Setelah menerima telepon dari Bapaknya, Yura langsung menuju rumah saudaranya yang berada di Pekanbaru. Akhirnya Yura pun sampai dirumah saudaranya.
“Tok… tok…tok… Assalamu’alaikum.” Panggil Yura sembari terus mengetuk pintu rumah saudaranya.
“Wa’alaikumussalam,” jawab seseorang dari dalam rumah.
Tidak lama kemudian, pintu rumah pun terbuka. Menampilkan sosok wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah memasuki setengah abad.
“Maaf, ananda cari siapa?” Tanya wanita tersebut masih dengan senyum ramahnya.
“Apakah benar ini rumah ante Ina?” Tanya Yura, karena ini kali pertama Yura mengunjungi rumah saudara jauhnya.
“Iya, benar. Dengan saya sendiri.” Jawab Tante Ina yang masih belum mengenali Yura.
Yura segera menyalami ante Ina dengan takzim, setelah mengetahui ternyata wanita paruh baya itu adalah tante nya.
“Ante Ina, perkenalkan saya Yura anak Pak Alwi Kepala Polisi Tanjung Batu.” Beritahu Yura agar tante nya tidak semakin bingung.
“Owhhh… Yura, MasyaAllah ternyata kamu sudah tumbuh menjadi wanita cantik seperti ini, sampai pangling ante dengan kamu. Maaf ya ante tidak mengenali kamu, karena terakhir ketemu kamu saat kamu masih ingusan.” Ujar ante Ina sambil tersenyum geli mengingat keponakannya dulu yang masih ingusan.
“Isshhh… ante… kok ingat nya waktu Yura lagi ingusan sih.” Jawab Yura agak sedikit kesal dan mengerucutkan bibirnya.
“Hahahaha… sudah-sudah, ayo kita masuk. Pasti kamu capek banget habis perjalanan jauh.” Ajak Ina sambil menggandeng keponakannya.
Yura dan Ina pun masuk kedalam rumah. Ina langsung membawa Yura menuju kamar kosong yang akan di tempati Yura, Yura merasa sangat senang karena Ina memperlakukannya seperti anak sendiri.
“Yura, ini kamar yang akan kamu tempati, maaf ya kamarnya kecil. Nanti kalau kamu ada perlu apa-apa, jangan sungkan bilang ke ante ya.” Ucap Ina dan langsung diangguki oleh Yura.
“Terimakasih ya ante Ina, kamarnya nyaman kok.” Ujar Yura sambil melihat kamar yang bernuansa putih bersih, dengan fasilitas yang cukup memadai.
“Iya, sama-sama sayang. Semoga kamu betah ya tinggal di rumah gubuk ante.” Ucap ina merendah dan berlalu meninggalkan Yura yang masih menyusun pakaiannya.
(Padahal aslinya rumah ante Ina ini besar dan mewah loh guys. Wajar saja, karena ante Ina dan suaminya pengusaha textile terbesar di Pekanbaru).
Disini lah Yura tinggal selama di Pekanbaru yaitu dirumah ante Ina. Ante Ina memiliki 3 anak dimana anak sulung nya laki-laki yang sedang kuliah di UGM, anak kedua perempuan duduk dibangku SMA kelas X, dan terakhir laki-laki masih duduk dibangku SMP.
Keluarga ante Ina sangat senang atas kehadiran Yura, apalagi anak perempuannya dan si bungsu. Meskipun Yura tinggal dirumah mewah, tidak membuat Yura untuk bermalas-malasan.
Yura tetap mencuci baju sendiri, menyapu rumah dan sesekali membantu ART memasak, walaupun ante Ina sudah berulang kali melarang Yura untuk membantu pekerjaan rumah, tetapi Yura tidak pernah menghiraukan larangan ante Ina.
Yura dan Hamdan kuliah di Universitas swasta di Pekanbaru yaitu UIR (Universitas Islam Riau) fakultas yang sama, yaitu Fakultas Hukum. Selama kuliah mereka tetap selalu bersama sampai tamat.
Yura melamar pekerjaan ke kantor Pengadilan Tinggi kota Pekanbaru dan Hamdan melamar pekerjaan ke kantor Wali kota Pekanbaru. Yura dan Hamdan sama-sama diterima di tempat dimana mereka melamar pekerjaan.
Hubungan persahabatan mereka membentuk talian kasih yang ingin dibawa ke jenjang yang lebih serius.
Saat ini Yura dan Hamdan sedang duduk santai di taman kota, bercengkrama serta melihat indahnya kota Pekanbaru di sore hari.
“Sayang…” Panggil Hamdan pada pujaan hatinya.
“Iya…” Jawab Yura sambil menoleh melihat wajah tampan nan teduh sang kekasih.
“Saat ini kita sudah sama-sama bekerja, dan sudah lama menjalin kasih. Abang tidak mau lagi menunda waktu, abang ingin menghalalkan adek secepatnya, karena abang tidak mau mengikat adek dengan hubungan yang tidak di ridhoi oleh Allah SWT.” Ungkap Hamdan dengan tulus sambil menatap manik mata indah Yura.
