"Kita sudah sampai di darat, Tuan Putri," kata lelaki bertopeng hitam seolah menegur atau mengingatkan. "Tolong lepaskan pelukannya!"
Lelaki misterius itu mengucapkan kalimat terakhir dengan berbisik, hanya Clarissa yang mendengarnya. Membuat gadis berambut hitam kecoklatan dikuncir ekor kuda itu seketika terbangun dari mimpi indahnya.
Barulah dia menyadari kalau masih memeluk lelaki gagah itu yang amat dekat di depannya. Seketika itu juga dia terlonjak kaget bagai terkena setrum.
Refleks pelukannya langsung dilepaskan, lalu mundur 2 langkah ke belakang sambil melengos ke arah lain.
Seketika itu juga wajah cantiknya langsung memerah dadu pertanda menahan rasa malu. Rikuh dan gugup langsung terlihat dari sikapnya yang kaku.
Sementara lelaki serba hitam itu, tanpa memperdulikan keadaan Clarissa, dia kembali melayangkan pandangannya ke sekeliling, kembali memeriksa keadaan sekitar.
Begitu sepasang matanya yang menyorot tajam menatap mayat sesosok Pasukan Siluman Topeng Merah yang tadi ditebas kakinya, mayat itu seketika hancur. Lalu hilang seperti yang sudah-sudah. Bersamaan pedang di tangan lelaki misterius itu juga ikut lenyap.
Kemudian kembali dia memandang ke sekitarnya, dan menyadari kalau semua mayat Pasukan Siluman Topeng Merah telah lenyap. Lalu memandang ke arah langit seperti mengamati sesuatu.
Semua apa yang dilakukan oleh lelaki bertopeng hitam tidak luput dari perhatian orang-orang yang masih berada di serambi. Terutama 3 gadis cantik yang harap-harap cemas akan keadaan Clarissa.
Tetapi orang-orang yang berada di serambi hanya diam saja di tempat masing-masing, seperti enggan melakukan apa-apa. Seolah mereka menunggu perizinan dari lelaki bertopeng hitam itu.
Tidak lama kemudian, setelah merasa kalau keadaan sudah benar-benar aman, lelaki misterius serba hitam itu memperbaiki posisinya, lalu menghadap Clarissa.
"Kenapa Tuan Putri tidak mengindahkan peringatanku?" tanyanya dengan suara khas, serak besar, bernada datar. Tidak diketahui apakah dia sedang marah atau biasa saja. Tapi nada suaranya terkesan lembut.
Suasana hati dan perasaan Clarissa saat ini masih dirundung rasa malu akibat perbuatannya yang memalukan tadi. Tapi dia cepat menenangkan keadaan dirinya. Terus dia menjawab pertanyaan lelaki bertopeng hitam berusaha bernada santai, untuk menutupi rasa malunya.
"Gue penasaran aja ama wajah lu. Makanya gue pingin tau."
Lelaki bertopeng hitam tidak langsung menanggapi ucapan Clarissa. Dia malah menatap gadis berwajah oval itu dengan segala ekspresi datarnya.
Namun Clarissa mengira, diamnya lelaki misterius itu mungkin belum paham dengan ucapannya. Maka dia mengulangi ucapannya dan menambahkan seakan memperjelas.
"Aku penasaran dengan wajah kamu. Aku ingin tahu, apakah wajahmu ini cuma topeng atau benar-benar asli?"
"Apakah keinginan konyolmu itu lebih penting daripada nyawamu, Tuan Putri?" tanya lelaki misterius masih bernada datar tapi lembut.
"A... apa maksudmu?" tanya Clarissa heran tidak mengerti.
Clarissa belum mengerti betul apa yang telah dialaminya tadi. Kejadiannya begitu cepat, pikirannya belum sanggup mengikuti. Dia hanya mendengar ada suara benda logam berbenturan. Lalu lelaki bertopeng hitam itu merangkulnya dan segala macamnya.
Makanya gadis cantik putri presiden itu belum mengerti lelaki misterius serba hitam itu menyinggung soal nyawa, nyawanya sendiri.
"Hampir saja tadi 2 senjata rahasia Pasukan Siluman Topeng Merah menghancurkan kepala Tuan Putri kalau tidak cepat aku mengambil tindakan," jelas lelaki misterius bernada datar, bahkan terselip kemarahan.
