"Apa yang sebenarnya terjadi iqis?? Aku bingung" gumam bunga berlalu dari sana.
Bunga terus berpikir tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Bilqis. Ia ingin mencari bukti-bukti yang bisa membantu mengungkap kebenaran. Kemudian, Bunga teringat bahwa Bilqis menyebutkan akan pergi ke warung di luar gerbang pesantren.
"Bilqis bilang dia akan pergi ke sana. Mungkin aku bisa bertanya kepada penjual di warung itu. Mereka mungkin menjadi saksi yang bisa memberikan petunjuk tentang apa yang terjadi," gumam Bunga dalam hati.
Bunga memutuskan untuk mencari izin ke kantor agar bisa pergi ke warung depan sebentar. Namun, sebelum ia bisa pergi, Faizar, suami Nova dan kakak ipar Bilqis, tiba-tiba datang.
"Ada apa, Bunga? Kenapa kamu terlihat gelisah?" tanya Faizar sambil melihat Bunga dengan perhatian.
Bunga sedikit terkejut dengan kedatangan Faizar, namun dia merasa bahwa jika dia berbagi pada Faizar, mungkin ia bisa mendapatkan bantuan dan dukungan.
"Faizar, ada sesuatu yang sedang terjadi dengan Bilqis. Saya pikir dia mengalami sesuatu yang mengerikan, tapi dia sangat takut untuk berbicara. Saya ingin mencari bukti yang bisa membantu menyingkap kebenaran. Apakah Anda bisa membantu?" kata Bunga dengan hati-hati.
Bunga buru-buru menemui dan memberi salam kepada Ustadzah Annisa dan Ustadzah Aisyah yang sedang berjalan berdampingan. Dia memohon izin kepada mereka karena ingin pergi membeli peralatan tamu merah.
"Assalamualaikum, Ustadzah Aisyah dan Ustadzah Annisa." Bunga memberi salam sambil meraih tangan kedua Ustadzah tersebut.
"Walaikumsalam, ada apa, Bunga? Kenapa kamu lari-lari seperti itu?" tanya Ustadzah Annisa dengan keheranan.
"Begini, Ustadzah, aku ingin meminta izin untuk pergi membeli peralatan tamu merah nanti." Bunga menjelaskan sambil memohon.
"Hmm, aku izinkan kamu pergi, tapi jangan terlalu lama ya," ucap Ustadzah Annisa.
"Iya, janji, tidak akan lama. Ini hanya sebentar saja," jawab Bunga dengan senyum.
"Baiklah, pergilah sekarang. Jangan sampai Ustadzah Nur melihatmu. Kalau tidak, kamu tidak akan mendapat izin keluar," kata Ustadzah Aisyah.
"Ya sudah, Ustadzah. Saya akan pergi sekarang. Assalamualaikum." Bunga memberi salam dan berterima kasih kepada kedua Ustadzah.
"Walaikumsalam. Hat-hati ya," jawab kedua Ustadzah cantik itu.
Bunga dengan cepat berlari ke arah gerbang pesantren dan meminta Pak Maman untuk membukakan gerbang.
"Terima kasih, Pak Maman. Saya harus pergi sekarang. Assalamualaikum," ucap Bunga sambil memberi salam.
"Walaikumsalam. Sama-sama, hati-hati ya, Nak Bunga," balas Pak Maman.
"Pak, kenapa Bilqis tidak ikut?" tanya Pak Maman dengan rasa ingin tahu.
"Tidak ikut, Pak. Katanya, Bilqis sedang tidak enak badan," jawab Bunga sambil mempersiapkan diri untuk pergi.
Gus Al merasa frustrasi karena ia tidak bisa mengingat apa yang terjadi. Pertanyaan dan kebingungannya semakin membebani pikirannya. Ia berdoa kepada Allah memohon petunjuk agar bisa menemukan jalan keluar dari keadaan ini.
"Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa aku tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi? Rasanya seperti ini hanyalah mimpi, bukan kenyataan yang aku tidak bisa mengingatnya sama sekali. Tolong, berikanlah petunjuk-Mu kepada hamba-Mu ini," ucap Gus Al dalam doa dalam hati.
Gus Al merasa khawatir akan keadaannya sendiri dan juga terhadap Bilqis. Ia berharap agar dapat mengklarifikasi dan memahami apa yang sebenarnya telah terjadi. Namun, sampai saat ini, kepala dan ingatannya tetap kosong. Gus Al berusaha bersabar dan percaya bahwa dengan petunjuk dan kehendak Allah, ia akan menemukan jawaban yang dicarinya.
Bunga yang sudah berada di luar pasantren ia segera berjalan ke arah ibu warung penjual minuman terlebih dahulu.
Assalamualaikum, Bu. Gus Al kemarin pesan apa ya?" tanya Bunga dengan hati-hati kepada ibu penjual di warung.
Ibu penjual memandang Bunga dengan wajah bingung sejenak sebelum mengejawantahkan jawaban.
