Pada zaman dahulu kala telah terjadi sebuah peristiwa besar yang mana hal itu telah tercatat dalam sejarah peradaban umat manusia....
Sebuah peristiwa mengenaskan yang telah sukses menggegerkan dunia persilatan. Sebuah peristiwa yang kalau diingat-ingat, serasa bagai mimpi buruk yang amat mengerikan. Sungguh peristiwa kelam itu begitu mencekam....
Kalau begitu, peristiwa besar apakah yang demikian gemparnya itu?
Peristiwa besar itu adalah peristiwa penyerangan besar-besaran terhadap sebuah kerajaan besar dan megah yang rajanya dipimpin oleh Prabu Rahandhika Abhirama Brawijaya.
Ya, sebuah peristiwa yang tidak pernah dibayangkan oleh Prabu Rahandhika Abhirama Brawijaya kalau peristiwa mengerikan itu bakal terjadi demikian.
Kerajaan yang sudah dia pimpin sekian tahun lamanya, kerajaan yang besar dan megah yang berdiri di atas sebuah negeri atas angin, kerajaan yang telah berdiri sudah sekian abad lamanya telah takluk pada peristiwa besar itu hanya dalam hitungan hari.
Kalau begitu, siapakah orangnya yang sakti mandraguna yang dapat menaklukkan kerajaan besar tersebut?
Dialah orangnya yang bernama Gandara Bandawasa, seorang manusia sakti namun berhati iblis. Dia ketua utama salah satu kelompok aliran hitam di Negeri Mega Pancaraya yang bernama Partai Tengkorak Merah.
Dialah orangnya yang telah menaklukkan Kerajaan Linggapura, kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Rahandhika Abhirama bersama ribuan pasukannya cuma dalam waktu lima hari lima malam.
Dengan takluknya Kerajaan Linggapura ditangan Gandara Bandawasa, hal itu menandakan bahwa kekuasaan Prabu Rahandhika Abhirama telah runtuh. Selanjutnya diambil alih oleh sang penakluk berhati setan tersebut, Gandara Bandawasa.
Korban jiwa tidak terhitung banyaknya pada peristiwa tersebut. Meski tidak sedikit anggota Partai Tengkorak Merah yang mati, namun lebih banyak lagi pasukan Prabu Rahandhika. Ribuan pasukannya telah gugur dalam peristiwa itu, termasuk para ksatria, pasukan khusus, bahkan tidak sedikit senopatinya.
Beruntungnya Prabu Rahandhika tidak ikut gugur dalam peristiwa besar nan mengerikan itu. Yang Maha Kuasa ternyata masih berbelas kasihan kepadanya. Raja yang gagah itu berhasil diselamatkan oleh sisa-sisa senopati, ksatria dan Pasukan Khusus-nya.
Juga yang berhasil diselamatkan dalam peristiwa itu adalah istri keduanya, Selir Galuh Wardhani Prameswari beserta kedua anak sang selir.
Juga yang berhasil diselamatkan adalah lima orang hebat serta kepercayaannya, yaitu Patih Danareksa Sindurama dan 4 adipati kota besar Kerajaan Linggapura; Adipati Indra Pramana, Adipati Bhadra Abiyaksa, Adipati Dipta Narayana, dan Adipati Brata Naratama, beserta keluarga mereka.
Yang tidak berhasil diselamatkan adalah Permaisuri Dyah Kusuma Arum Nareswari, istri pertama Prabu Rahandhika Abhirama Brawijaya. Lebih tepatnya Prabu Rahandhika Abhirama melarang untuk menyelamatkan sang permaisuri tersebut.
Yang hanya boleh dan berhasil diselamatkan adalah putri sang permaisuri atau anak pertama Prabu Rahandhika Abhirama yang bernama Dyah Pandan Arum Brawijaya.
Kenapa hanya putrinya yang diselamatkan? Permaisuri Dyah Kusuma Arum malah tidak diselamatkan?
Hal itu disebabkan karena Prabu Rahandhika Abhirama telah menuduh Permaisuri Dyah Kusuma Arum Nareswari berselingkuh dengan seorang patihnya yang lain yang terhebat yang bernama Patih Brajasena Galapati.
★☆★☆
Dari hasil perselingkuhan Permaisuri Dyah Kusuma Arum Nareswari menurut tuduhan sang prabu, permaisuri yang berwajah cantik jelita itu diketahui telah hamil, ada janin di dalam rahimnya.
Sebagaimana hal itu telah dilaporkan oleh Permaisuri Dyah Kusuma Arum kepada sang prabu.
Maksudnya, Permaisuri Dyah Kusuma Arum telah melaporkan kalau dia telah mengandung anak Prabu Rahandhika di dalam rahimnya, hasil hubungan resmi di antara mereka.
Bukan melaporkan tentang kehamilannya hasil dari hubungan gelap antara dia dengan patih pertama sang prabu. Karena hal itu memang tidak pernah dia lakukan, dan tentunya tidak benar sama sekali.
Namun sungguh dia tidak menyangka kalau Prabu Rahandhika malah menuduhnya berselingkuh, suatu perbuatan yang tidak pernah dia lakukan selama mereka telah resmi menikah.