"Kalau saja tadi aku sampai terlambat," lanjut lelaki bertopeng hitam itu, "kepala Tuan Putri pasti akan pecah terkena 2 senjata rahasia itu. Dan dipastikan nyawa Tuan Putri akan melayang."
Mendengar penjelasan lelaki serba hitam itu barulah Clarissa sadar kalau adegan tadi itu ternyata aksi untuk membunuhnya. Sadar akan hal itu dia langsung bergidik ngeri.
Sedangkan lelaki bertopeng hitam itu, tanpa menghiraukan kalau gadis berambut kuncir ekor kuda itu masih tenggelam dalam perasaan horornya, dia melangkah agak cepat menuju tangga serambi.
★☆★☆
Tak lama kemudian lelaki lelaki misterius kini sudah berada di serambi. Tepatnya kakinya berpijak di tangga kedua dari atas.
Tampak kedua tangan lelaki itu merentang lurus ke depan. Kedua telapaknya seperti menyentuh dinding tak berwujud di antara kedua pilar di depan serambi.
Maka beberapa detik berikutnya seluruh kediaman utama Pak Menhankam Negara terselubung sinar bening warna kuning. Namun beberapa detik kemudian lagi sinar itu seketika lenyap. Hampir bersamaan lelaki misterius menurunkan kedua tangannya itu.
Semua orang yang masih berada di serambi memperhatikan apa yang dilakukan lelaki misterius itu, mulai dari pertama dia berbuat hingga menyudahi pekerjaan anehnya itu. Tanpa ada seorang pun yang mengajak lelaki itu berbicara, meski mereka ingin sekali bertanya.
Termasuk yang memperhatikan perbuatan lelaki misterius adalah Clarissa yang ternyata sudah menyusul ke depan serambi. Dia berdiri di depan anak tangga bawah.
Dia juga sebenarnya ingin menanyakan banyak hal kepada lelaki misterius itu. Tapi dia masih mampu untuk menahannya rasa penasarannya itu.
Setelah itu, lelaki bertopeng hitam memandang ke arah Jenderal Himawan Subandhi dan Wakil Presiden Bambang Sudrajat yang berdiri masih berdampingan. Lalu dia berkata bernada sopan sebenarnya.
"Keadaan sudah aman, Tuan-tuan. Silahkan hubungi pihak keamanan untuk mengamankan tempat ini!"
Jenderal Himawan maupun Wapres Bambang tidak lantas menanggapi pengkabaran lelaki misterius. Tampak mereka masih bingung dengan situasi seperti ini.
Ditambah lagi mereka seperti agak takut atau segan saat melihat wajah lelaki misterius itu dari dekat. Sehingga kedua petinggi negara itu seolah tidak berani atau segan untuk berbicara dengan sosok serba hitam itu.
Masalahnya, mereka merasakan semacam aura aneh yang menguar pada diri lelaki misterius itu. Aura yang membuat siapa saja yang berhadapan dengannya merasakan kegentaran sekaligus rasa takut.
Sedangkan kedua pengusaha kaya tampak berdiam diri juga. Namun bukan diam percuma, melainkan tengah berpikir keras tentang siapa adanya lelaki serba hitam itu.
Adapun ketiga gadis cantik, 3 personil geng Red-Blue Girls 8, ketika mendengar lelaki misterius mengabarkan kalau keadaan sudah aman, itulah yang mereka tunggu-tunggu sejak tadi.
Maka tanpa banyak pikir, tanpa menghiraukan jika sekiranya papanya Arabella mencegat, mereka langsung menghampiri Clarissa yang masih saja setia berdiri di dekat tangga bawah.
Sementara lelaki misterius, tanpa menunggu tanggapan dari Pak Menhankam Negara maupun Pak Wakil Presiden, atau siapa pun yang ada di situ, dia berbalik dengan cepat. Terus berjalan menuruni anak tangga dengan maksud meninggalkan tempat ini.
★☆★☆
Akan tetapi baru saja sepasang kakinya menginjak lantai paving, Pak Hendra seketika menegurnya dengan bertanya, yang membuatnya berhenti melangkah.
"Boleh kami tahu siapakah anda, Manusia Bertopeng?"
Sebenarnya lelaki serba hitam itu sedikit terkejut juga saat lelaki tua itu mengetahui kalau dia mengenakan topeng. Namun dia masih bisa mengatasi keterkejutannya, lalu menjawab pertanyaan setelah berbalik menghadap serambi.
