Dalam ketegangan antara Gus Al dan Faizar, Gus Al dengan tegas membela Bilqis, menegaskan bahwa Bilqis adalah calon istri yang sah baginya. Ia tidak akan membiarkan Faizar ikut campur dan mengganggu hubungan mereka.
Faizar merasa terancam dengan peringatan Gus Al dan mencoba mempertahankan klaimnya atas Bilqis. Namun, Gus Al tidak gentar dan tetap bersikeras bahwa Bilqis tidak ada hubungannya dengan Faizar.
"Dia calon istri saya, Pak Faizar. Bilqis bukan milik Anda! Bilqis adalah adik ipar Anda, jadi jaga batasan Anda. Jangan menghancurkan hubungan persaudaraan mereka berdua dengan ulah Anda, Pak Faizar. Saya memperingatkan Anda untuk tidak pernah mengganggu Bilqis lagi. Jika tidak, saya akan menghancurkan bisnis Anda," tegas Gus Al.
Gus Al menegaskan bahwa ia akan melindungi Bilqis dari segala ancaman dan gangguan. Ia tidak akan membiarkan Bilqis pulang bersama Faizar, karena ia merasa ada rencana buruk di balik niat Faizar untuk mendapatkan Bilqis sepenuhnya.
"Mengingatkan Anda lagi, jangan harap rencana Anda akan berjalan lancar. Saya akan memastikan bahwa Anda tidak akan mendapatkan apa yang Anda inginkan, termasuk Bilqis. Biarkanlah saya yang akan mengantarkan Bilqis pulang," tegas Gus Al dengan tekad yang bulat.
Ketegasan Gus Al membuat Faizar terdiam. Ia menyadari bahwa Gus Al tidak akan mundur dalam melindungi Bilqis dan mempertahankan hubungan mereka. Persaingan antara Gus Al dan Faizar semakin sengit, namun Gus Al bertekad untuk melindungi Bilqis dan memastikan hubungan mereka berjalan dengan baik sesuai dengan aturan dan nilai-nilai yang berlaku.
Faizar melangkah ke arah Bilqis, dia menarik paksa tangan Bilqis yang berdiri di sambing Gus all.
"Ayo, kita pulang" ucap faizar yang menarik paksa tangan Bilqis.
"Iqis gak mau kak, jangan paksa iqis untuk pulang kak" jawab Bilqis ketakutan.
"Ayo pulang jangan buat kakak kesayanganmu kecewa." Ucap faizar.
"Gak mau kak. Iqis mau di sini, meskipun pulang iqis akan pulang ke rumah paman dan bibi bukan pulang ke rumah kakak " jawab Bilqis menarik paksa tangannya.
"BILQIS" bentak faizar.
"Gak mau!! Iqis mohon jangan paksa iqis ikut pulang" jawab Bilqis menangis.
Bilqis dengan putus asa mencoba menolak paksaan Faizar dan memohon agar ia tidak dipaksa untuk pulang. Ketakutan dan keputusasaan tampak jelas dalam suaranya yang gemetar dan air mata yang mengalir dari matanya.
Meskipun Bilqis merasa takut dan tidak aman di samping Faizar, ia tetap teguh dalam keputusannya untuk tidak pulang bersamanya. Ia memilih untuk mencari perlindungan dan keadilan di tempat yang lain, di rumah paman dan bibinya.
Faizar melihat keteguhan dan keberanian Bilqis, tetapi kemarahannya semakin tumbuh. Ia berusaha untuk menarik tangan Bilqis dengan kasar, tetapi Bilqis berjuang untuk melepaskan diri.
Bilqis dengan penuh ketakutan dan gugup, memohon agar Faizar menghentikan paksaannya. Air mata meluncur dari matanya ketika ia berusaha keras untuk mempertahankan keputusannya. Ia mengharapkan seseorang, apapun perlindungannya, datang untuk membantunya dalam situasi yang sulit ini.
Bilqis berlari ke arah ummi Maryam bersama ustadzah aisyah, dan juga ustadzah annisa yang ke betulan lewat taman pasantren.
"Ummi tolong iqis, iqis gak mau pulang sama kakak ipar iqis, takut " ucap Bilqis yang sudah menangis.