Meski berulangkali Permaisuri Dyah Kusuma Arum menjelaskan sekaligus meyakinkan kepada sang prabu kalau kehamilannya bukan hasil perselingkuhan, melainkan hasil dari hubungan resmi antara mereka, Prabu Rahandhika tetap saja tidak percaya, dan tetap pada tuduhan sekaligus pendiriannya.
Tentu saja perbuatan Prabu Rahandhika itu membuat sang permaisuri cantik jelita itu amat bersedih hingga menderaikan air mata.
Tapi toh Prabu Rahandhika tidak juga menggubrisnya, dan meninggalkannya begitu saja di dalam istananya dengan menanggung luka sakit hati yang tiada terkira.
Hingga Kerajaan Linggapura telah ditaklukkan oleh Gandara Bandawasa, dan sang prabu telah pergi menyelamatkan diri, meninggalkan dirinya seorang diri di istana. Hingga akhirnya dia tertawan oleh manusia berhati iblis itu.
Sementara wanita cantik berhati bersih itu, tidak ada yang bisa dia perbuat selain hanya bisa menangis dan terus menangis.
Menangisi kemalangan dan penderitaannya yang begitu miris. Menangisi kelemahannya yang tak bisa melakukan pembelaan untuk menunjukkan kepada Prabu Rahandhika kalau tuduhan suaminya tersebut tidaklah benar.
Menangisi nasibnya yang begitu malang yang ternyata dia hanya seorang diri di dalam istananya, tidak ada siapa pun. Sedangkan pengawal pribadinya telah tewas di depan pintu istananya dengan kematian yang begitu mengenaskan.
Belum hilang keterkejutan Permaisuri Dyah Kusuma Arum atas kematian pengawal pribadinya, begitu dia keluar dari istananya, keterkejutan yang lebih hebat lagi segera menyergapnya.
Betapa tidak?!
Begitu banyak mayat bergelimpangan di depan istananya. Apa yang terjadi sebenarnya dia belum begitu paham. Yang dia pahami telah terjadi perang besar di Kerajaan Linggapura.
Seketika dia tersadar, bagaimana nasib Prabu Rahandhika saat ini? Apakah sudah mati dalam perang besar ini atau tidak?
Tapi belum juga dia dapat mencerna tentang keadaan yang terjadi sebenarnya, tahu-tahu Gandara Bandawasa dan orang-orangnya menangkapnya sekaligus menawannya. Tentu saja dengan amat mudah.
Sebenarnya Gandara Bandawasa amat murka sejadi-jadinya ketika dia tidak berhasil menangkap sekaligus membunuh Prabu Rahandhika. Bahkan berhasil kabur bersama orang-orang pentingnya.
Dia merasa belum berhasil menaklukkan Kerajaan Linggapura karena tidak membunuh Prabu Rahandhika.
Namun kemurkaan dan kekecewaan Gandara Bandawasa sedikit terobati karena telah berhasil menawan Permaisuri Dyah Kusuma Arum Nareswari.
Sementara sang permaisuri yang begitu lemah jelas tidak bisa melakukan perlawanan dan tidak akan melakukan perlawanan.
Dia kini telah mengandung anak Prabu Rahandhika. Kalau dia melakukan perlawanan atau menentang kehendak Gandara Bandawasa secara terang-terangan, dia takut nasib cabang bayinya akan terancam.
Maka dia menyerahkan dirinya begitu saja tanpa perlawanan apapun meski dengan amat terpaksa. Bahkan tidak menolak keinginan Prabu Gandara Bandawasa yang kini sudah menjadi penguasa Kerajaan Linggapura untuk menikahinya.
Akan tetapi, karena sang permaisuri masih dalam keadaan hamil, maka dia mengajukan syarat, bahwa Prabu Gandara Bandawasa boleh menyentuhnya setelah dia melahirkan.
Tanpa pikir panjang Prabu Gandara Bandawasa menyetujuinya. Tapi dengan mengajukan syarat pula bahwa, kelak jika anak yang dikandung Permaisuri Dyah Kusuma Arum lahir, maka anak itu akan menjadi anaknya, bukan anak Prabu Rahandhika.
Tidak disangka Permaisuri Dyah Kusuma Arum ternyata setuju saja dengan syarat yang diajukan Prabu Gandara tersebut, tanpa mengajukan syarat apa-apa lagi.
Namun siapa sangka, tanpa sepengetahuan Prabu Gandara Bandawasa bahwa sebenarnya sang permaisuri mempunyai rencana lain di balik mengalahnya dia kepada raja yang bengis itu.
Permaisuri Dyah Kusuma Arum jelas lebih mengutamakan nasib janin yang dikandungnya tersebut. Jelas dia tidak ingin nasib anaknya saat lahir nanti akan terlantar.
Maka dengan amat terpaksa dia memberikan segala apapun yang diminta Prabu Gandara kepadanya. Sampai pun anaknya kelak akan diakui sebagai anak Prabu Gandara Bandawasa.
Namun satu yang permaisuri tidak diberikan kepada Prabu Gandara, juga yang belum diberikan kepada Prabu Rahandhika Abhirama, yaitu CINTA.
Permaisuri yang berhati bersih dan suci itu jelas tidak akan pernah mencintai Prabu Gandara, seorang manusia berhati iblis.