"Oh, jadi kamu mencari tahu apa yang dipesan oleh Gus Al kemarin ya? Sepertinya dia memesan jus wortel saat itu," jawab ibu penjual setelah berpikir sejenak.
Bunga mengangguk, "Baik, terima kasih, Bu. Itu saja yang ingin saya tanyakan."
Bunga segera melanjutkan perjalanannya untuk mencari bukti dan saksi lainnya. Ia percaya bahwa informasi ini dapat membantu Bilqis dan memberikan petunjuk yang diperlukan untuk mengungkap kebenaran.
Seketika wajah ibu itu berubah panik, saat di tanya Gus all pesan apa? Di kaya ketakutan di saat di tanya Gus all pesan jus apa.
"E-eh anu neng" ucap gugup ibu warung minuman.
"Eh anu apa Bu, jawab dong saya tanya?? Kenapa ibu kaya yang takut saat saya tanya ini" jawab bunga.
"Gak papa kok neng" jawab ibu warung ini.
"Ibu, jujur atau saya beritahu sama Gus all kalau minumannya di campur sesuatu." Ancam bunga.
"J-jangan bilang sama Gus all. Ibu takut kalau berhadapan langsung dengan Gus all." Jawab ibu warung.
"Makanya ibu jawab, siapa yang nyuruh ibu melakukan itu, teman saya jadi korban dari rencana kalian" emosi bunga memuncak.
"Seorang wanita, yang menyuruh ibu ngasih obat itu kepada Gus all." Ucap ibu warung minuman.
"Ibu kenal siapa dia?" Tanya bunga menatap sinis.
Ibu warung itu bingung untuk menjawab apa, soalnya ia tidak kenal baik dengan wanita itu. "G-gak kenal neng"
Bunga merasa kesal dan kecewa saat mengetahui bahwa ibu penjual minuman telah melakukan tindakan tidak benar atas perintah seseorang yang tidak dikenal. Ia merasa ibu penjual seharusnya tidak menerima instruksi semacam itu tanpa mengetahui latar belakangnya.
"Astaghfirullah, bagaimana ibu bisa melakukan itu? Menerima perintah dari seseorang yang tidak dikenal," ujar Bunga dengan rasa kecewa dan keheranan.
Ibu penjual minuman mencoba memohon maaf sambil menjelaskan bahwa ia tidak kenal dengan wanita tersebut. Bunga merasa frustasi, namun ia memahami bahwa ibu penjual mungkin tidak memiliki kontak yang jelas dengan wanita itu.
"Baiklah, terima kasih atas penjelasannya. Saya berharap ibu lebih berhati-hati di masa depan dan tidak menerima perintah semacam itu tanpa mengetahui latar belakangnya," kata Bunga dengan suara tegas.
Bunga melanjutkan perjalanan mencari petunjuk dan saksi lainnya. Ia berharap dapat menemukan informasi yang lebih jelas untuk membantu Bilqis dan mengungkap kebenaran.
Mereka berdua masih asik ngobrol, tidak menyadari kalau gus all mendengarkan apa yang di ucapkan ibu warung kepada bunga. Termasuk menaru obat perangsang itu siapa ?? Gus all baru sadar dimana ia sempat menolak pinangan dari anak
Orang kaya di Jakarta, Gus all tidak merasa cocok dengan anak gadis dari orang kaya itu. Ia memilih mengungkapkan apa yang terjadi sebenarnya dari pada harus nanti.
Gus Al mulai menyadari konsekuensi dari tindakan dan keputusannya sendiri. Ia merasa menyesal dan bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi. Meskipun ia merasa tidak bersalah atas tindakan itu, ia menyadari bahwa ia harus menghadapi konsekuensinya.
Gus Al memutuskan untuk menghadapi kebenaran dan mengungkapkan apa yang telah terjadi sebenarnya kepada orang lain. Meskipun takut akan reaksi dan konsekuensi dari pengakuan itu, ia menyadari bahwa itu adalah langkah yang benar untuk memulihkan kesalahan yang telah terjadi.
Ia menarik napas dalam-dalam dan mempersiapkan dirinya untuk mengungkapkan kebenaran kepada keluarga Bilqis, para ustadz dan ustadzah, serta pihak yang terlibat. Gus Al berharap bahwa dengan pengungkapan ini, Bilqis dan mereka yang terlibat dapat menemukan jalan untuk penyembuhan dan keadilan.
*
*
*
Di tempat lain, dimana Bilqis sedang duduk, di taman pasantren ia sering melamun entah memikirkan apa yang terjadi kemarin sore tidak bisa hilang dari ingatnya.
'ya Allah iqis takut, antara trauma, fisikku hancur. Aku gak sanggup harus puta-pura kuat, di hadapan orang lain. Aku juga bukan wanita hebat. Iqis bingung antara pulang atau gak pulang ketemu kakak, iqis malu ya Allah. 'gumam Bilqis menangis di taman pasantren sendirian.
"Bilqis ikut saya sebentar" ucap Gus all yang tiba-tiba muncul.