"Kenapa, sayang bicara yang jelas. Kenapa kamu ke takut?? Sama kakak ipar kamu, iqis" jawab ummi Maryam, memeluk tubuh mungil Bilqis.
" Dia jahat ummi" ucap Bilqis tidak mungkin mengatakan hal itu iya selalu takut ketika faizar akan melakukan hal yang tidak se harusnya di lakukan. Ditambah lagi yang di lakukan oleh Gus all.
"Baik, ummi akan bicara kepada kakak ipar kamu ya nak" jawab ummi Maryam.
"Maaf nak faizar, kalau boleh tau kenapa nak faizar memaksa nak Bilqis ikut pulang?" Tanya ummi Maryam kepada faizar.
"Karena istri saya. Ingin bertemu sama adiknya Bu" jawab faizar sopan.
"Gini, saja biar kami yang akan mengantarkan Bilqis pulang ke rumahnya, sekalian paman dan bibinya juga pengen ke temu Bilqis" ucap ummi Maryam.
Faizar terdiam sebentar saat mendengarkan ucapan ummi Maryam barusan membuat bungkam seribu bahasa.
"Bagaimana pak faizar apa anda setuju jika kami yang akan mengantarkan Bilqis pulang. Saya ada sedikit keperluan dengan keluarga pamannya Bilqis ?" Tanya Gus all menatap faizar.
"Baik, kalau begitu saya setuju apa kata Bu Maryam" jawab faizar pada akhirnya.
"Baiklah, kalau nak faizar setuju mari kita berangkat sekarang. Ustadzah Aisyah, ustadzah Annisa kalian juga ikut bersama kami iya." Ucap ummi Maryam.
Ke dua ustadzah cantik itu, menganggukan kepalanya "iya, ummi kami ikut menemani Bilqis. Untuk pulang"
T"Ummi, iqis boleh ikut pulang lagi bersama kalian lagi? Iqis gak mau ke tinggalkan dalam mengikuti pelajaran, nanti iqis gak naik kelas" jawab polos Bilqis.
Ummi Maryam hanya tersenyum melihat bagaimana polosnya Bilqis saat menjawab barusan. Semua orang tersenyum mendengarkan apa yang di ucapkan Bilqis.
"Boleh kok, sayang kamu boleh ikut lagi pulang karena kamu Minggu depan udah persiapan ujian ke naikan kelas." Jawab ummi Maryam yang begitu menyayangi Bilqis seperti putri kandungnya sendiri.
"Horeeee, iqis bisa pulang bersama ummi lagi, gak mau lama-lama takut kak faizar. " Ucap Bilqis mulai ceria lagi tidak seperti tadi ia menangis ketakutan melihat kedua pria dewasa itu.
"Masyaallah, sayang jangan lompat-lompat nanti jatuh loh." Jawab ummi Maryam yang geleng-geleng melihat kelakuan Bilqis begitu polosnya.
"He...he..he..maaf ummi" ucap Bilqis memeluk ummi Maryam
Setelah mendapatkan dukungan dan perhatian dari ummi Maryam, ustadzah Aisyah, dan ustadzah Annisa, Bilqis merasa lebih tenang. Dia senang bahwa ummi Maryam dan yang lainnya akan mengantarnya pulang dan memastikan keselamatannya.
Bilqis merasa lega bahwa ia tidak perlu tinggal bersama Faizar dan dapat kembali ke lingkungan yang aman dan nyaman. Dia sangat menyukai ummi Maryam dan merasa nyaman berada di dekatnya.
Saat mereka bersiap untuk pergi, Bilqis kembali bergembira karena ia diberi kesempatan untuk ikut pulang bersama mereka lagi. Ia tahu bahwa ini adalah kesempatan baginya untuk tidak melewatkan pelajaran dan persiapan ujian di sekolah.
Bilqis melompat kegirangan dan berterima kasih kepada ummi Maryam, ustadzah Aisyah, dan ustadzah Annisa. Dia berjanji akan mematuhi aturan dan tidak bermain-main saat mereka berada di perjalanan pulang.
Dengan hati yang penuh rasa syukur, Bilqis memeluk ummi Maryam dan merasa bahagia dapat pulang bersama mereka. Mereka bersama-sama menuju kendaraan yang akan membawa mereka pulang, dengan harapan dan doa untuk masa depan yang lebih baik bagi Bilqis.
