KAMPUNG HALAMAN

Aku menghembuskan nafas dan mengucap dzikir berulang kali, karna pemadangan yang sekarang kulihat sungguh menyedihkan tanah bergerak dan pohon yang tumbang membatasi jalan yang kami lewati.

terpaksa kami turun dari mobil. beberapa warga yang melihat kami turun dari mobil, mereka saling lirik. karna memang jarang ada yang naik kendaraan roda empat apa lagi bisa dibilang mobil yang kami naiki mobil yang mungkin bagi mereka asing.

" mulih karo sopo iku? " tetangga saling tatap.

aku diam mencari keberadaan budhe Safir mengikuti langkah ku. tanah berlumpur dan rumah yang sebagian tertimbun longsor,

bude langsung datang memapah ku, aku langsung di peluk oleh budhe laksmi.

" yang sabar yah nok " ucap budhe laksmi.

aku langsung di antar Oleh budhe dan pakde menuju rumah ku yang hancur, dan makan kelurga ku.

kondisi rumah yang sudah ambruk mengisahkan kenangan disana, meskipun rumah itu dulu rumah turun temurun dari jaman buyut ku, namun nuansa jawa disana juga hancur, pohon jambu yang dulu pernah ku buatkan ayunan disana dengan Rara, juga roboh tak tersisa, semuanya tingal kenangan sungguh sangat dasyat goncangan alam.

kali ini aku berusaha lagi menguatkan ku karna akan menuju makam mbah dan adik ku, meski langkah ku kuatkan, hasilnya tetap sama saja aku lemah dan pilu.

harus melihat peristiwa yang tak pernah ku duga, namun memang semua makhluk yang bernyawa pasti akan meninggalkan Dunia.

sejauh ini aku meratap batu nisan aku lemas lagi saat aku sadar adik ku dan mbah ku sudah meninggal...

" Ya allah ya robi.." Aku menangis sambil ku peluk makam Rara.

" mba kangen Ra, mba ngak nyangka kita bakalan kaya gini..

aku menangis tidak menghiraukan siap pun! di sekitar ku, kulihat Safir menatap ku dengan iba, ia langsung mengajak ku berdiri, karna aku meronta di tanah.

" Ratna kamu yang tenang, sabar istigfar " Safir membantu ku berdiri. di bantu oleh budhe juga..

namun tiba-tiba kulihat bapak datang bersama istri barunya, yang membuat amar ku meronta.

" mau apa bapak kesini " ucap ku penuh amarah.

" maafkan bapak nok, bapak cuman mau melihat makam putri bapak sama mbah." ucap bapak ku.

" buat apa pak! lihatlah setelah Rara sudah berada dalam tanah bapak baru minta maaf. buat apa pa...hah..buat apa!! " aku teriak di hadapan bapak tidak perduli dengan wanita yang ada di sampingnya.

aku memukul dada bapak bapak mungkin ingin memeluk ku namun aku meronta, amar ku menjadi jadi. hingga tidak aku sadari aku ambruk terjatuh pingsan.

rasanya dingin gelap mataku tidak bisa melihat apa pun! namun aku terurus berlari mencari cahaya kecil yang hampir padam.

saat aku mendekat arah cahaya kulihat disana ada rara mbah akung mbah uti, aku teriak dan berlari dengan tenaga yang tersisa namun tidak bisa!

hingga aku mendengar suara lantunan dzikir di Telinga membuat mata ku yang tadinya berat di buka dan gelap, kini aku bisa melihat jelas satu persatu orang disana.

Safir memberikan aku segelas Air putih, ia membantu ku minum.

" pelan-pelan, saja " ucapnya.

kening ku di pijat oleh najma,

" aku tadi kenapa? " ucap ku lirih.

" tadi kamu pingsan, untung saja pacar mu sigap membopong awak mu sampai Rumah " cicitnya.

" pacar ku..." ucap ku heran dalam hati.

Apa mereka mengira Mas Safir adalah pacar ku?.

" kamu istilah dulu saja nak pasti cape. " ucap pakde pada Safir.

" iyah pak "

" mas nya, asli jakarta? " pak dhe, muali mengajak Safir berbincang.

