Setelah sampai rumah, Servo merebahkan tubuhnya sejenak. Dia kembali mengingat-ingat kasus John-Nathan dengan Anton.
"Anton datengin Nathan, Serv, dia mau nagih utang. Tapi kata Nate, dia ga ada utang ke Anton"
"Bayar utang lo, Nate sebelum gw berbuat kasar!"
"Apa! Gw ga ada utang sama lo!"
"Anton, dimana buktinya?"
"Buktinya ga di gw, Serv! Nih orang licik!"
Dialog-dialog itu berseliweran di benak Servo, seperti sebuah kaset yang putar ulang. Analisa Servo saat ini, pelaku sebenarnya mungkin bukanlah Anton. Dalam hati dia lega tak sampai menghabisinya. Dan saran dia terhadap Nathan dan John cukup bagus. Jadi pertanyaannya, untuk siapa Anton menagih ke Nathan?
Servo menatap telapak tangannya yang berpendar kebiruan. Sudah beberapa kali sejak dia pindah ke LA, fisiknya seperti mengalami disfungsional, atau setidaknya itulah yang dikatakan dokter disini. "Dokter yang ga kompeten" itulah julukan yang dibuat Servo. Tak lama pendaran telapak tangannya memudar dan kembali normal.
Sudah sekitar lima tahun, Servo meninggalkan Jepang. Karena negara itulah yang dia ingat terakhir dimana dia dibesarkan. Dia ingat sekali hanya dalam waktu 4 tahun, dirinya sudah berada di usia dewasa. Ibu angkatnya saat itu pun bingung, namun dia tetap merawat Servo seperti anak kandungnya sendiri.
Dan begitu dia di LA, beberapa kali dia melatih dirinya sendiri selama lima tahun, tanpa tahu sama sekali kekuatan lain di dalam dirinya
****
Servo berpikir sejenak bagaimana baiknya membuat Anton memahami situasi dirinya yang dijebak. Kecuali... Servo memandang sejenak telapak tangannya.
Dia bangkit dari tidurannya di sofa lalu duduk dan mulai berkonsentrasi, memusatkan fokusnya pada telapak tangannya. Bulir-bulir keringat mulai mengucur, namun reaksi sedikit pun tak tercipta. Padahal ketika dia tak menginginkannya, telapak tangannya bisa berpendar. Servo menjadi frustasi.
"Hggghh...ah! Sial! Gimana caranya?!" geramnya. Karena hari sudah malam, dia berasumsi kekuatannya tadi menghilang karena kelelahan. Maka dengan berat hati, dia pun beranjak dari sofa dan menuju kamar tidurnya.
Ketika Servo tidur, tanpa sadar kepalan tangannya berpendar lagi kebiruan, kali ini dibarengi sedikit cahaya dari pendaran itu mengalir ke area kepalanya lalu masuk. Setelah itu semua pendaran lenyap seketika walaupun Servo tak tampak menyadari semua itu.
****
Paginya, Servo mendapati dirinya menjadi lebih bugar dan bersemangat. Ini sedikit aneh setelah dia pikir dengan baik. Semalam dia sangat frustasi, namun paginya dia merasa sangat positif thinking entah kenapa. Berusaha mengabaikan keanehan yang menurutnya kecil ini, dia pun segera turun ke kantornya. Ya, bagi yang belum menyadari, Servo tinggal disebuah rukan di pinggiran LA. Terdapat beberapa pertimbangan mengapa dirinya memilih lokasi yang jauh dari tengah kota. Pertama, dia seorang detektif, dia memiliki banyak musuh. Sehingga tinggal di pinggiran membuat dia lebih mudah melawan atau melarikan diri.
Kedua, dia bukanlah manusia biasa. Saat ini memang dirinya tampak berhenti menua dan terlihat seperti pria berusia dua puluhan tahun. Namun terlepas dari penampilan luarnya, Servo memiliki otak yang terus berkembang cepat. Dia memang berusia dua puluhan, namun otaknya selama 9 tahun ini, sudah terasa seperti 40 tahunan.
Satu hal yang dia belum kuasai atas dirinya, yaitu kemampuan pada kedua telapak tangannya. Dia berencana mencari tahu, sambil mengerjakan pekerjaannya sebagai Detektif, sekaligus penengah antara pengguna Sistem dan Mafia yang merajalela di benua Amerika ini.
"Harus konsultasi kemana ya sebaiknya...?" guman Servo. Sekarang karena pikirannya jernih, dia mulai dapat merangkai puzzle di otaknya. Saat ini dia sedang berpikir keras namun fokus pada relasi-relasi dia sejauh ini, yang mungkin dapat membantu menyelesaikan permasalahan ini.
"Ah aku tahu! Silvia!" maka dengan cepat Servo meraih ponselnya dan menghubungi salah satu temannya ketika dia baru tiba di LA.
"Hoaamm...hallo?" ucap Silvia masih mengantuk, padahal saat ini pukul setengah delapan.
"Silv, ini aku Servo! Lho kamu ga kuliah?" tanya Servo bingung, karena dia sudah pastikan hari ini bukan hari libur.
"Hari ini gue masuk siang, Vo...ada apa nih telepon..?" ujar Silvia, matanya masih merem.
"Oh gitu, hey Silv, kalau ga salah, kamu ada tante yang bekerja di laboratorium kan?" tanya Servo sambil jarinya menahut satu sama lain mengharapkan keberuntungan.
"Maksudmu Renata? Dia kerja di Lab Robotik, emang kenapa?"
"Hmm...kalau kamu sibuk, beritahu aku alamat labnya deh. Tapi kalau ga sibuk, pengennya sih dianter..." rajuk Servo berusaha memancing Silvia. Namun gadis itu telah cukup lama mengenal Servo, jadi dia hanya menutup panggilan, dan segera mengirimkan alamat kantor tantenya.
"Cih main putus telepon aja nih cewe!" cebik Servo, namun wajahnya sumringah setelah melihat sebuah alamat berasal dari WA Silvia. Maka dengan semangat, dia mengeluarkan sepeda dari garasinya, dan mulai memacu cepat menuju alamat yang diberitahu tadi.
Sylvia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Rock
Ayo thor, jangan bikin pembaca kecewa, update sekarang!
2024-05-11
1