Lagi Alika hanya bisa tersenyum perih menahan luka. Menatap dirinya tanpa sehelai benang pun di depan cermin. Bertanya-tanya di dalam hati, di mana letak kekurangannya. Hingga sang suami enggan menyentuh dirinya.
Jika dilihat, tubuh Alika berkulit putih bersih. Rambut panjang lurus tergerai indah. Bola matanya yang hitam dan bulu matanya yang lentik. Terlihat anggun dan menawan. Meski tanpa riasan.
Ya, memang Alika mengakui dirinya selama ini kurang merawat dirinya sendiri. Entah sekedar ke salon atau melakukan perawatan rutin. Alika hanya merasa dia tak perlu melakukan semuanya itu. Karena dia hanya butuh makan makanan sehat dan perbanyak makan buah-buahan yang akan menunjang kesehatannya.
Lalu di mana letak kekurangan dirinya.
Apa dia sudah kurang menarik lagi?
Lama Alika terdiam di tempatnya. Sepertinya Bagas telah tertidur pulas. Nyatanya dia tak tahu keberadaan sang istri di dalam kamar mandi. Yang sejak tadi melakukan sebuah hal yang harusnya dilakukan mereka bersama.
Bagas seolah tak perduli. Harusnya dia harus peka menjadi seorang suami. Sedih sekali rasanya. Saat Alika benar-benar membutuhkan suaminya. Namun hanya kekecewaan saja yang dia dapatkan.
Alika menghapus bulir air mata yang kini lolos mengalir membasahi pipinya. Memilih kembali mengenakan pakaiannya. Dan keluar lalu membaringkan tubuhnya di sebelah sang suami yang kini tertidur pulas tanpa menghiraukan dirinya.
*****
Hari berganti pagi, saat Alika membuka mata, tidak didapati olehnya sosok sang suami di sebelahnya.
"Bi Sumi, mas Bagas sudah berangkat kerja?" Tanya Alika saat dia turun dari lantai atas dan duduk di meja makan menikmati sarapannya.
"Sudah nyonya. Tuan Bagas sudah berangkat tadi pagi-pagi sekali. Bahkan belum sempat sarapan," jawab bi Sumi sekenanya.
"Tapi nyonya," ucap bi Sumi kembali menggantung kalimatnya.
Membuat Alika memandang wanita paruh baya yang sudah dianggap seperti ibunya sendiri di dalam rumah ini. Menyimak apa yang akan disampaikan sang ART ini.
"Tapi apa bi?"
"Itu, kayaknya Tuan Bagas berangkat seperti terburu-buru begitu. Dan dia pergi bersama nyonya Yanti. Maaf nyonya bila saya lancang. Tapi karena bibi merasa nggak biasanya Tuan Bagas dan nyonya besar keluar bersama. Seperti ada sesuatu urusan yang sangat penting," jelas bi Sumi yang pagi tadi merasa ada yang janggal atas tingkah laku majikannya
"Sudahlah bi, mungkin hanya kebetulan."
Alika mencoba untuk mengabaikan penjelasan bi Sumi. Dan lebih tepatnya menenangkan dirinya dengan tak ber sangka buruk terhadap sang suami. Karena bisa saja sang suami sedang terburu-buru karena ada urusan mendadak.
Dan bi Sumi terlihat hanya pasrah saja. Mungkin dugaannya yang salah, dan nyonya Alika ada benarnya juga. Bi Sumi memilih diam.
"Oh iya bi, bagaimana kalau bi Sumi bantuin aku buat menyiapkan makan siang untuk mas Bagas. Biar bisa buat kejutan untuknya hari ini, aku akan mengantarnya ke kantor," ucap Alika antusias dengan mata berbinar.
Sudah lama, dia tak pernah mengunjungi sang suami di kantornya.
Mungkin dengan membawa makan siang hari ini untuk suaminya. Mereka bisa mengobrol saat suaminya istirahat makan siang, pikirnya.
"Baik nyonya," jawab bi Sumi patuh.
Segera setelah menghabiskan sarapannya, Alika mulai menyibukkan diri di dapur. Biasanya setiap apa yang di lakukan oleh Alika pasti akan dikomentari pedas oleh sang mertua. Tapi kali ini berbeda, Alika bebas mengekspresikan kemampuan memasaknya di dapur tanpa omelan sang mertua.
Alika tersenyum puas melihat hasil masakannya. Semoga suaminya akan menyukai masakannya, harapnya dalam hati.
"Aku pergi dulu ya Bi," pamit Alika dijawab anggukkan sang ART.
