Bab.2 Tragedi dan Kesepakatan

Nisa pun pulang ke rumah setelah satu minggu berada di rumah neneknya. Dirinya merasa aneh saat sampai dirumahnya. Pasalnya penghuni rumah sedang perang dingin saat itu.

"Pak,.. Ada apa ini??" tanya Nisa.

"Tidak ada, sudah kamu masuk kamar dan istirahat." ucap Supri.

"Oke." balas Nisa bingung.

Esok harinya, Nisa mulai pekerjaan rumah seperti biasanya. Dan dirinya sedang memasak di dapur.

"Nisa dengar ya.. Pokoknya semua harus udah beres sebelum jam 10.." ucap Sinta.

"Baik bu." ucap Nisa heran.

Pasalnya selama ini, Sinta tak pernah peduli asalkan ada makanan di atas meja tapi tiba-tiba ibu tirinya itu menjadi lebih ganas dari biasanya. Bahkan Nisa pun diomeli untuk hal yang bukan kesalahannya.

"Kak.. Apa ini??" tanya Mariana.

"Terong balado sama sayur sop." ucap Nisa.

"Dih, makanan orang miskin." ucap Mariana.

"Kalau mau makan enak, sana cari kerja sendiri.. Memangnya cari uang gampang.." ucap Nisa.

"Bu.. Lihat ni kakak nyuruh aku kerja.." ucap Mariana.

"Apa??? Nisa kau ini apa-apaan?? Kau saja tak kami suruh bekerja.." ucap Sinta.

"Habisnya Mariana protes sama makanan hari ini.. Biasanya juga makan itu." ucap Nisa.

"Ini semua gara-gara kamu tahu gak?? Apa ini tiap hari makan sayur-sayur begini, gak ada gizinya." ucap Sinta.

"Terus ibu mau makan apa? Kita tinggal di kampung bu bukan di kota. Lagipula uang kita juga pas-pasan." ucap Nisa.

"Kamu ini sudah berani membantah orang tua, makanya kamu ini cari uang biar kita bisa hidup enak." ucap Sinta.

"Kenapa bukan Mariana saja?? Kenapa cuma aku?? Dari awal kan ibu yang gak mau aku kerja di kota??" balas Nisa kesal.

"Dasar anak gak tahu diri.." ucap Sinta.

Plakk..plak..

Dua tamparan keras pun mendarat di pipi Nisa. Seketika Nisa pun menangis masuk ke dalam kamarnya. Sementara Sinta dan Mariana pergi dari rumah, mereka pergi ke warung nasi di dekat sana untuk makan karena jijik dengan masakan Nisa.

Setelah keduanya tak terdengar lagi, Nisa pun ikut meninggalkan rumah dengan membawa bekal untuk ayahnya di sawah. Nisa pun tiba di sawah dengan diam dan hening. Sampai Supri tak menyadari kehadirannya.

"Nisa, kapan kamu sampai?" tanya Supri.

"Belum lama pak." balas Nisa.

"Pipi kamu kenapa merah nak?? Ibumu menamparmu?" tanya Supri.

"Aku lagi pakai blush on pak.. Biar cerah mukaku." ucap Nisa berbohong.

"Nisa jangan bohongi bapak, bapak tau kamu habis menangis." ucap Supri tegas.

Akhirnya Nisa menceritakan kejadian tadi di rumah mereka. Lalu Supri memintanya bersabar. Mereka pun makan siang bersama dan berbicara setelahnya.

"Nisa, bapak sudah berpikir panjang selama kamu di rumah nenek." ucap Supri.

"Mikirin apa sih pak, sampai sepanjang itu?" balas Nisa.

"Duh kamu ini, bapak serius.. Kamu harus ke kota saja mencari pekerjaan." ucap Supri.

"Pasti gara-gara ibu ya sama Mariana.?" balas Nisa.

"Ini bukan sekali dua kali kan? Makanya bapak pengen kamu merantau saja sekalian dan menikmati hidup di kota." ucap Supri.

"Terus bapak gimana?" tanya Nisa.

"Bapak kan petani nak, selama bapak masih hidup, bapak bisa cari uang sendiri dan kamu juga harus menikmati hidupmu." ucap Supri.

"Beneran pak gak apa-apa??" tanya Nisa.

"Iya.. Nanti bapak kasih uang saku untuk tiga bulan pertama, kamu pasti butuh tempat tinggal dan makan sebelum terima gaji." ucap Supri.

"Sungguh?? Bapak gak becanda kan?" tanya Nisa.

"Iya nak.. Kamu nanti pulang buat lamaran kerja ya.. Semuanya nanti bapak yang urus soal uang." ucap Supri.

"Yeay.. Makasih pak." ucap Nisa.

"Pokoknya kamu jangan mikirin bapak, kamu pikirin hidup kamu sendiri aja.. Ibu sama adikmu biarin aja mereka mau bilang apa." ucap Supri.

"Oke pak.." ucap Nisa.

Nisa pun senang bukan kepalang setelah mendapat ijin dari ayahnya langsung. Dan dirinya juga bahagia bisa mulai mencari uang sendiri, serta tak perlu repot mengurus ibu dan adik tirinya. Tanpa pernah tahu kalau ini adalah upaya terakhir Supri agar Nisa bahagia.

Sepulang dari sawah, Nisa pun menyiapkan segala berkas untuk melamar pekerjaan. Beberapa juga ada yang Nisa kirimkan via email. Sementara Supri ikut senang melihat wajah bahagia Nisa.

"Nisa besok kamu gak usah ke sawah ya, urus aja semua keperluan kamu.. Bapak juga mau panen sama yang lain." ucap Supri.

"Oh.. Iya pak." ucap Nisa.

....

Keesokan harinya, Nisa menyiapkan segala keperluannya untuk pergi ke kota. Ibu tiri serta adik tirinya hanya bisa memasang raut wajah masam tanpa bisa melawan perintah Supri. Mereka semakin membenci Nisa karena harus pergi dan merantau ke kota. Tapi yang paling membuat mereka kesal adalah Nisa yang harus menolak lamaran tuan Doni.

Hari itu para petani sedang bahagia karena tengah panen. Mereka pun mengumpulkan hasil pertanian dan menaruhnya di gudang. Sebagian sudah mereka jual ke tengkulak dan sisanya mereka taruh di gudang penyimpanan.

Dan pada malam harinya saat semua sedang merayakan panen kali ini, mereka pun pulang ke rumah dengan bahagia. Saat semua orang sedang tertidur pulas sebuah insiden kebakaran pun terjadi.

Kebakaran yang terjadi tanpa tahu penyebabnya itu membakar gudang penyimpanan milik Supri dan beberapa kebun miliknya. Beberapa warga yang sedang ronda malam pun teriak dan membunyikan pentungan yang menandakan adanya kebakaran. Dalam sekejap, api melalap gudang makanan dan beberapa lahan warga yang berada di dekat lahan Supri.

"Kebakaran.. Kebakaran... "

Tok..tok..tok..tok..

Semua pun panik bergegas memadamkan api, semalaman pun mereka memadamkan api yang menyulut tersebut. Setelah api padam, Supri dan beberapa warga desa yang mengalami kerugian pun lemas mendapati semuanya habis terbakar.

"Tidak.." ucap Supri.

"Pak Supri, bapak punya musuh ya?" tanya seseorang.

"Tidak, apa maksudmu?" balas Supri bingung.

"Ini lihat, ada jejak ember bensin disini.. "

"Aku juga tak tahu pak, kenapa bisa begini dan tak tahu siapa pelakunya." jawab Supri.

"Lihat gara-gara gudang bapak, gudang saya juga kena.."

"Lahan kami juga kena.. Bapak harus ganti rugi.."

Beberapa orang pun terlihat menyalahkan Supri.

"Tenang semuanya.. Ada apa ini?? Ini kan musibah, siapa pelakunya kita tidak tahu. Jangan main hakim sendiri." ucap Subur.

"Tapi pak, kami juga ikut rugi.. Pak Subur harus ganti rugi." ucap beberapa warga.

"Tenang.. Tenang.. Saya sudah hubungi polisi, setelah ini akan diselidiki dan ditangkap pelakunya." ucap Subur membubarkan orang yang protes pada Supri.

....

Supri dan keluarganya pun lemas. Bahkan Supri bingung bagaimana dirinya mampu memberi uang saku pada Nisa setelah berjanji hari itu.

"Pak.. Gimana ini? Orang-orang minta ganti rugi." ucap Sinta.

"Ya mau gimana, kan bukan salah bapak." ucap Supri.

"Berarti Nisa ga bisa pergi.. Uang dari mana kita buat ongkos dan uang sakunya." ucap Sinta.

"Kau ini berisik sekali.. Itu tanggungjawabku, kau diam saja." ucap Supri kesal.

Nisa pun menghampiri ayahnya dan berkata kalau lebih baik dirinya ada di desa saja. Karena uang sakunya lebih baik untuk modal ayahnya bertani dan bertahan hidup. Supri pun semakin merasa gagal sebagai seorang ayah.

Dan esok harinnya beberapa orang warga berkumpul di rumahnya menagih ganti rugi. Supri pun mencoba menghadapi mereka dan bicara baik-baik. Tapi amarah mereka justru menjadi-jadi, hingga Supri tiba-tiba jatuh.

Setelahnya Supri dibawa ke puskesmas desa dan diperiksa. Tapi karena keterbatasan peralatan, Supri dirujuk ke rumah sakit besar di kota. Kata dokter desa kemungkinan Supri terkena serangan jantung.

Setelah dipindahkan ke rumah sakit besar, Supri pun tertolong tapi hanya sementara. Karena seharusnya Supri menjalani operasi jantungnya.

"Mbak, ayahnya harus segera dioperasi.. Kami meminta persetujuan keluarga dan membayar administrasinya." ucap perawat.

Nisa pun syok melihat biaya operasi yang fantastis tersebut. Begitu juga dengan Sinta dan Mariana.

"Gimana ini Nis.. Ibu mana punya uang segitu." ucap Sinta.

"Apalagi Nisa bu.. Nisa kan pengangguran." balas Nisa lesu.

"Mungkin kalian butuh bantuan saya.." ucap Doni muncul tiba-tiba.

"Tu-tuan Doni." ucap Sinta.

"Ibu siapa dia?" tanya Nisa.

"Dia tuan Doni nak, cepat beri salam." ucap Sinta yang merasa akan mendapatkan bantuan.

"Sudah, bagaimana jika kita duduk disana.." ucap Doni.

Mereka pun berbincang panjang lebar dan Nisa dibuat terkejut karena Doni memintanya untuk menjadi istrinya sebagai ganti Doni membiayai perawatan dan hutang ayahnya. Doni juga akan menjamin hidup mereka semua nanti.

"Bagaimana?" tanya Doni pada Nisa.

"Maaf tuan, saya perlu waktu untuk berpikir." ucap Nisa.

"Nisa apa yang kau pikirkan?? Nyawa bapakmu dalam bahaya." ucap Sinta.

"Kak.. Jangan egois kenapa.?" timpal Mariana.

"Maaf, aku permisi." ucap Nisa pergi.

Hatinya begitu resah dan tak terima, bagaimana bisa dirinya menikahi pria yang usianya lebih tua dari ayahnya?? Tapi jika tidak begitu ayahnya bisa mati dan bagaimana mereka membayar hutang-hutangnya pada para korban lain.??

Nisa pun terdiam, dirinya tak tahu harus meminta bantuan siapa lagi. Anton yang kekasihnya saja tak mungkin punya uang sebayak itu. Lalu Nisa memutuskan menghubungi Anton. Tapi jawabannya justru membuatnya kecewa. Dan Nisa tak punya pilihan lain selain menikah dengan kakek tua itu.

Nisa pun memberanikan diri bicara empat mata dengan Doni tanpa ibu dan adik tirinya. Nisa membuat beberapa kesepakatan dengan tuan Doni.