Gus Al, dengan tekad yang bulat, memutuskan untuk tetap melamar Bilqis dan menjadi suaminya. Meskipun dia telah mengalami tragedi dan perubahan sikap yang sulit, dia menyadari bahwa melamar Bilqis adalah keputusan terbaik untuk melindunginya dan menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi keduanya.
Setelah Gus Al kembali dari Mesir dengan gelarnya yang mengesankan, ia diterima dengan hangat oleh masyarakat sekitar pesantren. Meskipun masih ditandai dengan sikapnya yang dingin dan tegas, orang-orang melihat perubahan secara perlahan dalam dirinya.
Gus Al berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan melindungi Bilqis dari segala niat buruk dan akan memeluknya dengan kasih sayang yang tulus. Dia menyadari bahwa cinta yang telah tumbuh dalam hatinya selama ini adalah cinta yang benar dan terbaik untuk Bilqis.
Dengan tekad yang kuat, Gus Al mempersiapkan dirinya untuk melamar Bilqis setelah halangan dan rintangan yang telah mereka hadapi bersama. Dia berharap dapat membuktikan bahwa dia adalah pria yang pantas untuk Bilqis dan akan menjadi suami yang baik baginya.
Dalam hatinya, Gus Al memikirkan masa depan yang cerah bersama Bilqis. Dia berjanji untuk membangun kehidupan yang harmonis dan penuh cinta, melindungi Bilqis dari siapa pun yang berusaha menyakiti dan mengambil kebahagiaan mereka.
Melalui upaya dan niat baiknya, Gus Al berharap dapat merebut hati Bilqis dan membuatnya merasa aman dan dicintai. Dia yakin bahwa dengan kehadirannya, mereka dapat mengatasi segala rintangan dan menjadi keluarga yang bahagia.
*
*
*
Di tempat paman Anton dan bibi Anita sedang bersiap menyebut ke ponakan mau pulang Dimana besok acara pernikahan Gus Yusuf ke dua karena ke salah paham saat menolong salah seorang gadis remaja yang terluka ulah tabrak lari seseorang yang tidak bertanggung jawab. Di jalan sepi mereka di gerebek warga karena ke salah paham yang terjadi tidak seperti yang di lihat, di saat Gus Yusuf lewat tidak sengaja melihat seorang gadis seusia Bilqis mengiris ke sakitan di kakinya dan juga kepalanya sudah berlumuran darah keluar.
Gus Yusuf berniat untuk menolongnya malah terjadi ke salah paham di antara mereka berdua, karena dari ke jauhan keliatan mereka seperti yang lagi melakukan hal yang tidak pantas padahal mereka tidak melakukan hal yang menurut warga melakukan zina. Akan tetapi Gus Yusuf jongkok menanyakan? Apa yang terjadi.
"Assalamualaikum" salam Gus Yusuf berjongkok di hadapan gadis remaja itu.
"W-walaikumsallam, ustadz" Jawab g-gugup seorang gadis remaja itu.
"Apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa terluka?" Tanya Gus Yusuf.
"S-saya Korba tabrak lari, u-ustadz tadi saya berniat untuk pulang ke rumah jalan kaki setelah pulang mengantarkan makanan ke bibi saya. akan tetapi pas saya pulang di saat saya mau menyebrang tiba-tiba ada sepedah motor lewat dengan kecepatan tinggi." Jawab gadis remaja itu.
"Lain kali kamu, harus hati-hati ya. Disini banyak pengendara motor di sekitaran sini SE enaknya bawa motor atau mobil dengan laju yang tinggi dan juga ugal-ugalan." Ucap Gus Yusuf mengingatkan gadis kecil itu.
"Ya ini salah saya juga gak lihat-lihat kalau mau nyebrang" jawab gadis remaja itu.
"Baik, sekarang apa kamu bisa berdiri?" Tanya Gus yusuf
"Insyaallah bis" gadis itu tidak melanjutkan ucapanya karena ia. Ingin berdiri akan tetapi malah terjatuh di dada bidang Gus Yusuf.
"Maaf ustadz, saya gak maksud jatuh di dada bidang ustadz. Ini kaki saya sangat sakit sekali ustadz" sambung gadis remaja itu.
"Iya, tidak apa-apa saya tau kamu lagi terluka di kaki kami, kalau boleh tau siapa nama kamu" ucap Gus Yusuf lembut.
