04: Datang Ke Ruangan Saya Sekarang

Sejak pukul enam pagi, Olivia dan para staf rumah tangga sudah mulai melakukan pekerjaan mereka.

“Tolong siapkan makarun hari ini berwarna pastel, ya, Olivia.” Betty sebagai ketua pembuat kue memberikan instruksi pada tujuh orang anggotanya termasuk Olivia.

“Baik, Chef!”

Pekerjaan masing-masing lantas menyibukkan mereka, namun seorang wanita muda berusia akhir 20 tahun, Rebecca, memutuskan untuk bekerja di dekat Olivia.

“Hei.”

Olivia menoleh dan tersenyum ramah. “Oh, Rebecca. Selamat pagi.”

Rebecca tertegun, “Ah, iya. Aku sampai lupa mengucapkan selamat pagi padamu.”

Sambil menyiapkan bahan kue yang akan dibuatnya, Olivia tertawa ringan. “Sepertinya yang mau kamu bicarakan penting sekali sampai lupa begitu.”

Rebecca mengangguk cepat, semakin mendekat dengan kedua tangan tetap memegang mangkuk adonan. “Aku melihatmu berbincang, bahkan bercanda dengan pria tampan kemarin malam. Dia siapa–bagaimana ceritanya kalian seperti sudah lama kenal dan begitu akrab?”

Kedua mata Olivia sedikit terbuka membelalak kemudian ia tertawa renyah. “Rupanya ini yang sangat penting itu.”

“Aku serius penasaran tahu.” Rebecca menipiskan bibirnya dan beranjak ke meja panjang yang berada di tengah dapur kue. Setelah memasukkan tepung gandum yang telah ditakar ke dalam mangkuk adonannya, ia kembali menghadap Olivia.

Olivia tergelitik dengan tatapan serius seakan menyatakan bahwa Rebecca tidak akan meninggalkannya sendiri sebelum mendapatkan jawaban. “Baiklah, baik. Namanya Paul. Kami baru pertama kali bertemu di pesta itu. Dia sangat ramah dan lucu, makanya pertemanan kami dimulai begitu saja.”

“Walaupun tidak setampan Duke, tapi kamu tetaplah sangat beruntung.” Komentar Rebecca tiba-tiba membuat Olivia kembali mengingatkan perasaan tidak menyenangkan yang didapatnya atas perlakuan Simon kemarin malam.

“Ah, iya,” tambah Olivia pada akhirnya.

“Kamu tahu, aku merasa seperti familier dengan wajah si Paul itu.”

“Dia bilang dia adalah seorang penyanyi. Mungkin karena itu.”

Rebecca mengangguk dengan mulut terbuka kecil. “Iya, bisa jadi begitu.”

Olivia telah menahan rasa penasarannya sepanjang malam. Tentang bagaimana sebenarnya kepribadian sang duke sempurna yang membuatnya sangat tidak nyaman itu. Menelan ludahnya, dengan agak susah payah Olivia membuka suara bertanya.

“Tuan Duke itu... bagaimana sikapnya terhadap para staf seperti kita ini?”

“Hng? Tuan Duke... beliau tidak begitu ramah pada para staf, tapi juga tidak pernah semena-mena. Menurutku itu sikap paling masuk akal yang bisa dilakukan seorang atasan yang bijaksana. Beliau memberikan batas yang jelas tentang posisinya sebagai atasan, tapi tidak pernah menyalahi batas sopan santun pada mereka.”

Sekali lagi, yang didengar Olivia hanyalah hal-hal baik tentang pribadi Simon. Tidak pernah sekalipun ia dengar komentar buruk mengenai pria itu. Namun, pengalamannya tadi malam juga sebuah kenyataan.

Bagaimana pun ia pikirkan, perlakuan Simon tidaklah ramah padanya. Saat menunggu Charlotte datang sampai menanyakan tentang gaun yang Olivia pakai pada wanita itu, semuanya terasa seperti sebuah ejekan yang disengaja.

“Astaga, kita terlalu hanyut dalam obrolan ini. Ayo, kita berpisah dan mulai bekerja.” Rebecca tertawa di akhir kalimatnya dan pergi.

Dapur yang luas ini entah bagaimana malah terasa menyesakkan. Sebuah firasat tak enak menyerbu dada Olivia. Namun, ia mencoba mengusirnya dan menggelengkan kepala.