Pula, meski Permaisuri Dyah Kusuma Arum telah menikah dengan Prabu Rahandhika, dia belum bisa mencintai lelaki itu meski dia sudah rela memberikan tubuhnya.
Hingga saat ini sang permaisuri masih mencintai seseorang, yaitu kekasihnya yang dulu, sebelum dia menikah dengan Prabu Rahandhika Abhirama.
Kelak, setelah anaknya lahir dan tumbuh besar, Permaisuri Dyah Kusuma Arum akan memikirkan rencana selanjutnya tentang nasib baik anaknya.
Jelas sebagai seorang ibu yang baik berhati lembut, sang permaisuri tidak ingin anaknya akan bertabiat jahat dan buruk bagai setan seperti Prabu Gandara Bandawasa yang berwatak jahat laksana iblis.
★☆★☆★
Waktu bergulir dengan begitu pesat tanpa terasa....
Permaisuri Dyah Kusuma Arum Nareswari telah melahirkan seorang putra yang tampan lagi sehat yang dia beri nama Pangeran Pandu Wiranata.
Prabu Gandara menambahkan pada ujung nama sang pangeran dengan nama leluhurnya, yaitu Bandawasa. Sedangkan sang ibu tercinta menambahkan pada ujung putra kinasihnya itu dengan nama leluhur ayah aslinya, yaitu Brawijaya.
Namun cuma dia sendiri yang tahu, tanpa memberitahukannya kepada Prabu Gandara. Karena pasti hal itu akan berakibat buruk terhadapnya.
Tanpa terasa Pangeran Pandu Wiranata sudah tumbuh besar dengan sehat dan selamat. Dan Prabu Gandara tidak hanya sekedar mengakui sang pangeran sebagai anaknya saja. Dia benar-benar menyayangi Pangeran Pandu melebihi dari anak-anaknya yang lain.
Tidak hanya sekedar menyayangi saja, tapi Prabu Gandara juga mengajarkan ilmu silat dan kesaktian kepada Pangeran Pandu. Karena dia melihat Pangeran Pandu, di samping memiliki bakat alami, sang pangeran juga memiliki postur tubuh yang bagus dan susunan tulang yang ideal dan unik.
Prabu Gandara Bandawasa tidak tanggung-tanggung, bahkan dia mengajarkan hampir seluruh ilmunya kepada Pangeran Pandu, sang putra kesayangan.
Hingga akhirnya terjadi sebuah peristiwa yang besar yang tidak disangka-sangka oleh sebagian besar orang, termasuk Prabu Gandara sendiri.
Ketika Pangeran Pandu genap berumur 170 tahun, sudah memiliki segudang ilmu olah kanuragan dan kesaktian yang hebat, sudah memiliki sekian ribu pasukan, pangeran tampan itu melakukan pemberontakan terhadap Prabu Gandara.
Apakah yang memicu Pangeran Pandu Wiranata melakukan hal gila semacam itu?
Hal yang melandasi Pangeran Pandu Wiranata melakukan aksi pemberontakan adalah karena Permaisuri Dyah Kusuma Arum, sang bunda tercinta memberitahukan kepadanya kalau Prabu Gandara Bandawasa bukanlah ayah asli atau ayah kandungnya.
Ayah kandungnya yang sebenarnya bernama Prabu Rahandhika Abhirama Brawijaya, dan telah dibunuh oleh Prabu Gandara. Sedangkan Kerajaan Linggapura ini sesungguhnya adalah milik ayahnya yang telah direbut oleh manusia berhati iblis itu dalam perang besar 170 tahun yang lalu.
Loh, kenapa Permaisuri Dyah Kusuma Arum memberitahukan kepada putranya, Pangeran Pandu kalau ayah kandungnya telah dibunuh oleh Prabu Gandara?
Apakah sang permaisuri sengaja membohongi putranya demi memicu api dendam dan amarah sang putra kepada Prabu Gandara?
Tentu saja tidak, Permaisuri Dyah Kusuma Arum tidak bohong kepada Pangeran Pandu. Sang permaisuri mengatakan hal yang sebenarnya yang dia ketahui.
Karena pada suatu kesempatan Permaisuri Dyah Kusuma Arum menanyakan mengenai perihal Prabu Rahandhika kepada Prabu Gandara. Dan langsung dijawab oleh raja yang kejam itu kalau dia telah membunuh Prabu Rahandhika.
Yang sesungguhnya berbohong adalah Prabu Gandara sendiri. Dan Permaisuri Dyah Kusuma Arum percaya begitu saja tanpa berpikir panjang. Dan memberitahukan kepada putranya tanpa bercuriga.
Maka meletuslah perang besar ke dua yang cukup dahsyat yang tidak kalah hebatnya dengan perang pertama. Namun kali ini peperangan itu antara kubu Pangeran Pandu Wiranata melawan kubu Prabu Gandara Bandawasa, ayah sambungnya.
Bagaimanakah kesudahan dari hasil perang besar ke dua itu? Tentu hasilnya sudah dapat ditebak. Pangeran Pandu harus menerima nasib yang amat buruk. Dia dan pasukannya kalah dengan amat telak dalam perang besar ke dua tersebut.
Pasukan Prabu Gandara jumlahnya amat banyak, melebihi jumlah pasukan Pangeran Pandu. Yang mana pasukan Prabu Gandara didukung oleh para senopati dan para ksatria tangguh.