"Nama saya Nara ustadz. Panggil saja Rara" jawab Rara.
"Ya udah Rara, saya bawa kamu ke rum" ucapan Gus Yusuf terputus karena teriakan salah satu warga
"Hey... Apa yang kalian lakukan di tempat sepi kaya gini?" Teriak bapak gendut itu.
"Kami tidak melakukan apa pun pak " jawab Gus Yusuf.
"Saya lihat, Gus Yusuf berpelukan dengan seorang gadis remaja dari ke jauhan" ucap warga berbadan kecil itu.
"Tapi kami beneran tidak melakukan apa yang bapak-bapak tuduhkan" jawab Gus Yusuf menatap bapak-bapak.
"Udah jangan banyak alasan Gus, kami lihat dengan kepala kami barusan." Ucap bapak-bapak itu.
"Tap" ucapan Rara terputus ketika ada seseorang menyeret paksa mereka berdua.
"S-sakit pak tangan Rara sakit" tangisan Rara pecah ketika seorang pak gendut menarik paksa lengan Rara.
"Pak tolong jangan sakiti Rara, lihat gak kasihan lihat dia menangis ke sakitan" jawab Gus Yusuf.
"Udah kita bawa mereka ke rumah kyai anton saja." Ucap bapak. Itu
"Iya pak, kita harus nikahkan mereka berdua sebelum fitnah ini tersebar luas oleh orang yang memanfaatkan ini." Jawab bapak itu lagi.
"Tapi, pak saya gak mau di nikahkan karena saya masih sekolah" ucap Rara menangis ia bingung harus di lakukan saat ini.
Gus Yusuf merasa marah dan frustrasi melihat Rara menjadi korban salah paham dan dipaksa untuk dinikahkan oleh sekelompok orang yang tidak mengerti situasi sebenarnya. Dia berusaha keras untuk mempertahankan Rara dan melindunginya dari paksaan tersebut.
"Diam! Kalian semua tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kami tidak melakukan apa-apa dan tidak ada alasan untuk memaksa pernikahan ini," kata Gus Yusuf dengan suara tegas kepada mereka yang berusaha memaksakan pernikahan.
"Menghukum dan memaksa Rara untuk menikah dengan saya bukanlah solusi yang tepat. Dia masih harus menyelesaikan pendidikannya dan mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang," lanjut Gus Yusuf, berusaha membela Rara.
Namun, pandangan orang-orang di sekitar tidak berubah. Mereka tetap pada pendiriannya bahwa pernikahan harus dilakukan untuk memperbaiki situasi yang mereka anggap salah. Rara terus menangis dan berusaha meyakinkan mereka bahwa dia belum siap untuk menikah.
"Saya mohon, jangan memaksakan pernikahan ini. Biarkan Rara menyelesaikan pendidikannya dan mendapatkan kesempatan untuk hidup dengan penuh kebebasan dan kebahagiaan," pinta Gus Yusuf kepada mereka dengan nada yang lebih lunak.
Setelah beberapa saat berdebat, salah satu orang tua yang terlibat berusaha mendengarkan argumen Gus Yusuf yang masuk akal. Dia menyadari bahwa mengorbankan masa depan Rara untuk memenuhi kepentingan pribadi bukanlah tindakan yang benar.
"Aku memahami argumenmu, Gus Yusuf. Kami akan mempertimbangkan kembali keputusan ini," kata orang tua tersebut kepada Gus Yusuf. "Tapi, kami harus mencari solusi yang paling baik untuk semua pihak terlibat."
Gus Yusuf merasa lega mendengar kata-kata tersebut. Dia menarik napas lega, menyadari bahwa mungkin masih ada harapan untuk melindungi Rara dari paksaan pernikahan ini.
"Saya berharap kita bisa mencari solusi yang adil dan sesuai dengan keinginan Rara," ucap Gus Yusuf dengan rasa harap. "Mari kita duduk bersama dan membahas apa yang terbaik untuk Rara dan masa depannya."
Dalam suasan yang lebih tenang, mereka semua bersedia untuk membuka dialog dan mencari solusi yang adil bagi Rara. Gus Yusuf berharap bahwa kepentingan dan kebahagiaan Rara akan menjadi prioritas utama, mengingat masa depannya yang masih terbuka lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments