“Aku akan menjemput Tiara, malam ini juga,” ujar Dirga. Sudah cukup ia menahan diri. Sudah tidak bisa menghabiskan malam sendirian, tanpa Tiara.
“Apa Nona Tiara masih menolak untuk pulang ke rumah?” tanya Tomi.
“Ya, aku lihat dia menyembunyikan sesuatu, dia marah dan berpikir berulang kali untuk pulang ke rumah!” keluh Dirga. “Dan aku tidak tahu kenapa!” Dirga mulai risau, jelas sekali ia mulai peduli dengan perasaan Tiara.
Tomi diam, sejujurnya ia juga merasa geli dengan Dirga. Bukan hanya Tiara, tetapi Dirga sendiri masih belum terbuka dengan hatinya. “Aku rasa Anda mulai menyimpan rasa terhadap Nona Tiara Tuan!” ujar Tomi.
“Hahaha, kau bercanda?” tawa Dirga. “Aku tidak mungkin jatuh cinta dengannya, kalau pun aku ingin Tiara pulang ke rumah, itu karena aku ingin dia menjalankan kewajiban sebagai istri! Bukan karena aku mencintainya!” Dirga berkilah, menertawakan pendapat sang sekretaris.
“Aku tidak bercanda Tuan, apa aku perlu menjabarkan semuanya. Pertama, Anda tidak suka saat Nona Tiara dekat dengan sahabat prianya. Kedua, Anda tidak tenang saat Nona, belum ditemukan. Anda terus melakukan pencarian dan akan melakukan apapun agar Nona Tiara segera ditemukan. Ketiga, Anda mengeluarkan sejumlah uang yang cukup besar untuk membeli kafe ADC. Ke empat, Anda terus mencari peluang agar terus bisa bertemu dengan nona Tiara! Dan yang paling jelas itu saat Anda mengalah, sebelumnya aku tidak pernah melihat Anda mengalah dan mau menurut! Tetapi dengan Nona Tiara Anda tidak memaksanya! Itu benar-benar luar biasa Tuan!” jelas Tomi berhasil menyudutkan Dirga dengan segala bukti yang ia paparkan.
“Hentikan omong kosong dan ocehan mu, Tom! Aku melakukan semua itu hanya karena ingin mencukupi kebutuhan ranjangku!” tegas Dirga menyanggah semua tuduhan sang sekretaris padanya.
“Sebenarnya, aku menyuruh Vania untuk menemui Nona Tiara,” ungkap Tomi. “Mungkin saat ini mereka sudah bertemu!” imbuhnya. Jujur saja, Tomi tidak bisa diam saja, membiarkan Dirga semaunya sendiri pada istri kontraknya. Tiara sebatang kara, tidak memiliki siapapun untuk bertukar pendapat atau menasehatinya.
“Untuk apa?” tanya Dirga.
“Aku tidak tahu, Vania sendiri yang berinisiatif bertemu dengan Nona Tiara.” Bisa di bilang, Vania akan menjadi mentor, agar Dirga tidak semaunya sendiri. Vania adalah adik kandung Tomi, yang memiliki kecerdasan hampir sama dengannya.
“Hah! Aku tahu, adikmu itu pasti berniat buruk padaku!” Dirga hanya bisa menebak. Sejak dulu Vania, yang merupakan adik dari sekretarisnya tidak pernah berpihak padanya dalam hal apapun.
“Vania, sebenarnya berada di pihak Tuan Dirga, dia juga peduli dengan Anda hanya saja Vania tidak pernah menunjukkannya secara terang-terangan." Tomi perlu menjelaskannya.
“Aku tidak seyakin itu!” bantah Dirga. Dari dulu Vania menjadi teman yang tidak pernah berada di pihaknya.
* *
“Perkenalkan, aku Vania, adik Tomi dan merupakan teman Tuan Dirga, kamu teman lama!” sapa seorang wanita wanita muda yang cantik dengan penampilan elegan yang saat ini duduk di hadapan Tiara.
Kafe ADC tampak sepi setelah jam delapan malam. Hanya Vania yang menjadi satu-satunya pengunjung. Dan ia berhasil membawa Tiara keluar dari tempat kerjanya itu.
“Saya Tiara, tapi maaf, saya tidak tahu apa maksud kedatangan Anda ke sini!” sahut Tiara. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan adik sekretaris Tomi. Wanita di hadapannya itu tampak cantik dan modis. Benar-benar mencerminkan seorang wanita yang merupakan istri dari pria perfeksionis dan pekerja keras seperti Pak Tomi.
“Tidak perlu sungkan, di sini aku hanya ingin menolong mu!” Vania memperhatikan Tiara. Dari sorot mata lawan bicaranya, Vania bisa merasakan kesedihan yang dirasakan Tiara. Kesunyian, terpahat jelas di matanya..
“Aku—." Tiara menghentikan ucapannya.
“Ayo ikut aku, aku akan mengajakmu pulang ke rumahku dan akan mengantar pulang ke rumah keluarga Abraham!” usul Vania.
“Tidak, aku tidak mau ke sana!” tolak Tiara cepat.
“Kenapa! Bukankah kamu menyukai Dirga? Aku lihat kamu menaruh hati padanya!” tebak Vania. Tanpa diketahui siap pun, ia sudah mencari tahu lebih banyak tentang Tiara. Tentu saja dari Ferdinand dan Vida.
“Tidak aku tidak menyukainya!” Tiara menunduk. Vania, dia sedang menelanjangi perasaan Tiara terhadap Dirga.
“Lalu, kenapa kamu pulang dari Bali terlebih dahulu? Kamu melakukannya karena kamu cemburu dengan Rosalin kan?” tebaknya, lebih ke menuduh.
“Tidak! Aku hanya tidak suka Tuan Dirga tidur dengan wanita lain, pagi itu aku melihat Rosalin keluar dari kamar Tuan Dirga!” ujarnya. Sebelumnya Tiara tidak mengatakan hal itu pada siapa pun.
“Fix, kamu cemburu itu artinya kamu jatuh cinta pada Dirga! Sekarang ikuti aku dan aku pastikan akan membuat Dirga membalas perasaanmu Tiara!” papar Vania. Ia mengajak Tiara pergi dari kafe, lalu masuk ke dalam mobilnya.
Sepanjang perjalanan Tiara lebih banyak diam. Vania memang orang asing. Namun, Tiara sangat mempercayainya. “Kita mau ke mana?” tanya Tiara ketika mobil berhenti di lampu merah.
“Aku perlu membawamu ke salon, setelah itu aku akan mengantarmu ke kediaman keluarga Abraham!” jelas Vania.
Tiara diam, tidak memberikan penolakan. Bukan berarti dia setuju.
“Jangan menolak! Aku akan membantumu! Tenanglah!” bujuk adik dari Tomi itu. “Aku pastikan Dirga akan bersikap baik dan akan jatuh hati padamu!” imbuhnya.
Tiara melirik sekilas, diam-diam ia menilai kesungguhan ucapan Vania. Tidak ada kebohongan di sana.
“Lantas, apa yang harus aku lakukan?”
“Kamu harus tahu, di sini bukan kamu yang membutuhkan Dirga, tapi Dirga yang membutuhkanmu!” ungkap Vania. Lampu lalu lintas berubah hijau, ia kembali menjalankan mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments