“Ayo kalian ikut!” pinta Nyonya Rani yang memang ingin mengajak Arvel dan Tiara.
Dirga yang semula sibuk dengan menu sarapan paginya. Terganggu dengan ucapan sang mama. Siapa yang diajak mamanya. Tiara atau Arvel, atau keduanya.
“Ke mana Tante?”
Arvel yang sudah menghabiskan hidangan di piringnya tampak antusias. Sebulan sebelum ia memulai bekerja di perusahaan akan ia gunakan untuk bermain-main. Tidak ada salahnya sedikit menjahili Dirga. Dia terlalu serius menjadi seorang pengusaha dan seorang suami.
“Temani Om dan Tante melihat proyek pembangunan gedung di Jakarta Barat, kamu mau kan?” tanya Nyonya Rani penuh harap.
“Tentu, aku ikut! Bagaimana dengan kakak ipar?” tawar Arvel. Tugasnya di sini adalah mengganggu Dirga. Harus di awali dengan mengganggu istrinya terlebih dahulu.
“Emm—,” gumam Tiara melirik ke arah Dirga.
Dirga membuang pandangan. Hal itu membuat Tiara kecewa. Setidaknya, ia ingin Dirga menunjukkan kepedulian dengan melarangnya. Bukan, mengacuhkan seakan tidak peduli.
“Lebih baik kamu ikut Tiara, daripada di rumah saja!” Kedua sudut bibir Nyonya Rani melebar, membentuk sebuah senyuman. Ia ingin Tiara ikut, ingin bicara empat mata dengan menantunya tanpa sepengetahuan Dirga.
“Iya kakak ipar, kamu harus ikut. Aku juga ingin mengenalmu lebih dekat,” timpal Arvel. Dengan sengaja ia mengerlingkan mata, dan menunjukkan pada Dirga.
“Tidak, Tiara tidak boleh ke mana-mana, ia baru pulang kemarin, aku mau dia tetap di rumah!” larang Dirga. Bukan sekali dua kali, tetapi ini sudah ketiga kalinya Arvel menunjukkan ketertarikannya pada Tiara.
“Dirga, apa-apaan kamu ini, Mama juga ingin jalan bersama Tiara. Bukan hanya kamu tapi mama juga sangat merindukan Tiara!” Nyonya Rani jelas tidak suka dengan Dirga yang semena-mena melarang Tiara keluar rumah. “Pokoknya, Arvel dan Tiara ikut pergi bersama papa dan mama!” tegasnya tidak ingin mendapat bantahan.
“Terserah kalian saja!” Dirga bangkit dari duduknya. Melihat ke arah Tiara sejenak. “Aku berangkat kerja sekarang! Siang nanti, aku pulang ke rumah dan aku ingin Tiara sudah tiba di rumah! Kalau tidak aku tidak kan mengizinkan dia pergi!” tegas Dirga. Masih belum rela jika Arvel dan Tiara akan pergi bersama-sama.
‘Apa dia sedang cemburu?’ batin Tiara.
“Tiara, antar aku ke depan!” pinta Dirga.
“I— I ya,” sahutnya terbata. Mengikuti langkah Dirga.
Tiba di beranda rumah.
“Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan!” ujar Dirga. Berkacak pinggang, belum juga berangkat ia sudah khawatir dengan Arvel.
“Apa?”
Hanya itu yang keluar dari mulut Tiara, tidak tahu apa yang di maksud suaminya.
“Jangan terlalu dekat dengan Arvel, jangan tersenyum padanya, jangan membalas tatapan matanya, dan jangan pulang terlambat. Jam makan siang aku sudah di rumah dan setidaknya, hidangkan dua masakan buatanmu. Apa saja!” Dirga mengulurkan tangan. Memaksa Tiara untuk mencium punggung tangannya. Lantas, ia mencium kening sang istri dan segera masuk ke dalam mobil.
Tomi, membuka pintu lalu duduk di belakang kemudi.
“Apa aku tidak salah lihat, Tuan?” selidik Tomi. Ia baru saja menyaksikan Dirga mendaratkan ciuman di kening sang istri.
“APA? HAH!”
“Jangan bertanya apapun dan segera berangkat!’ titah Dirga mengatupkan bibir. Tidak ingin Tomi mengulik peristiwa yang baru saja dilihatnya.
Hening.
Tangan Tomi terulur, memutar kunci mobil. Lantas, mulai menjalan mobilnya keluar dari kediaman keluarga Atmaja.
Di tengah perjalanan, Tomi mengamati Dirga beberapa kali. Pria itu sibuk menggeser layar ponselnya seperti sedang menghubungi seseorang.
“Siapa yang sedang Anda telefon, Tuan?” tanya Tomi.
“Ronald, dia ke mana! Selalu saja susah dihubungi!” keluhnya
“Untuk apa menelefon Ronald?” selidik Tomi. Biasanya, dia yang akan menelefon Ronald atas perintah Tomi.
“Aku ingin dia memata-matai Tiara!” sahutnya, tanpa sadar.
“Tuan Dirga!”
“Ya!”
“Sepertinya Anda sudah mulai jatuh hati dengan Nona Tiara!” tebak sang sekretaris penuh percaya diri. Dalam sekejap saja sudah banyak petunjuk yang Dirga paparkan.
“Jangan bercanda, jaga ucapanmu, Tom! Aku tidak akan semudah itu jatuh cinta pada siapa pun! Termasuk Tiara!” tegas Dirga.
“Berani taruhan?” goda Tomi senyum merekah di bibirnya.
Dirga membuang muka. Memilih untuk tidak meladeni Tomi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Laila Isabella
ngaku aja deh tuan dirga kalau udh jatuh cinta..😍😍
2024-05-24
0