“Tidak. Semuanya akan baik-baik saja.” Olivia menghela lemah. “Pasti akan baik-baik saja.”

♧♧♧

Setelah menyiapkan dan membereskan sarapan yang disantap keluarga Ainsworth, para staf mulai menyarap di ruang makan khusus mereka. Olivia tidak terlalu menikmati sarapan, ia pun selesai lebih cepat dari lainnya.

Ia berjalan keluar dari ruang makan itu dan hendak berjalan-jalan di sekitar taman, namun bunyi telepon staf berdering dan membuatnya mengurungkan niat. Olivia terperanjat melihat telepon bergaya klasik khas yang dimiliki setiap istana kerajaan itu adalah berasal dari kamar mantan duchess, yaitu ibunya Simon.

“Olivia, tolong kamu angkat dulu!” suara Betty berteriak dari ujung ruangan, terdengar seperti wanita paruh baya itu sedang bergegas kemari.

“Baiklah!” Olivia pun mengangkat gagang besi tua dan menerima panggilannya. “Dengan Olivia, apa yang Anda butuh kan, Nyonya Ainsworth?”

“Kamu Olivia?” suara Margareth Ainsworth terdengar antusias, Olivia bingung akan apa yang harus ia katakan selanjutnya.

“Iya, Nyonya.”

“Aku belum sempat bertemu denganmu secara langsung, tapi kemarin malam sepertinya aku melihatmu dari kejauhan. Kamu sangat cantik dengan gaun biru itu, Olivia.”

Aliran darah memacu dan mengalir ke wajah Olivia dengan kencang, ia yakin kedua pipinya kini sudah bersemu merah. “Terima kasih, Nyonya.”

Betty pun sampai dengan napas sedikit terengah. Tatapannya bertanya apa yang diperintahkan oleh Margareth. Olivia menggelengkan kepala dan menjawab tanpa suara, “Beliau belum mengatakannya.”

“Ah, iya. Hal yang ingin aku sampaikan adalah tolong katakan pada Betty untuk menyiapkan Blueberry Puff Pastry dengan tambahan lemon untuk Afternoon Tea nanti, ya.”

Olivia mengangguk paham dengan perintah itu. “Baik, Nyonya. Pasti akan saya sampaikan.

“Baiklah, terima kasih, Olivia.”

Olivia menaruh kembali telepon ke tempatnya dan berbalik pada Betty. “Nyonya Ainsworth minta untuk menyiapkan Blueberry Puff Pastry dengan lemon untuk acara minum teh sore nanti.”

“Blueberry Puff Pastry? Ah, sepertinya benar terjadi,” gumam Betty.

Olivia mengernyit halus. “Apa yang terjadi?”

“Nyonya hanya memesankan kue ini setiap kali nona itu datang. Sepertinya ini adalah kue favoritnya si nona.”

“Nona?”

Betty mengangguk yakin. “Maksudku Nona Charlotte. Aku yakin dia yang akan menjadi tunangan Tuan Duke.”

Pandangan Olivia tertunduk. Betty meneruskan perkataannya dengan menjelaskan pribadi Charlotte yang tampak luar biasa dari beberapa kali pertemuan dengan wanita muda itu. Namun, Olivia tidak mendengarkan dengan baik. Ia memilih untuk tidak mendengarnya.

Pikirannya membawa ia kembali ke momen saat ayahnya mengatakan dengan senyum dan mata berbinar, bahwa dirinya dibolehkan untuk tinggal di mansion keluarga Ainsworth. Kembali terpusat juga bagaimana ayahnya menceritakan betapa menakjubkannya kepribadian Simon.

“Tuan Duke meskipun masih muda, tapi beliau sangat bijaksana. Sebenarnya Ayah memiliki hutang yang cukup banyak karena biaya pengobatan ibumu, dan beliaulah orang yang membantu Ayah. Dia membayarkan semua hutang itu untuk Ayah, bukan meminjamkannya. Masih banyak lagi sebenarnya, tapi yang terpenting, beliau adalah orang yang baik. Kamu tidak akan merasa kesulitan saat bekerja untuknya.”

Sejak saat itu, di hati dan benak Olivia tertanam bahwa ia juga sangat mengagumi kepribadian Simon.

