Bab 2 (Masih Peduli)

...🍁 Jangan lupa ramaikan part ini ya!...

...Happy reading...

...****...

Lastri tidak bisa tertidur terlalu lama entah mengapa ia langsung tersentak dan bangun dari tidurnya yang sama sekali tidak enak karena di lantai yang sangat dingin, matanya benar-benar perih dan mungkin sudah bengkak karena ia terus-terusan menangis karena Aditya.

Dan walaupun Aditya sudah menyakiti hatinya tetapi ia masih mengkhawatirkan lelaki itu, dengan langkah yang tertatih Lastri mencoba menguatkan diri untuk berjalan kearah kamar Aditya saat ini, dengan rasa ragu Lastri membuka pintu kamar Aditya dengan perlahan.

Lastri bernapas lega karena melihat Aditya yang sudah tertidur disana, ia menghampiri Aditya tanpa suara karena takut membangunkan Aditya.

"Badan kamu panas, Mas!" gumam Lastri dengan khawatir.

Walaupun kepalanya terasa pening karena menangis, Lastri tetap melayani Aditya dengan sangat baik. Ia ingin mengompres Aditya agar panasnya cepat turun, seburuk apapun Aditya saat ini tetap saja hanya Aditya yang ia punya.

Ia tidak mungkin menyusahkan sahabatnya terus, dan ia tidak mungkin terus berhubungan dengan Aileen karena Aditya sangat terobsesi untuk memiliki Aileen walaupun harus memanfaatkan dirinya. Lastri tidak ingin sahabatnya terluka karena obsesi Aditya, biarlah dirinya yang terluka mengorbankan rasa cintanya walaupun ia akan disakiti terus menerus oleh Aditya nantinya.

"Kenapa aku tidak bisa membencimu, Mas? Padahal kamu sudah mengatakan yang sejujurnya kepadaku. Aku terlalu bodoh ya jadi perempuan?" gumam Lastri menghela napasnya dengan sangat berat sambil mengompres Aditya setelah ia mengambil air es di dapur.

"Aileen, kamu harus menjadi milikku! Arsenio harus menderita! Gara-gara dia aku selalu dibandingkan dengan papa," racau Aditya didalam tidurnya.

"Lastri, kamu adalah orang yang bisa menyatukan aku dengan Aileen. Sebelum aku bisa mendapatkan Aileen maka aku tidak akan melepaskan dirimu," racau Aditya yang membuat Lastri terdiam.

"Aku tidak akan pergi, Mas. Aileen hanya milik tuan Arsenio. Aku harus menyadarkan kamu akan hal itu," gumam Lastri dengan sendu.

Lastri menunggu Aditya dengan duduk di lantai dan meletakkan kepalanya di kasur hingga ia ketiduran. Lelah hati dan pikiran membuat Lastri akhirnya tertidur di kamar Aditya, ia tidak ingin meninggalkan Aditya begitu saja. Lastri takut demam Aditya tidak akan turun jika ia tertidur di kamarnya.

Pagi harinya Lastri terbangun terlebih dahulu daripada Aditya, ia langsung mengecek suhu tubuh Aditya dengan punggung tangannya. Akhirnya Lastri bernapas dengan lega karena suhu tubuh Aditya sudah normal kembali. Dengan cepat Lastri keluar dari kamar Aditya, ia ingin memasak bubur untuk Aditya agar kesehatan lelaki iru segera pulih.

Sebenarnya tubuh Lastri terasa lemas, jangan sampai ia juga ikutan demam. Setelah makan nanti Lastri akan segera meminum obat agar ia tidak jadi demam. Ia harus tetap sehat untuk mengurus Aditya, ia takut lelaki itu akan mengamuk kembali.

Lastri sudah berkutat dengan masakan yang ingin ia buat, ia harus membuat bubur yang enak untuk Aditya. Setelah selesai Lastri membersihkan dapur dan segera membawa mangkuk yang berisi bubur itu ke dalam kamar Aditya.

Ternyata Aditya sudah bangun, lelaki itu memegang kepalanya yang terasa pusing. Mungkin akibat minuman beralkohol dan ia juga demam menjadi menyebabnya.

"Sarapan dulu, Mas!" ujar Lastri dengan lembut seakan-akan semalam tidak terjadi apa-apa dengan dirinya dan juga Aditya.

"Siapa yang menyuruhmu masuk ke kamar saya?" tanya Aditya dengan sangat tajam.