"G-gus ngapain ke sini?" Tanya Bilqis bangkit dari duduknya langsung memundurkan langkahnya.
"BILQIS AULIA AULFA" ucap tegas Gus all memalingkan wajahnya.
Bilqis kaget mendengar suara Gus Al yang tiba-tiba memanggil namanya dengan tegas. Dia memundurkan langkahnya, merasa ketakutan dan ragu untuk berinteraksi dengan Gus Al.
"Gus, apa yang kamu inginkan? Aku tidak ingin berurusan denganmu lagi," ujar Bilqis dengan suara gemetar dan wajah dipenuhi dengan rasa takut.
Gus Al memalingkan wajahnya dan menatap Bilqis dengan serius. Ada keputusan penting yang harus dia sampaikan.
"Bilqis Aulia Alfah, aku perlu bicara denganmu. Ada hal yang penting yang perlu kita selesaikan. Tolong, dengarkan aku," kata Gus Al dengan suara serius.
Bilqis merasa ragu, namun dia tahu bahwa dia harus mendengarkan apa yang harus dikatakan oleh Gus Al. Dengan hati yang bergetar, dia mengangguk setuju dan bersedia mendengarkan apa yang dia miliki untuk dikatakan oleh Gus Al.
Bilqis, dalam ketakutan dan keputusasaan, berusaha mencari dukungan dari Gus Al. Dia berharap bahwa Gus Al bisa membantunya melawan kakak iparnya yang mengancam dan memaksa dirinya.
"Gus, tolong aku. Tolong, jangan biarkan dia membawa aku pulang," ucap Bilqis dengan suara gemetar, mencari perlindungan pada Gus Al.
Gus Al melihat kepanikan dan ketakutan yang ada pada wajah Bilqis. Ia merasa bingung tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi ini. Namun, dalam hatinya, ia tahu bahwa ia harus melindungi Bilqis dan tidak membiarkan dia terus menderita.
"Diam, Faizar! Jangan pernah mencoba memaksa atau mengancam Bilqis. Dia bukanlah milikmu dan kamu tidak memiliki hak atasnya," kata Gus Al dengan tegas, menunjukkan sikap perlindungan terhadap Bilqis.
Faizar terkejut dengan reaksi Gus Al, namun ia mempertahankan ketegasan dalam melindungi Bilqis.
"Ini urusan keluarga kami, Gus. Jangan mencampuri urusan ini," ujar Faizar dengan suara penuh kesombongan.
Gus Al tidak mundur. Ia berdiri tegap di hadapan Faizar, siap untuk melindungi Bilqis dan memastikan ia tidak mengalami penyiksaan dan tekanan lebih lanjut.
"Diam, Faizar. Aku tidak akan membiarkan kamu melukai Bilqis. Aku akan melaporkan segala tindakanmu jika kamu tidak menghentikan ini," kata Gus Al dengan suara lantang.
Faizar mendengus kesal, namun ia bisa merasakan keberanian dan tekad dari Gus Al. Dia mengerti bahwa Gus Al tidak akan mundur dalam membela Bilqis. Dengan rasa amarah, Faizar mengatakan, "Kamu akan menyesal, Gus."
Gus Al tidak memperdulikan ancaman Faizar. Dia tetap berdiri teguh di samping Bilqis, siap melawan siapapun yang berusaha melukai atau mengancamnya.
Begitu pertemuan antara Gus Al dan Faizar terjadi, persaingan antara keduanya untuk mendapatkan hati Bilqis menjadi semakin sengit. Kedua pria itu saling melempar tatapan tajam dan percakapan yang penuh tantangan. Gus Al, dengan sikapnya yang tegas dan penuh keberanian, berdiri di samping Bilqis untuk melindunginya dan memastikan tidak ada yang melukai hatinya lagi.
Faizar, si CEO yang sombong, merasa percaya diri dengan status dan kekayaannya. Dia menganggap bisikan Gus Al sebagai ancaman dan mencoba melemparkan penghinaan terhadapnya. Namun, Gus Al tetap tenang dan tidak goyah. Kehadiran Faizar tidak membuatnya takut dan ia tetap bertekad untuk melindungi Bilqis dari kekejaman dan keangkuhan Faizar.
Persaingan antara Gus Al dan Faizar menjadi semakin kompleks, tidak hanya berdasarkan perasaan, tetapi juga melibatkan nilai-nilai agama dan hukum negara. Gus Al berusaha untuk menjaga hubungan mereka dalam kerangka yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan hukum yang berlaku. Ia yakin bahwa cintanya kepada Bilqis adalah yang halal dan sah.
Pertarungan untuk hati Bilqis terus berlanjut, dan mereka harus menghadapi tantangan yang ada dengan bijaksana dan penuh keberanian. Meskipun persaingan sengit, Gus Al menegaskan bahwa hubungan mereka harus sesuai dengan aturan dan nilai-nilai yang dianut dalam agama dan hukum negara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments