Perjalanan menuju pasar malam yang tadi kita kiranya hanya memakan waktu setengah jam ternyata harus kita tempuh selama hampir satu jam lebih dikarenakan minimnya penerangan lampu di jalan. Suatu hal yang tentu saja sangat mengganggu jika ku kendarai motor dengan kencang.
“Walaupun pelan yang penting sampai dengan selamat.” Begitulah pikirku saat itu, tanpa menyadari jika hari sudah semakin malam.
Begitu sesampainya di pasar malam, aku segera mencari ruangan lapang untuk memarkirkan motorku, sepintas kulihat Rhea nampak begitu antusias dengan wajah yang begitu sumringah sehingga tentu saja semakin menambah kesan menawan di wajahnya.
Tak selang berapa lama kuparkirkan motorku, tangan Rhea langsung menggandeng tanganku menuju pintu masuk pasar malam. Langkah kakinya begitu cepat seakan-akan dia sedang mengajakku memburu sesuatu didalam sana. Kurasakan Tangan gadis itu begitu lembut saat menggenggam tanganku serta dapat kusentuh juga ukuran jari-jari tangan Rhea yang lentik dalam genggamanku. Lembut namun terasa begitu sangat kuat.
Sebelumnya belum pernah ada gadis manapun yang pernah ku pegang tangannya selain Rhea seorang.
Rhea lalu mengajakku menelusuri setiap sudut pasar malam, satu per satu stand yang berada di dalam pasar malam kami singgahi. Walaupun hanya sekedar melihat-lihat saja. entah apa yang membuatnya begitu bahagia padahal ini hanya sebuah pasar malam biasa yang tentu saja jauh dari kesan istimewa.
Seketika kusadari ternyata kebahagiaan tidak harus diukur dengan segala hal yang mewah.
Setelah puas berkeliling, Rhea mulai memperlambat langkah kakinya. Kulirik wajah gadis di sampingku itu dan terlihat wajahnya memerah dengan nafas yang memburu kencang. Tanpa basa basi kukeluarkan air mineral yang sedari tadi aku letakkan di dalam tas ransel kecilku pada Rhea.
“Nih minum dulu… ntar kamu pingsan lagi ha… ha… ha…” candaku pada Rhea.
“Kamu terlihat capek Rhe. Istirahat sebentar dulu yuk.” Ajakku sambil menunjuk bangku kosong diujung pasar malam.
Dengan cepat Rhea menganggukkan kepalanya.
“Akhirnya bisa duduk juga…” ujarku membuka obrolan kembali.
Dan kali ini Rhea hanya terdiam sambil kepalanya menengadah memandangi langit malam.
Spontan akupun ikut menengadahkan kepalaku. Kulihat langit malam itu sangat cerah dihiasi dengan hamparan bintang yang tampak berkedip-kedip manja bagaikan lukisan maestro dunia. Sungguh pemandangan yang indah dan sangat memanjakan mata.
Tentu saja keindahan langit malam itu tak kalah dengan keindahan gadis yang sedang duduk di sampingku.
“Je.. gak berasa ya, bentar lagi kita akan lulus SMA, kayaknya baru kemarin kita ikut ospek.” Ujar Rhea sambil tetap menatap langit malam.
“Kamu mau lanjutin kemana nanti Je, kuliah atau kerja…” tanya Rhea lirih.
“Sepertinya aku kuliah Rhe… kemarin ibuku sudah memberikan beberapa daftar kampus yang nanti akan ku pilih.” Jawabku semangat.
“Oo… hebat dong ya… semoga lulus tes di kampus yang kamu mau ya Je… dan bisa sukses seperti kedua kakakmu di jakarta.” Ujar Rhea lembut.
“Iya dong Rhe itukan impian kedua orang tuaku.”
“Kamu kan tau selama ini aku mati-matian belajar karena memang ingin kuliah di kampus idamanku. Kalau kamu sendiri gimana Rhea, mau kuliah dimana.” Tanyaku penasaran.
Dengan bercanda Rhea menjawab “Aku mau kerja aja Je… capek belajar Mulu, mending nyari duit, hitung-hitung bisa membantu ibu juga kan ha… ha.. ha.. “ sembari tersenyum getir.
Dengan sedikit rasa penasaran kutanya pada Rhea, “Memang kamu ingin kerja dimana Rhe?”
“Entahlah Je… sedapatnya saja, mau kerja dimana sajalah selama itu menghasilkan uang, akan kujalani haha.. haa….” Rhea menjawab dengan lugasnya sambil tertawa lepas.