Dalam perang besar itu separuh pasukan Pangeran Pandu telah terbunuh, sebagiannya ditangkap oleh pasukan Prabu Gandara. Sedangkan sebagian lainnya masih ada yang sempat menyelamatkan diri.
Semenetara nasib nahas menimpa Pangeran Pandu Wiranata. Dia bersama dua orang ksatria tangguhnya berhasil ditangkap oleh Prabu Gandara. Kemudian mereka dikurung ke dalam penjara khusus.
Tidak cuma dikurung, Prabu Gandara menyegel kesaktian mereka sekaligus memasukkan semacam ilmu kesaktian tapi sesat yang nantinya mereka akan menjadi manusia siluman. Lebih tepatnya mereka akan dijadikan siluman naga.
Adapun 2 orang ksatria tangguh itu adalah Sindhu Nayaka dan Jakawirya Mandala, 2 senopati yang tergabung dalam 15 Ksatria Pedang milik Prabu Gandara.
Sementara pasukan Pangeran Pandu Wiranata yang tertangkap, Prabu Gandara tidak membunuh mereka. Melainkan manusia berhati kejam itu menjadikan mereka sebagai pasukannya. Dan yang berilmu cukup tinggi, Prabu Gandara menjadikan mereka sebagai pasukan siluman.
★☆★☆
Sekarang, bagaimanakah nasib Permaisuri Dyah Kusuma Arum Nareswari?
Sebelum meletus perang besar itu, Pangeran Pandu Wiranata mengumpulkan orang-orang pentingnya untuk membicarakan mengenai penyelamatan terhadap ibundanya.
Maka begitu pertempuran sudah meletus, maka orang-orang yang sudah ditunjuk oleh Pangeran Pandu Wiranata yang terdiri dari 4 ksatria tangguh melaksanakan tugas mereka.
Yaitu menyelamatkan ibunda sang pangeran, Permaisuri Dyah Kusuma Arum. Dan 4 ksatria itu yang dibantu oleh Pasukan Khusus Pangeran Pandu berhasil melaksanakan tugas mereka dengan baik.
Lebih dari pada itu Prabu Gandara Bandawasa beserta seluruh pasukannya tidak berhasil menggagalkan proses penyelamatan itu, karena tidak seorang pun dari mereka yang tahu dan menyadarinya.
Adapun empat ksatria itu antara lain: Rangga Pranala, salah satu Pengawal Pribadi Pangeran Pandu; Bagaspati Pranajaya, Sentanu Adhilaga, dan Nandita Zahira.
Tiga orang ksatria itu dulunya merupakan 3 orang Ksatria Pedang-nya Prabu Gandara. Setelah itu mereka memilih bergabung bersama Pangeran Pandu.
Turut juga diselamatkan bersama Permaisuri Dyah Kusuma Arum adalah kedua anaknya, laki-laki dan perempuan, hasil dari pernikahannya dengan Prabu Gandara. Mereka bernama Pangeran Arya Mahesa dan Putri Nayra Anindyaswari.
Dan juga seorang pelayan setia dan kepercayaan sang permaisuri yang bernama Dayang Hastari ikut juga diselamatkan.
Ada suatu hal yang tak terduga pula, salah seorang patih Prabu Gandara sekaligus Pengawal Pribadi Permaisuri Dyah Kusuma Arum yang bernama Patih Shintya Dewani juga ikut dalam rombongan.
Sehingga dengan ikutnya Patih Shintya Dewani dalam rombongan, menjadikan penyelamatan terhadap Permaisuri Dyah Kusuma Arum dan kedua anaknya menjadi lebih kuat pasukannya dan semakin lancar urusannya.
Bukan tanpa alasan Patih Shintya Dewani ikut dalam rombongan penyelamatan.
Patih yang masih cantik itu sebenarnya dendam terhadap Prabu Gandara. Karena Prabu Gandara telah membunuh suami tercintanya dengan alasan karena gagal melaksanakan tugas dalam suatu misi yang ditugaskan kepada sang suami.
Namun karena Prabu Gandara lebih hebat dari patih cantik itu, maka dia urung untuk melawan lelaki berhati setan itu. Dan lebih memilih membelot dan bergabung bersama Pangeran Pandu.
Kembali kepada Pangeran Pandu Wiranata....
Dia dan kedua ksatria hebatnya tidak bisa keluar dari Penjara Siluman karena Prabu Gandara telah menyegel kesaktian mereka. Hingga akhirnya mereka hanya bisa menanti di penjara khusus jika sebentar lagi mereka bakalan menjadi siluman sejati.
Namun sebentar lagi Pangeran Pandu, Sindhu Nayaka, dan Jakawirya Mandala akan menjadi siluman, tiba-tiba datang 3 orang tua yang sakti mandraguna mengeluarkan mereka dari Penjara Siluman.
Sebelum aksi penyelamatan dilakukan, mereka mengerahkan dahulu ilmu penyegel tingkat akhir yang menghentikan pergerakan seluruh apa yang ada di Kerajaan Linggapura. Ilmu kesaktian penyegel itu bernama Meredam Buana.