Lastri sama sekali tidak bergeming. "Selama ini Mas tidak melarangnya. Lagi pula aku kesini mau mengantarkan bubur saja. Semalam Mas demam dan mabuk. Jangan minum minuman keras lagi Mas itu gak baik buat kesehatan Mas," nasehat Lastri dengan lembut.

"Jangan sok menasehati saya. Sekarang keluar dari kamar saya jangan sampai saya berbuat kasar terhadap dirimu!" ujar Aditya menatap Lastri dengan sangat tajam.

"Ini sarapannya, Mas. Aku keluar dulu ya," ujar Lastri dengan lembut.

"Cepat sembuh, Mas!" ujar Lastri dengan tersenyum.

"Jangan panggil saya mas lagi saya tidak suka panggilan itu keluar dari mulutmu! Panggilan itu hanya boleh Aileen yang memanggilnya," ujar Aditya dengan tajam hingga membuat hati Lastri tersentil.

"B-baik Tuan!" gumam Lastri dengan lirih, dan entah kenapa hatinya begitu sakit melihat perubahan sikap Aditya yang begitu arogan terhadap dirinya saat ini.

Aditya menatap kepergian Lastri dengan sangat tajam, akhirnya ia tidak perlu berpura-pura baik lagi terhadap gadis itu. Sungguh dirinya sangat kesal ketika harus memendam rasa kesalnya terhadap Lastri selama ini. Sekarang semuanya sudah diketahui oleh Lastri, ia tidak akan bersikap baik lagi terhadap gadis itu. Jika Lastri tidak menuruti keinginannya maka bersiap-siaplah menderita. Aditya tidak akan segan-segan menyakiti Lastri jika gadis itu membangkang.

****

Lastri menghapus air matanya dengan cepat saat mendengar ponselnya berbunyi. Nama Aileen tertera disana, tetapi Lastri ragu untuk mengangkat panggilan telepon dari sahabatnya sendiri, karena keadaan membuat Lastri harus menjauh dari Aileen. Ia tidak mau Aileen direbut oleh Aditya, karena ia tahu Aileen hanya milik Arsenio sekalipun Aditya ingin merebutnya.

"Maaf, Aileen. Mungkin ini jalan yang terbaik untuk kita," gumam Lastri saat panggilan dari Aileen sudah diakhiri karena Lastri tidak mengangkatnya sama sekali.

Dadanya terlalu sesak mengingat fakta jika Aditya hanya memanfaatkan dirinya untuk mendapatkan Aileen. Tetapi entah kenapa walaupun ia kecewa namun rasa cintanya untuk Aditya masih begitu besar hingga ia masih peduli dengan pria itu walaupun Aditya sudah menyakiti hatinya begitu dalam.

"Aku tidak tahu sampai kapan aku bertahan. Tetapi selama aku masih berada di sampingmu aku akan membuat kamu mencintaiku, Mas!" barin Lastri dengan penuh tekad.

Yah, dia tidak boleh lemah. Ia harus menyadarkan Aditya jika selama ini ia hanya terobsesi dengan Aileen karena Aditya selalu merasa Arsenio adalah saingannya selama ini, Lastri mencoba meredamkan sakit hatinya dengan menghela napas berulang kali, ia harus semangat untuk membuat Aditya mencintai dirinya.

"Semangat, Lastri. Hanya Aditya yang kamu punya saat ini. Jangan menyia-nyiakan kesempatan yang ada," monolog Lastri untuk menyemangati dirinya sendiri.