Setelah semuanya sudah disiapkan, Alika memilih untuk mengantar makan siang suaminya itu.
****
Mobil mewah berwarna hitam yang ditumpangi oleh Alika berhenti tepat di depan pintu gedung perkantoran milik suaminya itu.
"Selamat siang nyonya, ada yang bisa kami bantu?" Tanya seorang resepsionis wanita menyambut istri tuan pemilik perusahaan ini.
"Iya Fani, bisakah aku masuk di ruangan mas Bagas? Aku membawakan kotak makan siang untuknya," pinta Alika lembut.
"Tapi maaf nyonya, hari ini Tuan Bagas tidak masuk kerja. Alasannya dia sedang sakit," jelas Fani.
Alika mengernyitkan dahinya.
"Sakit? Bukankah tadi pagi bi Sumi melihat sang suami keluar?" gumam Alika sedikit kecewa saat mengetahui ternyata sang suami sedang tak berada di kantor. Lalu kemana dia.
"Apa ada yang bisa saya lakukan untuk anda nyonya?" Tanya Fani yang ingin memastikan keadaan istri dari pemilik perusahaan ini.
"Tidak Fani, terima kasih. Aku hanya kelelahan dan ingin pulang ke rumah saja," jawab Alika datar.
Yang pada saat ini pikirannya sedang berkecamuk menahan diri. Dengan banyak tanya yang sepertinya tidak ada jawabannya.
Tring
Sebuah pesan singkat masuk di aplikasi hijau milik Alika. Dari sang kakak, Mbak Jane.
"Alika, ibuk masuk RS, tolong segera kemari. Di RS Harapan ya."
Alika terdiam membaca pesan singkat itu.
"Cobaan apa lagi ini ya Tuhan. Aku tak ingin kehilangan ibuku."
Segera Alika melangkahkan kaki keluar dan kembali masuk ke dalam mobil. Meminta sang supir untuk mengantarkannya ke RS. Alika khawatir jika terjadi sesuatu pada ibunya.
Alika kembali mengambil ponsel dari tasnya, memilih nama sang suami dan memanggilnya di panggilan suara.
Agak lama sang suami kemudian menjawab panggilan sang istri.
"Halo sayang, ada apa?"
Terdengar jawaban lembut dari seberang. Ya mas Bagas memang pria yang dikenal dengan kelembutannya.
"Mas, ibuk masuk RS. Bisa minta tolong temani aku ke Rs?" Tanya Alika lemah. Berharap sang suami ada di sisinya saat ini.
"Aku lagi sibuk di kantor Lika, masih banyak pekerjaanku yang belum selesai. Nggak bisa aku ke RS temani kamu. Kamu bisa kan pergi sendiri," jawab Bagas terdengar ketus. Sambil mematikan sambungan telponnya. Tanpa merasakan jika Alika sedang membutuhkan dukungan darinya.
Deg
Hati Alika bergemuruh hebat. Bukannya tadi jelas sekali Fani sang resepsionis mengatakan jika hari ini mas Bagas nggak masuk kantor?
"Apa yang sedang kamu sembunyikan sebenarnya mas," gumam Alika dalam hati.
Mobil yang ditumpangi oleh Alika masuk ke pelataran parkir RS Harapan. Segera dia turun dan masuk ke dalam RS. Menanyakan keberadaan sang ibu pada kakaknya.
Mbak Jane menjelaskan jika kondisi sang ibu sudah melewati masa kritisnya. Dan mereka lagi menunggu, ibuk akan dipindahkan ke ruang perawatan.
Alika menghela napas panjang. Dia dan mbak Jane memilih duduk di kursi panjang koridor RS. Kepalanya terasa sangat berat memikirkan tingkah suaminya hari ini. Katanya ke kantor, tapi ternyata suaminya tak ada.
"Kamu kemana mas? Apa ada yang sedang kamu sembunyikan di belakangku?"
Alika bertanya-tanya dalam hati.
Tapi dia belum berani menceritakannya pada sang kakak.
Alika takut mbak Jane akan bertindak diluar kendali.
Sehingga Alika memilih diam untuk sementara dulu.
Saat itu ekor mata Alika tak sengaja memandang ke sebuah ruangan.
"Mama Yanti? Kenapa dia berada di RS?"
Alika terkejut bukan main, saat sosok yang begitu dikenalnya keluar dari sebuah ruangan yang tak jauh dari tempatnya duduk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Sarah
Ngebayangin jadi karakternya!
2024-05-10
0