Namaku Raftha. Aku adalah mahasiswa jurusan kedokteran yang tidak tahu menahu tentang medis. Dari pada memanggilku calon dokter, lebih baik panggil saja aku si trouble maker, sebutan orang-orang di kampus terhadapku. Image ku yang sudah buruk di mata penghuni kampus, membuat mereka selalu saja meremehkan ku. Aku diacuhkan, mungkin juga dianggap tidak pernah ada. Si biang kerok yang hanya berlindung di bawah pengawasan ayahnya, kalau saja kampus Ini bukan milih milih ayahku sudah pasti aku dikeluarkan.
Sebenarnya bukan aku yang salah masuk jurusan. Namun, jurusan kedokteran merupakan pilihan ayahku sendiri. Dia ingin kelak aku menjadi seorang dokter ahli bedah seperti dirinya. Ya, selain pemilik kampus ayahku juga pemilik salah satu rumah sakit terbesar di Jakarta. Dia terkesan seperti pengusaha sukses tapi menurut pandanganku dia hanyalah seorang yang serakah. Kekayaan ayahku lah yang membuatku malas belajar. Toh, tidak perlu menjadi pintar kan? sebagai seolah ahli waris tunggal, aku tidak perlu mencari pekerjaan di luar sana.
Hari ini, saat aku hendak memejamkan mata di perpustakaan aku melihat seorang gadis tengah asyik membaca. Tiba-tiba aku melihat dua orang pria menghampirinya. Gadis itu terlihat risih karena diganggu oleh dua orang pria dengan tampang seperti om-om hidung belang itu. Entah apa yang diminta keduanya terlihat Gadis itu tidak suka dan berusaha menolak. Aku yang memang tertarik dengan masalah orang lain justru merasa tertantang. Kapan lagi jadi pahlawan untuk gadis secantik itu.
"Hai, Om. Jangan ganggu gadis itu! " Teriakku.
"Sok jadi pahlawan hah! tubuh saja ceking begitu, hahaha.., " Ujar salah satu dari mereka dengan nada mengejek.
"Jangan ikut campur jika tubuh kerempeng mu tidak mau jadi empek-empek, " Ucap yang satu lagi. Mendengar hal itu, aku tersulut emosi.
"Aku bilang hentikan! "
Aku kembali berteriak dengan suara yang keras enak saja dia menghinaku, padahal tubuhku begitu Atlantis. Aku berusaha menghentikan perbuatan kedua pria itu yang hendak memukulku tanpa basa-basi langsung saja ku pukul salah satu dari mereka.
Bugh ...
Dia tersungkur, menjatuhkan buku-buku yang berjejer rapih di rak. Kehebohan itu membuat beberapa orang naik ke lantai dua perpustakaan. Banyak dari mereka yang mencoba mengabadikan momen ini.
"Kurang ajar! "
Teriak laki-laki yang satu lagi. Laki-laki itu mencoba menyerang ku tapi pukulannya meleset hingga tangannya membentur ke tembok. Alhasil dia berteriak kesakitan sambil memegang tangannya.
Hampir saja aku melupakan Gadis itu. Dia terlihat kewalahan untuk berdiri dengan sikap aku menarik tangannya dan membantunya berdiri.
"Awwsss..., " Ia meringis kesakitan.
"Kamu nggak papa, kan? " Tanya aku dengan sok cool.
Gadis itu menggeleng namun tiba-tiba raut wajahnya menegang dengan dua mata yang melotot.
"Awas!"
Bersamaan dengan teriakan Gadis itu, aku merasakan sebuah benda keras menghantam kepalaku. Saat aku berbalik tiba-tiba aku merasakan darah mengucur dari kepalaku. Tubuhku tumbang, semua yang kulihat perlahan menjadi kabur sampai semuanya gelap dan aku tidak ingat sama apa-apa lagi
Aku membuka mata. Dapat kulihat gorden-gorden putih tersibak angin. saat mataku mengarah ke sudut lain aku melihat wajah seorang dokter yang menyebalkan. Wajah yang selalu aku hindari.
"Kenapa aku bisa di sini?!"
Tanyaku saat terbangun dengan perban yang melingkar di kepalaku.
"Kalau tidak aku yang membawamu, mana mungkin kamu selamat, "
Jawab dokter itu. Dia adalah dokter Asta, dokter yang bertugas di klinik kampus. Bagiku Dia adalah orang asing yang telah mengganggu ketenangan hidupku
"Mana dia? Apa dia baik-baik saja?" Tanya ku.
"Siapa?"
"Gadis itu!"
"Dasar kau ini..., " Kata dokter Asta dengan nada kesal.