Saking dahsyatnya ilmu kesaktian itu, maka dengan cepat dan mudah ketiga orang sakti tersebut menyelamatkan Pangeran Pandu dan kedua ksatrianya itu, Sindhu Nayaka dan Jakawirya Mandala.
Begitu sampai di gerbang perbatasan antara Kerajaan Linggapura dengan Negeri Mega Pancaraya, mereka menghancurkan jembatan yang menghubungkan antar Kerajaan Linggapura dengan Negeri Mega Pancaraya.
Sedangkan Gandara mengetahui kalau ada orang tengah mengerahkan ilmu penyegel di wilayahnya, dia langsung menduga kalau ada orang sakti yang masuk ke Kerajaan Linggapura.
Dengan kesaktiannya, cuma sebentar Prabu Gandara berhasil memunahkan ilmu penyegel itu. Setelah itu dia dan beberapa orang kepercayaannya langsung ke Penjara Siluman.
Akan tetapi Prabu Gandara terlambat, karena Pangeran Pandu dan kedua ksatria tangguhnya sudah tak ada lagi di Penjara Siluman, sudah berhasil diselamatkan oleh ketiga orang sakti.
Kini lengkap sudah kemurkaan manusia berhati kejam itu yang berlipat-lipat yang harus melampiaskannya kepada siapa.
Anak yang dia didik untuk menjadi seorang pendekar yang tangguh yang akan membatunya dalam menguasai dunia, melakukan pemberontakan kepadanya. Rasanya pedih, pedih sekali!
Sudahnya itu, setelah ditangkap dan akan dijadikan pasukan tangguhnya, sekarang raib entah ke mana dan dibawa oleh siapa. Sementara dia dan semua orang-orangnya sama sekali tidak tahu.
Ditambah lagi Permaisuri Dyah KusumaArum, wanita yang amat dia cintai juga ikut hilang. Sungguh dia amat teledor dalam menjaga permaisurinya itu.
Karena disibukkan oleh anak tirinya yang melakukan pemberontakan kepadanya, sampai-sampai dia tidak menyadarinya. Sungguh menyebalkan!
Kemurkaannya masih pula belum reda, ditambah lagi dengan menyaksikan jembatan penghubung antara Kerajaan Linggapura dengan Negeri Mega Pancaraya telah rusak dengan amat parah.
Sehingga untuk mengejar Permaisuri Dyah Kusuma Arum Nareswari yang melarikan diri dan untuk mengejar ketiga orang sakti yang telah menyelamatkan Pangeran Pandu menjadi tidak jadi.
Betapa murkanya dia, sampai-sampai dia berteriak dengan keras menggunakan kesaktiannya yang tinggi yang didengar oleh seantero Kerajaan Linggapura.
★☆★☆
Di manakah Pangeran Pandu Wiranata dan kedua ksatria tangguhnya dibawa oleh 3 orang sakti, para penyelamat mereka?
Lebih khusus lagi, di manakah sang pangeran sekarang? Dan siapakah gerangan orang sakti yang berhasil menyelamatkannya?
Ternyata Pangeran Pandu Wiranata dibawa oleh penyelamatnya di tempat atau di kediaman sang penyelamat. Yaitu di sebuah bukit yang amat tinggi.
Saking tingginya bukit itu, sehingga seperti di atas awan. Adapun bukit itu bernama Bukit Naga Awan.
Dinamakan demikian karena bukit itu tampak bagai ular naga yang melingkar di atas awan.
Sementara orang sakti yang telah menyelamatkan Pangeran Pandu bernama Kyai Dharma Saptaraga. Lelaki tua yang sudah berumur 800 tahun lebih itu termasuk dari 10 orang sakti di Mega Pancaraya.
Setelah membawa Pangeran Pandu ke kediamannya, Kyai Dharma Saptaraga lalu menyembuhkan sekaligus berusaha meretas segel yang mengunci kesaktian sang pangeran.
Karena Kyai Dharma Saptaraga adalah termasuk orang yang sakti yang juga memiliki kesaktian penyembuh, maka usaha penyembuhannya telah berhasil.
Namun ternyata Prabu Gandara Bandawasa telah mematri sebuah segel khusus ke dalam tubuh Pangeran Pandu. Sehingga apabila segel khusus itu dibuka, membuat Aura Cakra Pangeran Pandu terlepas dengan liar.
Sehingga menyebabkan kesaktian sang pangeran yang terbuka menjadi tidak stabil.
Maka dengan mengerahkan segala kesaktiannya, Kyai Dharma Saptaraga berusaha menjinakkan Aura Cakra Andhika yang tidak stabil itu.
Hasilnya, usaha Kyai Dharma Saptaraga itu bisa dibilang telah berhasil. Akan tetapi Aura Cakra Pangeran Pandu belum bisa dikatakan stabil dengan sempurna.
Aura Cakra Pangeran Pandu memang amat besar dan ganas. Orang sakti sekelas Kyai Dharma Saptaraga saja belum bisa dengan sempurna meredamnya.
Tetapi sang kyai masih punya solusi. Dengan rutin bersemedi, dengan izin Yang Maha Kuasa Aura Cakra Andhika bisa stabil kembali dengan sempurna.