Kekaguman itu lantas berlanjut saat Betty mengajaknya keliling mansion dan menceritakan informasi lainnya terkait keluarga Ainsworth. Setiap lorong dan ruangan di mana tergantung lukisan dan foto Simon, Olivia tidak dapat mencegah ketertarikannya akan visual menawan sang duke.

Jadi, kekaguman dan ketertarikan itu adalah penyebabku merasakan emosi aneh yang campur aduk ini, atau ada hal lain?

Olivia sadar, dirinya tidak dapat memberi jawaban akan itu, ia merasa malu untuk menyatakan jawaban terjujurnya, meskipun ini adalah percakapan pribadi antara ia dan dirinya saja.

“Setahuku Nona Charlotte baru menginjak usia 23 tahun dan Tuan Duke berusia 27, besar kemungkinan mereka akan bertunangan dulu satu atau dua tahun sebelum menikah.”

“Tuan Duke dan Nona Charlotte itu... mereka sudah lama menjadi sepasang kekasih, ya?” tanya Olivia setelah kembali ke kenyataan dan mendengarkan kelanjutan cerita Betty.

“Tidak, bukan begitu.”

“Bukan?”

Betty mencondongkan tubuhnya dan bersuara lebih pelan. “Hubungan mereka terjalin karena saling menguntungkan. Perjodohan yang disepakati kedua pihak keluarga. Keluarga Nona Charlotte menguasai firma hukum dan perusahaan majalah terbesar di Inggris. Sungguh calon keluarga yang paling cocok bersanding dengan keluarga bangsawan terhormat seperti Tuan Duke.”

Olivia tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk merespons. Ia terlalu terkejut, sesuatu yang hanya pernah ia baca di novel-novel, rupanya memang benar terjadi di kehidupan nyata.

Betty mengangguk-angguk, sangat memahami keterkejutan gadis yang baru memasuki dunia para bangsawan Inggris ini. “Kamu tahu, Nak? Pernikahan karena cinta adalah sebuah berkah yang hampir mustahil didapatkan para bangsawan juga konglomerat.”

 ♧♧♧

Sore ini, saat matahari mulai menampakkan sinar jingganya, Olivia dapat melihat Margareth berbincang berdua dengan Charlotte di gazebo dekat rumah kaca yang penuh dengan tanaman hias yang indah. Mereka berdua kerap kali tertawa ceria.

Olivia tersenyum tipis melihatnya. Ia lantas melanjutkan langkah menuju ruangan pribadinya di wilayah para staf yang berada di ujung mansion. Lorong demi lorong, ruangan demi ruangan dilewatinya, dan ia terhenti saat dering telepon terdengar kedua kalinya hari ini.

Selayaknya pengulangan, situasi kali ini pun sama, hanya dirinya yang berada di sekitar telepon staf dan itu berarti ia harus menjawabnya.

Olivia berbalik karena ia telah melewati sudut telepon staf itu, kemudian sungguh tidak ia duga, jantungnya seakan berhenti berdetak begitu melihat dari siapa telepon itu.

Menyadarkan dan menguatkan diri, Olivia menggelengkan kepalanya.

Aku harus bekerja dengan baik. Apa-apaan sikapku ini?

Olivia bergegas meriah telepon itu dan mengangkatnya. Namun, tidak seperti tadi pagi, ia bukan orang yang pertama bersuara. Ia tidak sanggup.

“Halo?”

“Dengan Olivia di sini. Apa yang Anda butuhkan, Yang Mulia Duke?” Olivia bersusah payah tidak bergetar saat bicara. Dadanya naik turun seiring napasnya yang berembus tak karuan.

Simon di seberang sana, dengan suara rendah dan agak seraknya terdengar menghela pelan. “Datang ke ruangan saya sekarang, Olivia.”

...♧♧♧...

^^^** the picture belongs to the rightful owner, I do not own it except for the editing^^^

Terpopuler

Comments

agnesia brigerton

agnesia brigerton

Mau ngapain nyuruh dateng segala heh

2024-06-30

0

agnesia brigerton

agnesia brigerton

Biar bisa saling manfaatin pihak keluarga ya 😏

2024-06-30

0

agnesia brigerton

agnesia brigerton

Tunangan??????