“Apakah adek Yura bersedia jika di hari nan fitri nanti abang akan membawa orangtua abang untuk bersilaturahmi dan meminang dek Yura?” Tanya Hamdan menyampaikan niat baiknya pada Yura.
Dilihatnya Yura yang masih diam membisu, Hamdan memberikan pertanyaan lagi kepada sang pujaan hati “Kenapa adek diam? Diam nya adek tanda bersedia atau tidak? Abang tidak mau kita nanti menikah karena terpaksa. Jika adek belum siap, maka yakinkanlah hati adek dulu. Abang akan selalu menunggu adek.”
“Maaf bang, adek tidak bisa.” Ucap Yura dengan wajah sendu nya.
Mendengar pernyataan Yura, Hamdan langsung merubah raut wajah nya yang tadinya serius menjadi sedih seperti awan mendung.
“Adek tidak bisa menolak niat baik abang.” Jawab Yura sambil tersenyum menampakkan deretan gigi rapinya.
Jawaban Yura sontak membuat Hamdan tersenyum lebar sambil mencubit hidung mancung Yura.
“Sudah berani ya, buat abang spot jantung.” Ucap Hamdan.
“Abang sih, wajah nya serius amat, amat aja gak serius.” Kilah Yura dengan candaannya.
“Jadi, benar ni adek bersedia abang lamar?” Tanya Hamdan yang masih tidak menyangka Yura bersedia di lamarnya.
“Iya abang, adek bersedia membina rumah tangga bersama abang. Karena di hati adek hanya terukir nama abang seorang.” Terang Yura dengan penuh ketulusan dan keseriusan.
Hamdan menatap manik mata Yura, tidak ada kebohongan disana melainkan ketulusan dan pancaran cinta Yura untuk Hamdan.
“Baiklah, kalau begitu nanti abang beritahu orangtua abang untuk melamar adek disaat lebaran nanti.” Ucap Hamdan.
“Iya bang, makasih ya sudah memilih adek untuk menjadi pendamping hidup abang.” Ungkap Yura tulus.
“Iya sayang, kita sama-sama berdo’a ya, semoga Allah permudah segala niat baik kita.” Ajak Hamdan.
“Aamiin…. Iya bang.” Jawab Yura.
Tidak terasa, hari pun sudah gelap, tapi tak segelap hati Yura dan Hamdan. Karena hati dua sejoli ini sedang memancarkan cahaya cintanya. Wajah berseri-seri dan senyuman yang selalu mengembang, membuat dua insan yang sedang di mabuk cinta ini tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya.
“Hari sudah mulai gelap, ayo kita pulang sayang.” Ajak Hamdan dengan suara lembut dan senyuman yang masih setia bertengger di wajahnya.
“Ayo bang.” Jawab Yura sambil tersenyum lembut.
Hamdan dan Yura pun pulang bersama-sama. Hamdan mengantar Yura terlebih dahulu kerumah ante Ina. Tidak terasa akhirnya Yura tiba juga dirumah ante Ina.
“Terimakasih ya bang, sudah mengantarkan adek pulang.” Ucap tulus Yura.
“Iya adek, sama-sama. Buruan masuk, sebentar lagi adzan maghrib.” Pinta Hamdan.
“Iya abang, hati-hati di jalan ya bang. Kabari adek kalau sudah sampai.” Pinta Yura.
“Siap bos… Abang pulang dulu ya dek.” Pamit Hamdan.
“Kirim salam sama ante Ina dan keluaraga ya dek.” Pesan Hamdan.
“Iya bang, insyaallah nanti adek sampaikan kalau tidak lupa.” Ucap Yura yang masih sempat-sempatnya mencandai kekasihnya.
Hamdan hanya tersenyum manis merespon candaan pujaan hatinya. Kemudian Hamdan menghidupkan motornya, lalu pergi meninggalkan Yura.
~Dua bulan kemudian~
Saat hari raya Idul Fitri tiba, Hamdan dengan kesungguhan hati datang bersama orangtua nya ke rumah Yura untuk bersilaturahmi sekaligus menyampaikan niat baik hendak meminang Yura.
Apakah lamaran Hamdan diterima oleh Bapak Yura???
Nantikan terus kelanjutan ceritanya…
...Quotes...
...“Dia yang mencintaimu akan mengajak kamu ke jalan yang Allah ridhoi (Pernikahan), bukan menjerumuskan mu kedalam lembah kenistaan.”...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Kak Dsh 14
Quet yang sangat indah kakak
2024-07-13
0
👑Queen of tears👑
🌹 untuk outhornya 💚
2024-06-27
1
👑Queen of tears👑
hamdan ini jodoh Yura 🧐
teman tapi sayang gtu ya🤣🤣🤭
2024-06-27
1