Selanjutnya, Kyai Dharma Saptaraga mengajarkan seluruh ilmu olah kanuragan dan kesaktiannya kepada Pangeran Pandu. Sembari demikian, Pangeran Pandu terus bersemedi agar Aura Cakra-nya bisa cepat stabil.
Tanpa terasa 30 tahun telah berlalu. Dan Pangeran Pandu Wiranata habiskan di kediaman sang guru, di Bukit Naga Awan....
Aura Cakra Pangeran Pandu kembali stabil dengan sempurna. Juga dia sudah menguasai semua ilmu yang diajarkan oleh Kyai Dharma Saptaraga. Bahkan Pangeran Pandu diwariskan sebuah pedang pusaka yang bernama Pedang Naga Langit.
Pada suatu hari Pangeran Pandu bertanya tentang bagaimana nasib bundanya, Permaisuri Dyah Kusuma Arum?
Kyai Dharma Saptaraga memberitahukan kalau bunda sang pangeran telah berhasil diselamatkan bersama rombongannya.
Dan yang membantu menyelamatkan Permaisuri Dyah Kusuma Arum beserta rombongannya adalah Kyai Ibrahim Saptagiri, salah seorang sakti Negeri Mega Pancaraya.
Tentang di mana tempat Permaisuri Dyah Kusuma Arum dibawa oleh penyelamatnya, Kyai Dharma Saptaraga belum mau memberi tahu kepada Pangeran Pandu. Sedangkan Pangeran Pandu juga sungkan untuk memaksa gurunya memberi tahu.
Tak lupa juga sang pangeran menanyakan tentang nasib kedua ksatria tangguhnya, Sindhu Nayaka dan Jakawirya Mandala. Bagaimana nasib mereka berdua?
Kyai Dharma memberitahukan kalau mereka juga telah berhasil diselamatkan oleh masing-masing penyelamat mereka. Juga penyelamatnya itu berhasil menyelamatkan dari perubahan menjadi siluman.
Selanjutnya, Kyai Dharma Saptaraga memerintahkan kepada Pangeran Pandu untuk segera meninggalkan Bukit Naga Awan. Mengumpulkan kembali sisa-sisa pasukannya yang berhasil menyelamatkan diri saat terjadi peperangan tempo hari.
Setelah itu Pangeran Pandu menyusun kembali rencana untuk melakukan perlawanan lagi kepada Prabu Gandara dan pasukannya.
Kyai Dharma Saptaraga juga memberikan amanah besar kepada Pangeran Pandu untuk memerangi kejahatan, angkara murka dan ketidak adilan di dua negeri; Negeri Mega Pancaraya (negeri kuno) dan Negeri Mega Buanaraya (negeri modern).
★☆★☆★
Sementara itu di Negeri Mega Buanaraya (negeri modern), tepatnya di Kota Jakarta Raya, sebuah kota metropolitan yang seakan tidak pernah tidur....
Tampak di puncak sebuah gedung yang cukup tinggi, tepatnya di rooftop gedung, seorang wanita muda berparas cantik laksana bidadari berbusana aneh.
Maksudnya, busana yang dia kenakan bukan busana penduduk kota modern ini pada umumnya, melainkan dia mengenakan busana klasik ala kependekaran sebuah negeri berperadaban klasik.
Busana yang dia kenakan berupa pakaian panjang model jubah warna biru langit. Di pinggang rampingnya melingkar sabuk dari logam berwarna kuning keemasan.
Rambutnya lurus panjang sepinggang dengan sebagian di tata indah di atas belakang kepalanya. Sebuah arnel dari pualam berbentuk pedang warna biru ikut menghias tatanan rambutnya.
Di pundaknya melingkar selendang agak tipis dan cukup panjang warna kuning keemasan. Pula di pundak sebelah kanannya bertengger pedang berukir indah yang juga berwarna kuning keemasan.
Benar-benar penampilan seorang gadis pendekar sebuah negeri klasik atau kuno!
Wanita muda atau gadis cantik itu tampak berdiri diam laksana patung. Namun sepasang mata indahnya tidak lepas menatap ke satu arah di bawah sana.
Tepatnya menatap sebuah sedan merek Mencedes-Benz E Class berwarna biru metalik yang tengah melaju cukup kencang di sebuah jalan yang tidak terlalu ramai.
Pada saat itu malam telah turun menyelimuti seantero kota yang amat ramai itu. Dan mobil sedan mewah itu terus saja melaju dengan sedikit kencang membelah hiruk-pikuknya keramaian kota.
Sementara penghuni di dalam sedan mercy biru itu cuma ada 2 orang gadis cantik yang usianya kisaran 16-17 tahun yang duduk berdampingan. Lebih tepatnya mereka adalah pelajar SMA Kelas 10.
Gadis cantik yang duduk di depan setir berpenampilan modis. Rambutnya model shaggy sepunggung warna coklat kehitaman. Kulitnya sungguh mulus nan putih bersih.
Model pakaian yang dia kenakan cukup sexy. Meski berbaju lengan panjang warna biru muda, tapi cukup ketat. Sehingga memetakkan bentuk tubuh rampingnya yang aduhai.
Ditambah lagi pakaian bawahnya berupa rok pendek, tentu sedikit-banyak akan menampakkan sepasang pahanya yang juga putih mulus. Make up-nya tidak terlalu tebal, namun justru makin menambah kecantikan wajahnya.