“Ya semoga nanti kamu dapat pekerjaan yang kamu inginkan Rhe, aku hanya bisa mendukung dan mendoakan yang terbaik untuk kamu.” Kataku memberi semangat pada sahabatku itu.
Terkadang sesuatu akan terasa ringan jika dipikul bersama. Sesuatu akan terasa enteng jika sudah dilupakan walaupun hanya sebatas kata-kata manis yang keluar dari bibir kita.
“Siap laksanakan bosku…..!!!” Jawab Rhea sembari bercanda dengan tangan memberi hormat.
Setelah itu kami pun terdiam sambil bersama-sama menatap bintang-bintang dilangit.
Dan tanpa kita sadari waktu pun terasa cepat berjalan, seolah-olah tak memberi lagi ruang untuk aku dan Rhea menikmati serta menghabiskan malam itu berdua.
Hiruk pikuk pasar malam perlahan-lahan mulai terlihat sepi. Pasar malam yang tadinya penuh sesak oleh pengunjung kini hanya tinggal diisi beberapa pedagang yang sudah mulai membereskan barang dagangannya.
Di Tengah pasar malam masih terlihat beberapa pengunjung yang juga mulai meninggalkan area lapangan tempat pasar malam berlangsung.
Ku Lirik jam tanganku dan betapa terkejutnya aku ternyata waktu sudah menunjukkan hampir jam dua belas malam.
Segera aku bangkit dari dudukku “Rhe sudah mau jam dua belas nih.” Teriakku pelan yang tentu saja mengagetkan Rhea yang masih asyik menatap langit, entah apa yang dipikirkan Rhea sehingga begitu betahnya ia berlama-lama memandangi langit.
“Nanti saja Je… tuh lihat masih ada beberapa orang yang masih jalan-jalan.” Ucap Rhea.
Ungkapan Rhea ini tentu saja membuatku gusar. Tidak mungkin aku berlama-lama lagi disini, ayah ibu dirumah pasti saat ini khawatir menungguku pulang. Ditambah lagi perjalanan pulang yang cukup jauh. Tentu saja itu membuatku malas membayangkannya.
“Nggak Rhe… kita harus segera pulang, ayah ibuku pasti khawatir menungguku di rumah.” Tolak Ku dengan perasaan yang masih gusar.
Akhirnya ku beranikan diri untuk memaksa Rhea yang masih santai duduk di depanku.
“Pokoknya aku gak mau tau… kita harus pulang Rhe… harus.” ujarku kali ini dengan nada yang mulai meninggi.
Mendengar aku yang sedikit berteriak membuat Rhea kaget dan beranjak dari duduknya.
Ekspresi Rhea saat itu langsung berubah, seolah-olah dia kecewa denganku. Mukanya berubah jadi masam.
“Ya sudah ayo kita pulang!!” Ucap Rhea dengan nada kesal sambil berjalan melewati ku yang masih berdiri di depannya.
Ku Langkahkan kakiku di belakang badan Rhea yang berjalan mendahuluiku, aku tau Rhea pasti kecewa denganku karena menolak ajakannya untuk lebih berlama-lama di pasar malam. Namun dilain sisi aku lebih takut jika ayah dan ibu nanti akan memarahiku secara habis-habisan.
Sesampainya di parkiran kuberanikan diri menegur Rhea.
“Kamu marah denganku ya Rhe… maaf ya jadi membuatmu marah, next time aku antar kamu kesini lagi deh ya. Janji…” rayuku pada Rhea.
“Aku gak marah kok… lagian gimana mau kesini Minggu depan kan sudah ujian kelulusan. Gak mungkin kamu dibolehin keluar bermain oleh kedua orang tuamu.” Jawab Rhea ketus.
“Oohhh iya juga ya, Minggu depan kita sudah ujian kelulusan sekolah, ya habis ujian deh kita kesini nya Rhe.” Ujarku masih mencoba merayu Rhea, yang membuat wajah gadis itu makin manyun.
“Habis ujian, pasar malam nya sudah tutup!!!!” Teriak Rhea kesal.
“Udah ah ayo buruan nyalain motornya katanya mau pulang!! sini mana helmnya..!! Ucap Rhea masih dengan nada kesal sambil meraih helm yang sedari tadi ku pegang.
“Sekali lagi maaf ya Rhe sudah membuatmu kesal malam ini, aku tak bermaksud….”
“Udah.. udah.. iya aku maafin” potong Rhea. “Udah ayo buruan ngoceh mulu…” ucap Rhea yang terlihat makin kesal.
