...🍁 Jangan lupa ramaikan part ini ya!...
...Happy reading...
...***...
Lastri sudah membersihkan apartemen milik Aditya, ia tersenyum melihat apartemen Aditya sudah bersih. Rasa lelahnya sudah terbayar dengan kondisi apartemen yang sudah enak di pandang mata. Entahlah rasa yang dulu menggebu karena ia kekasih Aditya kini berubah menjadi dirinya yang dulu, ia seperti pembantu di apartemen ini karena menurutnya Aditya tidak lagi menganggap dirinya menjadi kekasih pria itu.
Ia tidak akan meninggalkan Aditya, Lastri tidak ingin Aditya merusak kebahagiaan sahabatnya. Lastri sangat tahu kehidupan sahabatnya yang hampir sama seperti dirinya. Walaupun Aileen menikah karena sebuah kesalahan tetapi Lastri dapat merasakan cinta Aileen begitu besar untuk Arsenio.
"Mas... Ehhh maksud saya tuan mau kemana?" tanya Lastri saat melihat Aditya keluar dari kamarnya.
Aditya menatap tajam kearah Lastri yang peduli kepada dirinya, entah mengapa ia tidak suka Lastri seperti itu kepada dirinya. Ada perasaan yang tidak bisa ia jabarkan setelah kejadian dua hari yang lalu dimana ia mabuk dan mengungkapkan semuanya.
Aditya mendekat kearah Lastri dan menatap semakin tajam gadis itu hingga Lastri terlihat menciut dan menundukkan wajahnya.
"Mulai sekarang kita hidup masing-masing. Jangan sesekali kamu ikut campur dengan urusan saya, kamu hanya saya manfaatkan untuk mendapatkan Aileen dan tidak lebih. Mana mungkin saya jatuh cinta pada gadis seperti dirimu," ujar Aditya menilai penampilan Lastri dari atas sampai bawah. "Saya tidak akan bern*fsu melihat dirimu yang seperti ini, saya sama sekali tidak tertarik dengan kamu. Mengerti?!" ujar Aditya dengan tajam.
Lastri meneguk ludahnya dengan kasar, ucapan Aditya memang terdengar sangat tajam dan menusuk hatinya tetapi entah mengapa ia merasa tertantang dengan ucapan Aditya tersebut.
"Saya tidak akan menyerah, Tuan. Saya akan membuat anda mencintai saya dan melupakan Aileen dari hati anda. Anda hanya terobsesi dan merasa kalah saing dengan tuan Arsenio hingga anda nekat melakukan ini, merebut istri orang tanpa tahu malu," ujar Lastri memberanikan diri yang membuat Aditya terpancing emosi.
Aditya menarik dagu Lastri dengan keras hingga gadis itu meringis kesakitan. Tatapan Aditya begitu sangat bengis kepada dirinya, sebenarnya Lastri merasa sangat takut tetapi ia berusaha untuk tenang menghadapi Aditya.
Aditya terkekeh, ternyata Lastri sangat berani kepadanya. Ia pikir gadis itu tidak akan berani melawannya tetapi melihat sisi angkuh Lastri saat ini membuat Aditya semakin ingin menyiksa gadis itu dengan kearoganan pada dirinya.
"Jangan pernah mimpi! Sampai kapanpun saya tidak akan sudi mencintai gadis miskin dan yatim piatu sepertimu!" ujar Aditya dengan tenang namun bisa membuat hati Lastri bagai ditusuk belati yang sangat tajam.
Nyes....
Lastri tak lagi bisa berbicara. Entah kenapa otaknya tidak bisa berfungsi dengan benar sekarang, ucapan Aditya memberikan efek yang begitu sangat besar hingga tubuhnya mematung bahkan ia tak sadar jika Aditya sudah keluar dari apartemennya.
10 menit berlalu akhirnya Lastri tersadar dari keterdiamannya. Air mata langsung mengalir begitu saja di kedua pipinya. "Memangnya kalau anak yatim piatu tidak boleh dicintai?" gumam Lastri dengan suara tercekat.
Ya, benar. Siapa yang mau dengan dirinya. Hidup luntang-lantung setelah kedua orang tuanya tiada. Hidupnya tidak punya arah, yang dikatakan Aditya ada benarnya juga. Tetapi tidak bolehkah iya memperjuangkan Aditya? Dan jika akhirnya mereka tidak bisa bersama maka Lastri akan menyerah di kemudian hari.