Benar-benar menunjukkan kalau dia adalah gadis cantik yang feminim yang amat diidolai banyak lelaki muda. Bahkan lelaki tua pun bisa kepincut akan kecantikan gadis itu yang khas, sedikit menguarkan keangkuhan karakternya.
Lain halnya dengan gadis cantik yang duduk di jok sebelah kiri si gadis feminim.
Penampilan gadis itu mendeskripsikan karakternya yang tomboy. Rambutnya cukup panjang warna hitam kemerahan dengan dikuncir model ekor kuda di belakang kepalanya. Kulitnya juga bersih putih mulus.
Dia berpakaian rangkap dengan baju dalam berupa baju kaos cukup ketat warna hitam. Baju luarnya berupa kemeja sedikit longgar berlengan sebatas siku warna merah gelap. Baju luarnya itu kancingnya dibiarkan terbuka begitu saja. Bercelana panjang model jeans warna biru gelap.
Wajah cantiknya tanpa make-up atau riasan apapun yang semakin menampakkan ketomboyannya. Akan tetapi kecantikan alaminya tersebut bukan berarti kalah dengan gadis feminim di sebelahnya.
Selang beberapa menit kemudian, si gadis tomboy seketika terkejut hebat, dikejutkan oleh suasana yang tiba-tiba saja berubah.
Suasana di luar mobil yang tadinya masih ramai, meski tidak terlalu, tiba-tiba saja menjadi sunyi legam. Tidak ada lagi kendaraan yang lalu-lalang di sekitar mereka.
Ditambah lagi, mobil yang mereka tumpangi memang seperti masih melintasi jalan aspal, namun dia merasa amat asing dengan jalan yang dilintasi itu. Seperti bukan jalan aspal yang biasa.
Seketika saja si gadis tomboy langsung merasakan keanehan yang amat sangat.
★☆★☆
Sedangkan si gadis feminim sepertinya juga merasakan hal yang sama seperti temannya itu. Tampak dari raut wajah cantiknya seketika menegang kaget melihat fenomena anek yang tampak di depan wajahnya.
Tapi baru saja dia hendak berkata mengungkapkan keterkejutannya kepada temannya, tiba-tiba saja mobil sedan mercy-nya melaju dengan tersendat-sendat bagai hendak kehabisan bersin.
"Eh, Eh! Mobil gue napa nih?" keluhnya terkejut heran bercampur bingung.
Sebelum sedan mercy itu benar-benar ngadat, gadis feminim itu membawa mobilnya ke sisi kiri, seakan-akan dia hendak membawanya ke pinggir jalan yang amat aneh itu.
Tapi baru saja mobilnya berada di sebelah sisi jalan, mobil sedan Mecedes-Benz itu sudah benar-benar mogok.
"Mobil lu napa nih, Rena?" omel gadis tomboy bernada kesal di sela keheranan dan kebingunan akan situasi yang ada. "Kehabisan BBM?"
"Gue mana tau kalau mobil ini tiba-tiba mogok gini, Bela," keluh gadis yang dipanggil Rena yang juga bernada kesal. Nama lengkapnya Renatha Kinanti Wijaya. "Tapi nggak mungkinlah kehabisan BBM. Tadi 'kan baru gue isi...."
"Terus napa kalau kayak gini coba? Mesinnya rusak, gitu?" makin kesal nada suara gadis yang dipanggil Bela itu. Nama lengkapnya Arabella Dinatra Wijaya.
Sebentar, nama terakhir mereka bisa sama bukan berarti mereka satu ayah ya. Itu cuma nama leluhur yang mereka sematkan di ujung nama mereka.
"Lu kalau ngomong jangan ngasal, Bel," sengit Renatha jelas tidak terima. "Tiga hari yang lalu gue ama lu 'kan baru-baru habis nyervice mobil. Apa lu tiba-tiba amnesia?"
"Terus napa dong kalau kayak gitu?"
"Gue juga mana tau napa tiba-tiba kayak gini, Abel!"
Arabella semakin dongkol dan kesal, sedangkan Renatha juga semakin kesal sekaligus tambah panik. Sehingga untuk beberapa menit lamanya mereka hanya bisa bungkam terdiam.
Bersamaan dengan itu mereka seakan lupa kalau mereka saat ini seperti berada di dunia lain. Bahkan keadaan sekitar bukan lagi menampilkan keadaan Jakarta Raya, melainkan suasana sebuah tempat yang aneh dan asing.
Sementara Shofie, dengan perasaan yang kacau dan wajah yang tampak kusut, tapi kecantikannya tidak susut, bersiap hendak keluar seolah tak menghiraukan keadaan di luar.
Maksudnya hendak keluar dia hendak melihat mesin mobilnya. Siapa tahu ada keajaiban.
Tangannya sudah memegang handle pintu, lalu tangannya sudah bergerak hendak membuka pintu. Namun belum juga niatnya benar-benar terlaksana, sudah terdengar suara Arabella seperti gemetar ketakutan melarangnya.
"Lu jangan keluar, Rena!"
"Emangnya napa?" tanggap Renatha dengan suara malas campur kesal.
Sambil berucap dia menoleh ke Arabella, dan langsung mendapati wajah cantik gadis tomboy itu sudah pucat. Dan sepasang matanya juga tampak membelalak ketakutan.
