeeeehhh... baa anak gadih amak nih berlarian di dalam rumah sarupo anak ketek sajo? " ucap ibu miko yang melihat elya berlarian kecil menghampirinya dengan perasaan senang.

"baa indak mak.. da miko beberapo hari nan lalu inyo mengirim paket ini dari tempatnyo. da miko berpesan jo elya untuak ma ambia paket nih dan mambarinyo ka amakk... apolah kiro isinyo yo mak, paket nan da miko kirim baitu gadang dan barek... " ucap elya yang sedari tadi penasaran akan isi paket tersebut.

"ahh bukalah paketnyo tuh dek gadih daripado penasaran... "

ibu miko pun menyuruh elya yang bersemangat untuk membuka paket itu. elyapun mengiyakan lalu membukanya.

ketika paket dibuka, terlihat dua kotak besar berisi mukena yang indah berwarna putih dihiasi butiran-butiran mutiara kecil sehingga menambah cerahnya mukena itu. Tak lupa dibagian ujung dari kotak mukena itu terdapat tulisan nama ibu rani dan elya yang berarti untuk mereka berdua. selain itu, sebuah tasbih dan kotak kecil berwarna ungu bertuliskan nama elya. iapun membuka kotak itu dan seketika matanya langsung berkaca-kaca sambil wajahnya yang kemudian memerah.

Bagaimana tidak, kotak itu berisi sebuah kalung emas murni yang ditengahnya terdapat berlian lalu dibawah berlian itu terukir jelas nama elya. terselip sebuah sura dikotak itu namun elya belum ingin membukanya dan berniat akan membacanya ketika pulang nanti. tidak ada lagi setelah itu yang lebih istimewa setelah beberapa barang diawal. hanya berisikan beberapa oleh-oleh makanan. namun ketika mengeluarkan oleh-oleh, terdapat sebuah amplop cukup tebal tertempel kertas kecil bersama amplop itu. amak pun menyuruh elya untuk membuka kertas itu yang ternyata adalah surat. iapun membacanya hingga selesai dan akan menjelaskan apan isi surat itu kepada amak.

"ya allah amaak... baitu banyak da miko mangirim pitiah untuak biaya hiduik amak... alhamdulillah... dan dan insyaallah lebaran tahun esok da miko bakal pulang menjenguk amak... " ucap elya yang mendapatkan secercah harapan bertemu kembali dengan miko di lebaran tahun depan.

ibu Rani yang mendengar kalau miko akan pulang lebaran tahun depan merasa tenang dan hatinya dipenuhi rasa rindu akan putra kesayangannya itu. namun, begitu cepat ekspresi ibu rani berubah menjadi suram ketika melihat uang yang begitu banyak didalam amplop itu. Elya yang melihat wajah suram ibu Rani memberanikan dirinya untuk bertanya.

"ado apo mak? apo nan mak risaukan? " tanya elya.

"eh dih elya... indak ado apo-apo kok dih. amak indak risau doh... alhamdulillah kalau miko akan baliak lebaran muko... " ucap amak yang langsung kembali ceria dihadapan elya.

"yasudah... oleh-oleh ini separuhnyo baok pulang yo dih... barikan kepado ayah jo bundo dih elya di rumah... "tambah ibu Rani.

"iyo amak... kalo coitu elya pulang dulu yo maakk.. assalamu'alaikum... " ucap elya sambil menciumi tangan ibu miko dan mengambil setengah oleh-oleh untuk dibawa pulang diberikan kepada orang tuanya nanti.

ketika elya telah turun dari rumah pikiran ibu Rani kembali menjadi risau mengenai uang yang miko kirim itu. entah apa yang diingat oleh ibu Rani tapi yang pasti jika raut wajahnya serius tentu bukanlah sesuatu yang baik...

***

terlihat anak-anak berdesakan keluar dari surau sehabis belajar mengaji. tinggalah elya yang merapikan Alquran di lemari sudut ruangan surau. iapun teringat sebuah surat yang ditulis oleh miko dan langsung elya baca.

"untuak elya

baa kaba dih kini? alhamdulillah kini da alah ado saketek razaki sahinggo biso mambalian kaluang nan elok untuak elya. maaf kan da miko kalau indak selalu ma agiah kaba lewat telpon. da harap dih elya indak terlalu mamikiakan da di rantau. hiduik lah tanpo raso basalah jo uda. kok ado waktu jo umua panjang, insyaallah lebaran di tahun muko kito basuo. da miko juo batarimo kasiah jo dih elya nan alah tulus merawat amak di kampuang. jaso dih indak biso tabaleh hanyo dengan sabuah kado. sampaikan salam da miko jo ayah dan bundo elya.... "

Hati elya langsung gembira setelah membaca isi surat yang miko tulis untuknya. perasaan cinta semakin bertambah dalam terhadap miko. andai waktu dapat dipercepat, tentu elya akan memutarnya hingga bertemu dengan miko. tiada kata yang melukiskan sebuah rindu antara dua insan yang saling mencintai. elya tak sabar menantikan hari bertu dengan miko.

 wajah cantik dengan pipi yang sedikit merah karena riasan dan ditambah hidung mancung menambah kecantikan elya membuat siapapun orang yang melihatnya akan terpana. itulah mengapa fariz melakukan segala cara untuk mendapatkan elya walau ia harus membuat miko terusir dari desa. namun, niat buruk fariz baru diketahui oleh para pemangku adat desa dan iapun juga diusir beserta keluarganya. sungguh kecantikan seseorang mampu membuat orang menjadi tidak waras.

tidak terasa hari telah semakin larut malam. elya yang berada dikamar sedang memasangkan kalung pemberian dari miko. elya terlihat cantik dengan kalung itu dan tampaknya serasi dengan warna kulit putihnya itu. iapun ter senyum-senyum sendiri dan merebahan dirinya diatas kasur sembari menatap ponsel yang background nya foto miko yang sedang bersama elya ketika acara pentas seni adat di sekolah SMA dahulu.