Episodes
1 Para Pemain
2 Bab 1 (Kekasih?)
3 Bab 2 (Masih Peduli)
4 Bab 3 (Menjadi Perbandingan)
5 Bab 4 (Sisi Rapuh Aditya)
6 Bab 5 (Dia Milikku)
7 Bab 6 (Bertemu Aileen)
8 Bab 7 (Kerinduan Seorang Ibu)
9 Bab 8 (Semakin Heran)
10 Bab 9 (Hari Pertama Kerja)
11 Bab 10 (Bertemu Mama Aditya)
12 Bab 11 (Apartemen)
13 Bab 12 (Kesepian)
14 Bab 13 (Memikirkannya)
15 Bab 14 (Kabar Perceraian)
16 Bab 15 (Kemarahan Aditya)
17 Bab 16 (Tak Peduli)
18 Bab 17 (Mencari Keberadaan Aileen)
19 Bab 18 (Gadis Baik)
20 Bab 19 (Mencari Informasi Tentang Lastri)
21 Bab 20 (Larangan Aditya)
22 Bab 21 (Terbongkar)
23 Bab 22 (Bagai Neraka)
24 Bab 22 (Bertemu Aileen)
25 Bab 23 (Ancaman)
26 Bab 24 (Mengawasi)
27 Bab 25 (Dia Milikku)
28 Bab 26 (Khawatir dan Syok)
29 Bab 27 (Terluka Demi Sahabat)
30 Bab 28 (Terluka Parah)
31 Bab 29 (Terbaring Lemah)
32 Bab 30 (Singapura)
33 Bab 31 (Curiga)
34 Bab 32 (Lastri Siuman)
35 Bab 33 (Permintaan Miranda)
36 Bab 34 (Amnesia)
37 Bab 35 (Perhatian)
38 Bab 36 (Memastikan perasaan)
39 Bab 37 (Cincin Pernikahan)
40 Bab 38 (Akhirnya Menikah)
41 Bab 39 (Pasutri Baru)
42 Bab 40 (Akhirnya)
43 Bab 41 (Candu)
44 Bab 42 (Perdebatan Arvas & Miranda)
45 Bab 43 (Ada Yang Aneh)
46 Bab 44 ( Aku Mencintaimu)
47 Bab 45 (Manja)
48 Bab 46 (Kesayangan)
49 Bab 47 (Kekhawatiran Arvas)
50 Bab 48 (Familiar)
51 Bab 49 (Tidak Nyaman)
52 Bab 50 (Wanita Itu Lagi)
53 Bab 51 (Mencoba Mengingat)
54 Bab 52 (Fakta Yang Terungkap)
55 Bab 53 (Diam)
56 Bab 54 (Kehilangan Miranda)
57 Bab 55 (Penyesalan)
58 Bab 56 (Terpuruk)
59 Bab 57 (Sebuah Kabar)
60 Bab 58 (Ingat Semuanya)
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Para Pemain
2
Bab 1 (Kekasih?)
3
Bab 2 (Masih Peduli)
4
Bab 3 (Menjadi Perbandingan)
5
Bab 4 (Sisi Rapuh Aditya)
6
Bab 5 (Dia Milikku)
7
Bab 6 (Bertemu Aileen)
8
Bab 7 (Kerinduan Seorang Ibu)
9
Bab 8 (Semakin Heran)
10
Bab 9 (Hari Pertama Kerja)
11
Bab 10 (Bertemu Mama Aditya)
12
Bab 11 (Apartemen)
13
Bab 12 (Kesepian)
14
Bab 13 (Memikirkannya)
15
Bab 14 (Kabar Perceraian)
16
Bab 15 (Kemarahan Aditya)
17
Bab 16 (Tak Peduli)
18
Bab 17 (Mencari Keberadaan Aileen)
19
Bab 18 (Gadis Baik)
20
Bab 19 (Mencari Informasi Tentang Lastri)
21
Bab 20 (Larangan Aditya)
22
Bab 21 (Terbongkar)
23
Bab 22 (Bagai Neraka)
24
Bab 22 (Bertemu Aileen)
25
Bab 23 (Ancaman)
26
Bab 24 (Mengawasi)
27
Bab 25 (Dia Milikku)
28
Bab 26 (Khawatir dan Syok)
29
Bab 27 (Terluka Demi Sahabat)
30
Bab 28 (Terluka Parah)
31
Bab 29 (Terbaring Lemah)
32
Bab 30 (Singapura)
33
Bab 31 (Curiga)
34
Bab 32 (Lastri Siuman)
35
Bab 33 (Permintaan Miranda)
36
Bab 34 (Amnesia)
37
Bab 35 (Perhatian)
38
Bab 36 (Memastikan perasaan)
39
Bab 37 (Cincin Pernikahan)
40
Bab 38 (Akhirnya Menikah)
41
Bab 39 (Pasutri Baru)
42
Bab 40 (Akhirnya)
43
Bab 41 (Candu)
44
Bab 42 (Perdebatan Arvas & Miranda)
45
Bab 43 (Ada Yang Aneh)
46
Bab 44 ( Aku Mencintaimu)
47
Bab 45 (Manja)
48
Bab 46 (Kesayangan)
49
Bab 47 (Kekhawatiran Arvas)
50
Bab 48 (Familiar)
51
Bab 49 (Tidak Nyaman)
52
Bab 50 (Wanita Itu Lagi)
53
Bab 51 (Mencoba Mengingat)
54
Bab 52 (Fakta Yang Terungkap)
55
Bab 53 (Diam)
56
Bab 54 (Kehilangan Miranda)
57
Bab 55 (Penyesalan)
58
Bab 56 (Terpuruk)
59
Bab 57 (Sebuah Kabar)
60
Bab 58 (Ingat Semuanya)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!