2024-06-30

0

lihat semua
Episodes
1 01: Gadis Lusuh yang Begitu Cantik
2 02: Pria Menawan Itu Bak Iblis
3 03: Mau Berteman denganku?
4 04: Datang Ke Ruangan Saya Sekarang
5 05: Tetap Berada di Tempatmu
6 06: Aku Tidak Bisa Menerima Ini
7 07: Angkat Wajahmu, Olivia
8 08: Itu Sangat Vulgar
9 09: Tumbuh Menjadi Wanita Cantik
10 10: Tidak Perlu Terburu-Buru
11 11: Aku Tahu Dia Biang Masalahnya
12 12: Olivia Poetri Aditomo
13 13: Lama Tidak Bertemu, Olivia
14 14: Kamu Tidak Punya Pilihan
15 15: Gadis Ini Milikku
16 16: Seperti Kamu Mencintai Saya
17 17: Wajah, Kekayaan, atau Sifatnya?
18 18: Dia Akan Kembali Setelah Bosan
19 19: Sudah Mencicipinya, Itu Milik Saya
20 20: Kamu Mengakui Kami Sebagai Pasangan
21 21: Aku Takut Kamu Menjauhiku
22 22: Sedikit Tidak Sabar, Tidak Begitu Lembut
23 23: Akan Bertahan Selamanya
24 24: Pada Akhirnya Kamu Tetap Datang
25 25: Biarkan Saya Melakukannya Untukmu
26 26: Mewujudkannya Bersama
27 27: Kamu Sungguh Menginginkannya?
28 28: Tapi, Saya Tidak Seburuk Itu
29 29: Menjadi Milliku Setelah Semua Ini
30 30: Kamu Tahu Apa yang Harus Dilakukan
31 31: Malam yang Tak Terlupakan Pt. 1
32 32: Malam yang Tak Terlupakan Pt. 2
33 33: Monster atau Apapun Itu
34 34: Ketika Dia Baru Mendapatkanku
35 35: Lakukanlah, Kerahkan Kemampuanmu
36 36: Saya Berpikir Untuk Melakukannya
37 37: Pergilah Bersamaku
38 38: Seakan Kamu Dibayar Untuk Itu
39 sedikit penjelasan
40 39: Begitulah Namanya Hubungan Terlarang
Episodes

Updated 40 Episodes

1
01: Gadis Lusuh yang Begitu Cantik
2
02: Pria Menawan Itu Bak Iblis
3
03: Mau Berteman denganku?
4
04: Datang Ke Ruangan Saya Sekarang
5
05: Tetap Berada di Tempatmu
6
06: Aku Tidak Bisa Menerima Ini
7
07: Angkat Wajahmu, Olivia
8
08: Itu Sangat Vulgar
9
09: Tumbuh Menjadi Wanita Cantik
10
10: Tidak Perlu Terburu-Buru
11
11: Aku Tahu Dia Biang Masalahnya
12
12: Olivia Poetri Aditomo
13
13: Lama Tidak Bertemu, Olivia
14
14: Kamu Tidak Punya Pilihan
15
15: Gadis Ini Milikku
16
16: Seperti Kamu Mencintai Saya
17
17: Wajah, Kekayaan, atau Sifatnya?
18
18: Dia Akan Kembali Setelah Bosan
19
19: Sudah Mencicipinya, Itu Milik Saya
20
20: Kamu Mengakui Kami Sebagai Pasangan
21
21: Aku Takut Kamu Menjauhiku
22
22: Sedikit Tidak Sabar, Tidak Begitu Lembut
23
23: Akan Bertahan Selamanya
24
24: Pada Akhirnya Kamu Tetap Datang
25
25: Biarkan Saya Melakukannya Untukmu
26
26: Mewujudkannya Bersama
27
27: Kamu Sungguh Menginginkannya?
28
28: Tapi, Saya Tidak Seburuk Itu
29
29: Menjadi Milliku Setelah Semua Ini
30
30: Kamu Tahu Apa yang Harus Dilakukan
31
31: Malam yang Tak Terlupakan Pt. 1
32
32: Malam yang Tak Terlupakan Pt. 2
33
33: Monster atau Apapun Itu
34
34: Ketika Dia Baru Mendapatkanku
35
35: Lakukanlah, Kerahkan Kemampuanmu
36
36: Saya Berpikir Untuk Melakukannya
37
37: Pergilah Bersamaku
38
38: Seakan Kamu Dibayar Untuk Itu
39
sedikit penjelasan
40
39: Begitulah Namanya Hubungan Terlarang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!