Ingin rasanya Lastri berteriak, menghilangkan rada sesak yang menghimpit dadanya hingga menimbulkan rasa sesak yang membuat Lastri kesulitan bernapas. Lagi dan lagi Aditya menyadarkan dirinya jika ia tidak berhak untuk bahagia.
*****
Aditya sudah berada di dalam kantornya. Namun, melihat seseorang yang sangat ia hindari ada didalam ruangannya membuat Aditya kembali merasa sangat kesal. Ya, seseorang itu adalah ayah kandungnya sendiri yang sialnya selalu merendahkan dirinya bahkan membanding-bandingkan dirinya dengan Arsenio yang membuat pria itu semakin membenci Arsenio.
Raga ayahnya memang ada namun ia sudah kehilangan figur seorang ayah sejak kecil. Entahlah ayahnya begitu berubah saat perusahaan mereka berkembang pesat, waktu untuk keluarga sama sekali tidak ada yang dipikiran ayahnya hanya bekerja dan bekerja. Bahkan Aditya sering sekali mendengar kedua orang tuanya ribut hingga Aditya muak tinggal dengan kedua orang tuanya dan memilih tinggal di apartemen miliknya.
"Sejak kapan Papa disini?" tanya Aditya dengan terang-terangan tidak menyukai kedatangan sang ayah.
Arvas, ayah kandung Aditya itu menatap anaknya dengan jengah. "Apa yang kamu lakukan dengan perusahaan Aditya? Kenapa perkembangannya sangat jelek sekali? Jika begitu Papa tidak akan memberikan perusahaan ini kepada kamu. Percuma menjadi anak tunggal tetapi tidak bisa diandalkan. Hanya membuat perusahaan tidak berkembang sama sekali," ujar Arvas langsung mencerca Aditya tanpa menjawab pertanyaan sang anak.
Tangan Aditya mengepal dengan sangat erat, rahangnya langsung mengeras. Ia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memajukan perusahaan. Dan Aditya sudah melakukannya namun tetap saja papanya sama sekali tidak puas.
"Apa yang Papa inginkan?" tanya Aditya dengan sangat tajam.
"Seriuslah bekerja! Papa sudah berusaha sekeras mungkin untuk sampai di titik ini dan jangan sampai kamu hancurkan semua yang sudah Papa gapai," sahut Arvas dengan tenang namun gurat wajahnya terlihat sangat serius sekali.
Walaupun Arvas tak lagi muda, lelaki itu terlihat sangat tampan, tubuhnya juga masih sangat bagus. Arvas dan Aditya seperti kembar namun beda usia, tetapi mereka tak pernah akur sedikitpun, ada saja yang menjadi perdebatan diantara keduanya hingga Aditya merasa muak dengan papanya sendiri. Kepercayaan itu tidak pernah ia dapatkan walaupun dirinya sudah bekerja disini.
"Saya sudah melakukannya. Tetapi anda tetap merasa kurang dengan apa yang saya lakukan, saya ragu apakah saya ini adalah anak anda atau bukan. Dan sekarang saya setuju jika mama meminta cerai dengan anda. Lebih baik anda keluar dari ruangan saya sekarang. Saya akan kirim laporan yang anda mau setelah ini," ujar Aditya dengan dingin.
Sungguh, Aditya begitu sangat ingin marah sekarang tetapi ia tahan sebisa mungkin di hadapan papanya.
Arvas berdiri dari duduknya, ia menatap anaknya dengan sangat tenang. "Belajarlah dengan Arsenio. Dia sangat mampu mengembangkan perusahaan daripada kamu. Jangan sibuk memikirkan kesenangan saja," ujar Arvas menepuk pundak anaknya lalu pergi begitu saja.
Sial!
Aditya mengusap wajahnya dengan kasar. Selalu saja seperti ini, kenapa Arsenio selalu menjadi perbandingan untuk papanya? Tidak tahu kah apa yang papanya lakukan semakin memupuk rasa bencinya untuk Arsenio.
Bukkk...
Aditya meninju tembok dengan sangat keras hingga jarinya mengeluarkan darah. Rasa sakit yang ia rasakan pada tangannya tidak sebanding dengan apa yang hatinya rasakan. Ia tidak ingin terlihat rapuh tetapi tetap saja ucapan papanya semakin membuat dirinya merasa kecil.
"Brengsek kamu Arsenio!" gumam Aditya dengan tajam.
Kepalanya begitu sangat berisik hingga Aditya merasa begitu pening. "Argghhh..." teriak Aditya begitu sangat emosi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Cicie Naka Yoshie
kasian Lastri😭😭😭
2024-05-26
0