Episodes
1 Bab.1 Awal Mula
2 Bab.2 Tragedi dan Kesepakatan
3 Bab.3 Terpaksa Menikahi Kakek tua
4 Bab.4 Hadiah Cucu tercinta
5 Bab.5 Buket Bunga
6 Bab.6 Sapu tangan
7 Bab.7 Kepulangan dan Obat kuat
8 Bab.8 Tragedi Malam Pertama
9 Bab.9 Misteri Kematian Doni
10 Bab.10 Keributan kecil
11 Bab.11 Hampa
12 Bab.12 Wasiat
13 Bab.13 Duka
14 Bab.14 Memulai Hidup Baru
15 Bab.15 Status Janda-ku
16 Bab.16 Ketahuan
17 Bab.17 Pengakuan
18 Bab.18 Nisa si Janda Kembang
19 Bab.19 Pengakuan
20 Bab.20 Fitnah
21 Bab.21 Pelanggaran
22 Bab.22 Sekali Dayung 2 pulau Terlampaui
23 Bab.23 Emosi
24 Bab.24 Dipermalukan
25 Bab.25 Kelulusan
26 Bab.26 Bantuan
27 Bab.27 Hujan
28 Bab.28 Babak baru
29 Bab.29 Sebuah Tatapan
30 Bab.30 Kesalahan
31 Bab.31 Peningkatan
32 Bab.32 Penolakan
33 Bab.33 Celah
34 Bab.34 Tamu tak Diundang
35 Bab.35 Penolakan
36 Bab.36 Acara Grand Opening
37 Bab.37 Hanya Selingan
38 Bab.38 Pertemuan
39 Bab.39 Sebuah Skandal
40 Bab.40 Iri hati
41 Bab.41 Sebuah Kebetulan
42 Bab.42 Rumor
43 Bab.43 Keributan
44 Bab.44 Aku Kembali
45 Bab.45 Perlombaan mengupas buah
46 Bab.46 Sebuah Peringatan
47 Bab.47 Pendekatan Level 1
48 Bab.48 Pendekatan yg gagal
49 Bab.49 Pertemuan yang memuakkan
50 Bab.50 Keuntungan
51 Bab.51 First Date
52 Bab.52 Introgasi
53 Bab.53 Keputusan Nisa
54 Bab.54 Kantor Baru
55 Bab.55 Sebuah Pesta
56 Bab.56 Jeda waktu
57 Bab.57 Hukuman
58 Bab.58 Serah Terima
59 Bab.59 Ego
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab.1 Awal Mula
2
Bab.2 Tragedi dan Kesepakatan
3
Bab.3 Terpaksa Menikahi Kakek tua
4
Bab.4 Hadiah Cucu tercinta
5
Bab.5 Buket Bunga
6
Bab.6 Sapu tangan
7
Bab.7 Kepulangan dan Obat kuat
8
Bab.8 Tragedi Malam Pertama
9
Bab.9 Misteri Kematian Doni
10
Bab.10 Keributan kecil
11
Bab.11 Hampa
12
Bab.12 Wasiat
13
Bab.13 Duka
14
Bab.14 Memulai Hidup Baru
15
Bab.15 Status Janda-ku
16
Bab.16 Ketahuan
17
Bab.17 Pengakuan
18
Bab.18 Nisa si Janda Kembang
19
Bab.19 Pengakuan
20
Bab.20 Fitnah
21
Bab.21 Pelanggaran
22
Bab.22 Sekali Dayung 2 pulau Terlampaui
23
Bab.23 Emosi
24
Bab.24 Dipermalukan
25
Bab.25 Kelulusan
26
Bab.26 Bantuan
27
Bab.27 Hujan
28
Bab.28 Babak baru
29
Bab.29 Sebuah Tatapan
30
Bab.30 Kesalahan
31
Bab.31 Peningkatan
32
Bab.32 Penolakan
33
Bab.33 Celah
34
Bab.34 Tamu tak Diundang
35
Bab.35 Penolakan
36
Bab.36 Acara Grand Opening
37
Bab.37 Hanya Selingan
38
Bab.38 Pertemuan
39
Bab.39 Sebuah Skandal
40
Bab.40 Iri hati
41
Bab.41 Sebuah Kebetulan
42
Bab.42 Rumor
43
Bab.43 Keributan
44
Bab.44 Aku Kembali
45
Bab.45 Perlombaan mengupas buah
46
Bab.46 Sebuah Peringatan
47
Bab.47 Pendekatan Level 1
48
Bab.48 Pendekatan yg gagal
49
Bab.49 Pertemuan yang memuakkan
50
Bab.50 Keuntungan
51
Bab.51 First Date
52
Bab.52 Introgasi
53
Bab.53 Keputusan Nisa
54
Bab.54 Kantor Baru
55
Bab.55 Sebuah Pesta
56
Bab.56 Jeda waktu
57
Bab.57 Hukuman
58
Bab.58 Serah Terima
59
Bab.59 Ego

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!