" iyah pak, " ucap safir sambil tersenyum tipis.

bude mengangsurkan Teh hangat dan singkong rebus.

" tidak perlu repot-repot bu."

" mboten nopo mas Ganteng, adanya juga makanan sak anane yah maklum habis kena gempa yo, kebetulan juga kan akses disini jauh dari pasar. " ucap bude. sambil ikut duduk.

aku mengamati mereka tersenyum, karna. ternyata Mas Safir bisa membawa diri. mengobrol dengan kelurga ku,

" mas ini pacarnya Ratna tah? " tanya bude..

" ibu iki.." pakde manakah, karna Safir sampai terbatuk meminum Teh nya.

" Dia Orang baik bude pakde, yang mau nganterin Ratna pulang sampai sini." ucap ku meskipun dengan suara lemah.

" loh..budhe mikire iku lanang mu.." ucap budhe tersipu malu.

" Namanya siap wong bagus? "

" Safir alkatiri " mas Safir tersenyum tipis.

bahkan najma saja ku perhatikan dari tadi melihat mas Safir seperti orang salting.

jelas saja karna Mas Safir adalah pria idaman Rahang tegap jambang tipis alis yang tebal, hidung mancung, membuat siap pun! yang melihat pasti akan salting,

aku menyadari saat pandangan pertama melihat Mas Safir juga aku salah tingkah.

aku mulai jenuh karna harus terbaring terus menerus. dan kurasakan juga tubuh ku sudah enakan.

" budhe aku mau duduk di luar. " aku beranjak pelan.

" loh awak mu sudah enakan tah? "

" sudah budhe alhamdulillah, " aku beranjak keluar

sebenarnya bukan hanya faktor suntuk saja, tapi kulihat wajah mas Safir yang bingung karna budhe dan pakde tidak berhenti mengajak nya ngobrol dengan bahasa jawa pula,

" mas Safir kan bukan orang jawa, yang ada nanti dia bingung. " gerutu ku,

Mas Safir menghampiri ku dan duduk di samping ku,

" udara disini dingin juga yah Na? " kulihat ia bersidekap menahan dingin.

" iyah mas."

" kamu gimana sudah mendingan badan nya?"

" alhamdulilah mas, " ucap ku, aku tidak berani melirik nya, saat ia sedang memandang ku.

" terimakasih yah mas, aku sudah banyak merepotkan " ucap ku.

" iyah. aku senang bisa bantu kamu."

tiba-tiba ponsel nya berdering...

" aku angkat sebentar yah.." mas Safir mengangkat Telfon dan berlalu pergi meninggalkan ku.

" kemarin jamal bilang kamu ada acara di bogor " ucap anita dari balik Telfon.

" iyah mamih, "

" terus kamu pulang kapan? "

" aku belum tahu sih mih, "

" loh kok belum tahu, kan mamih udah bilang kamu ngak perlu ngekos lagi, buat apa sih? kaya orang miskin." celoteh anita.

" mamih pasti aku pulang, mamih tenang aja, udah dulu yah aku sibuk. Assalamualaikum "

Safir langsung menutup telfon, karna ia malas jika harus berdebat lagi dengan Anita.

🌷🌷🌷🌷

semalam kutinggalkan mas Safir yang

lama menelfon, aku kesal karna pikir ku mungkin dia di telefon oleh kekasih sungguhan nya. tidak seperti ku yang halu.

" pagi.." sapanya.

saat aku sedang duduk di amben.

" pagi juga.." nada ku sedikit ketus.

" kamu kenapa? semalam selesai aku menelfon kamu udah ngak ada, sampai aku binggung mau tidur dimana. "

" ohh.. " jawab ku datar..

" kamu kenapa? "

" ngak papa.." ucap ku.

" kamu cemburu? "

wajah ku mungkin langsung memerah, apa mungkin aku cemburu aku kan bukan siap-siap nya..

" ngak kok.." jawab ku asal.

" muka kamu kentara banget yah." ia menahan tawa.

" idih siap yang cemburu.. " ucap ku dang langsung berniat pergi.

Mas Safir langsung mencegah aku pergi dan memegang tangan ku....

happy reading....!!!!💐💐 💐

jangan lupa like and vote karya ku yang baru rilis.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!