"Dalam keadaan seperti ini, kau masih memikirkan perempuan!"
"Sial, harusnya aku tidak pingsan tadi. Apa kamu merasa hebat karena sudah memasangkan perban di kepalaku?" Aku sengaja menyindirnya.
"Aku emang hebat, kan?" Ucapnya dengan nada sombong.
"Besok datang lagi untuk mengganti perbannya. Atau ..., kau bisa minta bantuan orang lain supaya tidak perlu berterimakasih padaku."
"Siapa juga yang mau berterimakasih padanya, dia benar-benar menyebalkan, sama seperti biasanya," Batinku dengan kesal.
"Pulanglah. Istirahat dan jangan nakal!"
"Sial. Dia kembali berbicara. rasanya aku ingin membuka perban ini kemudian menyumpal nya ke mulut laki-laki itu."
Dokter Asta bersikap layaknya kakak kandungku. Padahal dia hanyalah orang asing yang hidup dengan menggunakan identitas kakakku. Semua ini terjadi karena ayah. Aku tidak mengetahui dari mana asal dokter Asta. Hanya saja, pada hari itu aku melihat dia datang bersama ayah ke rumah. Setelahnya, dia tinggal bersama kami dan menggunakan identitas kakak kandung ku yang sudah lama meninggal. Aku tidak pernah menerima kehadirannya, apalagi menganggapnya sebagai kakak. Aku benci dokter Asta dialah yang membuat kasih sayang ayah tidak sepenuhnya untukku.
Ayah selalu memuji nya karena telah berhasil menjadi dokter, sesuai dengan keinginan ayah selama ini, menjadikan anak yang seperti dirinya. Hanya karena aku tidak menuruti kemauan ayah, sikap ayah jadi keras kepadaku. Ditambah lagi, Dokter Asta selalu saja merendahkan ku, menganggap aku tidak akan pernah bisa mengungguli nya dalam segala hal. Tentu saja itu membuatku kesal singgah sering membuat masalah di kampus. Namun kenyataannya, aku sebenernya hanya mencari perhatian ayah yang sepertinya sudah tidak menyayangiku lagi. Padahal aku anak kandungnya, bukan dokter Asta. Aku harus menelan kenyataan pahit bahwa ayah selalu mementingkan dokter Asta dari pada aku, darah dagingnya sendiri.
Aku ingin disayang ayah, tentu juga ingin diperhatikan olehnya. Aku ingin ayah tahu bahwa aku bisa meraih cita-cita dengan keinginanku sendiri. Namun, sampai sekarang ayah tidak mengerti keinginanku itu. Perubahan sikap ayah mulai muncul semenjak ibu dan kakakku meninggal. Kepeduliannya kepadaku telah sirna. Kenapa dunia begitu kejam kepadaku? dari sekian banyak manusia karena Tuhan malah memberi ujian ini untukku?
Ibu andai Ibu masih hidup mungkin aku tidak akan kesepian seperti ini. Tidak akan tersisihkan karena ada ibu yang selalu menyayangiku mungkin aku juga bisa meraih cita-citaku tanpa harus takut ayah akan menentangnya. Karena dengan adanya kehadiran ibu aku merasa tidak sendirian. Tapi, semua itu hanyalah keinginan semu yang tidak bisa aku wujudkan andai saja ayah mau menuruti keinginanku mungkin aku tidak akan membuat masalah seperti yang sudah-sudah. Aku juga akan berusaha menerima kehadiran dokter Asta namun sikap ayah yang telah berubah itu membuatku tidak bisa tinggal diam. Rasa benciku kepada dokter Asta semakin besar. Bagiku dokter Asta sudah merebut semuanya.
Kasih sayang, cinta, identitas. Seolah aku yang anak tiri.
Ibu .., aku rindu Ibu dan kakak. Rasanya hati ku letih menghadapi dunia kejam ini. Tidak ada yang peduli pada ku selain ibu. Andai aku bisa, aku ingin menyusul ibu dan kakak. Tapi, aku tak ingin Dokter Asta malah menguasai semaunya.
Aku hanya berharap, ayah tidak ikut campur dalam hidup ku.
Bersambung ...
Jangan lupa Like Hadiah komen dan Vote Terimakasih ...
Author mau minta maaf jika update nya telat. Kebetulan hari ini ada sedikit kesibukan yang tak bisa di tinggal. Jadi, Author baru bisa update sore ini. Semoga kalian gak kecewa nya🙏🙏🙏🙏 selamat membaca, semoga kalian suka sama alurnya.🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Kazugata
nyimak
2024-07-21
1