"Kalian bisa memanggil saya dengan sebutan Ksatria Naga Hitam atau Naga Hitam."
Empat personil geng Red-Blue Girls 8 mendengar dengan jelas lelaki misterius menyebut namanya, atau lebih tepatnya julukannya. Dan seolah bersepakat meng-save nama itu di ingatan mereka.
Entah kenapa, mereka jadi mengidolakan lelaki yang menamakan dirinya Ksatria Naga Hitam itu. Menyaksikan aksi Ksatria Naga Hitam yang begitu memukau dan amat keren, membuat mereka langsung tersepona... eh terpesona.
"Bisakah anda menjelaskan, siapa sebenarnya Pasukan Siluman Topeng Merah itu?" tanya Pak Hendra lagi jelas ingin tahu. "Apa sebenarnya tujuan mereka membuat kekacauan di sini?"
"Mereka adalah salah satu pasukannya Prabu Gandara yang sudah dia jadikan siluman bertopeng sekaligus mesin pembunuhnya," sahut lelaki yang ternyata bernama Ksatria Naga Hitam menjelaskan, seperti tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Tujuan sebenarnya Prabu Gandara mengirim pasukannya ke Negeri Mega Buanaraya ini adalah ingin menaklukkan Kota Jakarta Raya dengan membunuh para pejabat negara dan para konglomerat."
Mendengar keterangan Ksatria Naga Hitam barusan, kontan saja keempat aparat negara terkejut bukan main. Mereka tidak menyangka kalau ada orang yang hendak menaklukkan kota ini yang bernama Prabu Gandara.
Kalau begitu siapakah Prabu Gandara itu adanya?
Sedangkan Pak Hendra dan Pak Burhan juga sempat terkejut, tapi mereka terkejut akan dua hal.
Terkejut ketika Ksatria Naga Hitam menyebut nama Prabu Gandara. Juga terkejut bahwa ternyata Prabu Gandara juga menarget orang-orang kaya di kota ini seperti mereka.
Tampak kegeraman terlukis samar di wajah mereka saat mendengar nama Prabu Gandara disebut. Dari reaksi yang mereka tunjukkan itu meski samar, sepertinya mereka mengetahui siapa Prabu Gandara adanya.
"Perlu kalian ketahui bahwa target operasi Pasukan Siluman Topeng Merah bukan saja menarget para aparat negara maupun para konglomerat...," lanjut Ksatria Naga Hitam. "Mereka juga akan membunuh seluruh keluarganya."
Mendengar penjelasan itu, 4 gadis yang berada tidak jauh dari Ksatria Naga Hitam sontak langsung terkejut. Masalahnya mereka semua adalah anak-anak pejabat dan konglomerat.
Sedangkan Arabella tampak seperti menyadari sesuatu.
Pantas saja dia dan Renatha hendak dibunuh oleh Pasukan Siluman Topeng Merah sewaktu di jalan tadi. Rupanya dia dan Renatha adalah anak konglomerat yang juga target operasi Pasukan Siluman Topeng Merah.
"Maaf, Tuan-tuan semua, saya tidak bisa berlama-lama di sini," kata Ksatria Naga Hitam pamitan. "Saya masih ada urusan."
"Permisi!"
Setelah itu dia berbalik terus melangkah agak cepat hendak meninggalkan halaman belakang kediaman Jenderal Himawan.
"Bagaimana kami bisa menghubungi anda lagi, Ksatria Naga Hitam?" tiba-tiba Pak Wapres bertanya dengan memberanikan diri.
"Tenang saja, Tuan Wakil Presiden," sahut Ksatria Naga Hitam setelah berhenti melangkah, tapi tanpa berbalik. Hanya menoleh sedikit. "Sebentar lagi akan datang orang-orang sakti yang akan membasmi Pasukan Siluman Topeng Merah di negeri ."
"Lagi pula saya tetap akan berada di kota ini memantau pergerakan pasukan siluman itu."
Kemudian Ksatria Naga Hitam kembali melangkah, benar-benar hendak meninggalkan kediaman Pak Menhankam Negara.
★☆★☆★
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
anggita
chapternya sdh banyak tpi yg mampir baca masih sdikit. klo mau promo novel bisa ke tempat kami. bebas👌
2024-05-29
1