"Lu... lu napa, Bela?" tanya Renatha bernada heran, masih belum paham akan situasi yang dialami oleh temannya.
"Lu..., lu coba liat ke depan!" suara Indah masih gemetar ketakutan. Telunjuk kirinya yang gemetar menunjuk perlahan ke arah depan mobil.
Dengan agak cepat Renatha langsung menoleh dan terus menatap ke depan mobil, ke arah yang ditunjuk Arabella.
Namun cuma beberapa detik saja otaknya sudah bisa mencerna apa yang terpampang di depan mata indahnya. Maka kejap itu pula ketakutannya yang amat sangat langsung bangkit. Sehingga....
"Aaaa....!"
Tanpa menunda-nunda Renatha langsung menjerit ketakutan dengan histeris yang membuat Arabella makin terkejut horor. Langsung saja si gadis tomboy mengomelinya panjang pendek dengan suara dongkol bercampur masih ketakutan.
Renatha tidak peduli dengan omelan gerutuan Arabella, tidak perduli kakinya sempat menginjak tasnya, dia langsung ngacir ke jok belakang. Lalu meringkuk bersembunyi di bawah jok belakang.
Sebenarnya apakah yang terjadi? Apakah yang kedua gadis itu lihat sehingga membuat mereka ketakutan sedemikian rupa?
★☆★☆
Di depan mobil sedan merek Mercedes-Benz E Class warna biru itu, berjarak 5 meter telah berdiri 3 sosok serba merah gelap yang begitu menyeramkan.
Berpakaian panjang hingga ke mata kaki model jubah warna merah. Kepala mereka terbungkus tudung dari kain yang bersambung dengan pakaian masing-masing mereka juga warna merah. Di pinggang masing-masing terlilit sabuk selebar 4 jari dari logam berwarna hijau metalik.
Wajah mereka begitu menyeramkan. Agak tebal berwarna merah berpadu guratan-guratan hitam yang rupanya laksana setan. Sepasang mata mereka memancarkan sinar redup warna merah keputihan.
Sungguh mengerikan!
Di tangan masing-masing mereka kini sudah tergenggam pedang lurus agak lebar dan cukup panjang bermata satu. Semakin menambah tampang mereka yang amat menyeramkan.
Benar-benar penampilan ketiga sosok makhluk itu yang sungguh menyeramkan! Tidak heran kalau Arabella maupun Renatha gemetar ketakutan. Hingga membuat Renatha sempat menjerit ketakutan.
Oh tunggu, ternyata bukan cuma 3 sosok makhluk itu saja yang ada. Di samping kanan mobil juga ada 3 sosok dengan wujud yang sama, di samping kiri juga ada 3, bahkan di belakang mobil juga ada 3 sosok makhluk mengerikan itu.
Sehingga mobil sedan mewah itu sudah dikurung oleh 12 sosok makhluk laksana setan atau siluman dengan wujud yang sama dari segala arah.
Sementara itu Arabella masih saja terpaku diam bagai patung. Sepasang mata indahnya yang membelalak bulat masih menatap horor ketiga sosok makhluk di depan sana.
Namun dengan cepat dia merosotkan tubuhnya ke bawah ketika telah menyadari ketiga makhluk itu bergerak maju. Lalu meringkuk menyembunyikan tubuhnya di bawah dasboard.
Ya, ketiga makhluk itu..., oh bukan..., semuanya..., semua sosok makhluk menyeramkan itu kini sudah bergerak maju mendekati mobil sedan mercy itu.
Mereka melangkah dengan perlahan namun begitu mantap, seakan-akan mereka tidak ingin terburu-buru menghabisi mangsa di depan mata.
"Makhluk... menyeramkan apa tuh, Ndah?" tanya Renatha yang sudah mengkeret ketakutan. Suaranya cukup pelan seakan tenggelam di dalam ketakutannya.
"Lu jangan berisik!" dengus Arabella menegur, tapi dengan suara pelan, masih ketakutan. "Mereka udah mendekat ke mari!"
Renatha segera membekap mulutnya kuat-kuat dengan kedua telapak tangannya, menahan mulutnya yang hendak menjerit lagi agar jangan sampai.
Air mata ketakutan sudah membasahi pipi halusnya. Namun dia berusaha suara tangisnya dia redam.
Selagi mereka masih dikecam oleh ketakutan, dihujam oleh suasana horor, tiba-tiba terdengar suara bentakan yang keras yang membuat kedua gadis cantik itu kembali terkejut.
"Berhenti...!"
Jelas Arabella maupun Renatha tidak mengetahui siapa yang membentak keras itu. Yang jelas suara itu terdengar seperti suara wanita muda di telinga mereka. Dan kedengarannya seperti dari arah atas kap mobil mercy itu.
Tapi kedua gadis cantik itu tidak beraksi yang berarti. Mereka tetap diam meringkuk di tempat masing-masing. Tapi benak masing-masing jelas memikirkan akan orang yang baru datang itu.
Siapa lagi ini, pikir mereka.
Yang jelas, saking hebatnya suara bentakan itu membuat 12 sosok makhluk menyeramkan seketika menghentikan langkah.
Kalau begitu siapakah orang yang membentak itu?
★☆★☆★
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!