"andai dimalam elya tahu kalau da miko sedang bersedih di atap gedung sekolah, elya pasti juga akan menghiburnya... "

perkataan hati elya itu membuat dirinya menjadi gundah karena sesuatu yang belum terjelaskan. tiba-tiba perasaan rindu menghampiri elya. dengan ragu-ragu ia menekan tombol panggilan kepada miko. terlihat tulisan "berdering" menandakan kalu ponsel miko masih aktif.

"halo assalamu'alaikum... "

Suara itu seketika membuat jantung elya berdebar-debar. mulutnya tersa berat untuk menjawab salam tersebut. suara yang tak asing ditelinga elya membuat ia tidak dapat menahan diri akan perasaannya. elya memaksakan dirinya untuk menjawab salam tersebut yang tak lain dari miko. seseorang yang dicintainya.

"waalaikumsalam da miko... "jawab elya dengan gugup.

" ba'a dih elya manelpon uda tangah malam ko? apo ado kaba buek uda?, oh iyo alah sampai paket nan uda kirim ke kampuang dih? "

"alah sampai da... amakk baitu sanang mandapek an kiriman dari uda miko tuh. dan dih elya juo batarimo kasiah ka uda ateh pambarian barang bahargo nan rancak untuak elya... "

"alhamdulillah... syukurlah kalau baitu kaba baritonyo. sanang hati da miko mandanga nyo... "

"da miko...dih... dih elya rindu kabakeh da miko... capeklah pulang da... "

Kalimat itu membuat elya mengucurkan air mata rindunya yang tak terbendung. keadaan menjadi hening beberapa saat hingga kemudian suara miko terdengar mencoba menenangkan elya.

"basaba lah dulu yo dih... insyaallah capek atau lambek da miko lai kapulang... do'a kan sajo uda salamaik di parantauan... jan basadiah baitu. nanti wajah cantik dih elya indak elok lai doh... "

Elya pun menyeka air matanya sembari tersenyum. ia mengangguk dan kemudian menghabiskan malam itu dengan obrolan nya bersama miko untuk melepaskan kerinduan yang mendalam bagi elya...

***

sorot mata diwaktu yang sama beralih ke ibu Rani dengan wajah yang serius dan dipenuhi berbagai prasangka semenjak ia melihat uang kiriman dari miko. apa yang sedang dipikirkan oleh ibu rani dan mengapa raut wajahnya berubah serius ketika melihat kiriman paket tersebut.

"apokah engkau alah batamu jo Maurice?, kalau indak ba'a pulo menjelaskan paket pitiah nan paja kirim ka amak koh?... "gumam ibu miko.

Tenyata ia mengenal Maurice dan berprasangka kalau miko telah bertemu dan mengenal Maurice. namun yang tidak ibu Rani terpikirkan adalah mengapa miko tidak menulis satu katapun untuk menjelaskan keadaan tersebut kepada dirinya. sebenarnya, dari awal itulah yang ibu Rani harapkan ketika miko pergi meninggalkan desa.

Ibu Rani mengambil foto wajah miko diatas menja dalam kamar. ia kemudian duduk dan memandangi foto itu tanpa menutupi rasa rindu terhadap anak semata wayang itu yang kini tengah memperjuangkan kehidupan yang jauh dari desa. ia benar-benar tidak tega dan hanya bisa melihat punggung miko yang berjalan pergi meninggalkannya.

elya dan ibu Rani keduanya sama-sama terdapat perasaan rindu terhadap miko. hanya saja perasaan rindu itu berbeda sedikit, antara rindu sebagai seorang kekasih dan satu lagi rindu sebagai seorang ibu. mereka juga saling memikirkan bagaiman keadaan milo sekarang. elya dan ibu Rani hanya bisa menunggu kepulangan miko yang katanya akan pulang di saat lebaran tahun depan.

Ibu Rani pun akhirnya tertidur sambil memeluk foto wajah miko di tangan nya. meja jahit yan berada tepat disebelah kasur ibu Rani terlihat mulai usang dan berdebu menandakan sudah tidak lagi terpakai. namun sesuatu hal aneh terjadi di kala ibu Rani telah tertidur lelap saat ini. bagaimana tidak, logo perusahaan LGC yang tertempel di mesin jahit tiba-tiba memancarkan cahaya kecil sesaat sebelum perlahan menghilang.

Tinggal menunggu waktu semua misteri itu akan Perlahan-lahan terungkap. cepat atau lambat berbagai penjelasan pun tiba dengan sendirinya. sekarang ini hanya bisa menunggu dan bersabar.....

Episodes
Episodes

Updated 32 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!