Akhirnya ku nyalakan motorku dan kami berdua pulang menyusuri jalanan malam desa yang tentu saja terasa sangat sunyi dan sepi.
Sepanjang perjalanan pulang tidak banyak yang aku dan Rhea bicarakan. Rhea hanya sekali-kali mengingatkan arah jalan kepadaku supaya kami tidak tersasar. Begitupun denganku yang hanya terdiam dan sesekali melirik wajah gadis yang aku bonceng melalui kaca spion motor.
Wajah Rhea nampak tidak sekesal tadi hanya sesekali kulihat dia menguap sambil mengucek-ucek matanya.
Untunglah.. semoga dia sudah tidak marah lagi, pikirku sambil terus melajukan motor.
Waktu menunjukkan hampir jam setengah dua pagi saat motorku sampai didepan rumah Rhea.
Dengan gontai Rhea turun dari boncengan motorku.
“Makasih ya Je… udah sana buruan balik dah mau pagi..” ucap Rhea pelan sambil memberikan helm kepadaku dengan kepala celingak-celinguk seolah-olah sedang mencari sesuatu.
“Kenapa Rhe..” tanyaku heran
“Yee segala nanya lagi, udah sana buruan balik, aku takut ada tetangga yang lihat nanti kita dikira sedang berbuat aneh-aneh!!” Ucap Rhea
Seketika aku sadar betul juga apa yang dikatakan Rhea barusan.
“Yasudah aku balik dulu ya Rhe.. met istirahat.” Ucapku pelan sambil menuntun motor menuju rumahku.
Hatiku rasanya tak karuan begitu tiba didepan rumah.
“Ayah dan ibu pasti marah besar.” Gumamku sambil sesekali menguap.
Begitu sampai depan rumah ku parkirkan motor di teras rumah dan melangkah menuju pintu rumah.
Alangkah terkejutnya aku belum sempat ku ketuk pintu tiba-tiba ayahku membuka pintu dari dalam dan langsung menginterogasi ku.
“ Dari mana saja kamu!! Jam segini baru pulang?!” Bentak ayahku, diikuti ibuku yang berjalan dari belakang ayah.
“Sudah-sudah masuk dulu. Gak enak kalau sampai didengar tetangga pagi-pagi buta gini.’ rayu ibuku kepada ayah berharap ayah sedikit melunak.
Malam itu ayah marah besar wajahnya nampak garang dengan dahi berkenyit seolah-olah akan menerkam ku hidup-hidup.
“Mulai malam ini sampai kelulusan kamu ayah larang bermain keluar rumah, mau jadi apa kamu, malam-malam bukannya belajar malah keluyuran!!” Bentak ayahku.
Saat itu aku hanya tertunduk diam di samping ibuku yang dengan lembutnya memegang kedua pundakku dari samping.
“Sudah sana ganti baju lalu istirahat sebentar lagi sholat subuh.” Ucap ibuku sabar.
Tanpa sepatah katapun aku melangkah masuk ke kamar.
Dan malam itu menjadi malam terakhir aku bermain bersama Rhea sahabatku…
—-------
Ujian sekolah sudah berakhir dan kita dinyatakan lulus seratus persen.
Siang itu selesai pengumuman ujian sekolah aku kerumah Rhea untuk sekedar bertanya kabarnya, karena semenjak kejadian malam itu kami tidak pernah bertegur sapa sekalipun itu disekolah.
“Permisi Bu.. Rhea nya ada.” Sapaku memberi salam kepada ibu Rhea.
“Eh nak Je… mari masuk nyari Rhea ya?” “Rhea sudah berangkat ke stasiun barusan, diantar pamannya.” Ucap ibu Rhea kalem.
“Hah ke stasiun?!? Mau kemana Bu si Rhea?!” Tanyaku penasaran.
Sambil membereskan meja ruang tamu ibu Rhea menjawab “Rhea mau nyari kerja di jakarta nak, kebetulan teman pamannya ada lowongan jadi Rhea ditawari kerja disana.”
“Ooo . Ooo begitu Bu.” Jawabku singkat dengan pikiran yang masih bertanya-tanya.
Sebenarnya masih banyak yang ingin aku tanyakan kepada ibu Rhea namun semua kuurungkan melihat kesibukan wanita tersebut membereskan rumahnya. Aku juga takut jika dianggap terlalu ingin tahu.
“Yasudah terima kasih Bu, saya ijin pamit dulu kalau begitu.” Ujarku yang disambut senyum hangat ibu Rhea.
Ternyata malam itu di pasar malam benar-benar menjadi malam terakhir aku dan Rhea berkomunikasi.
Karena sebentar lagi aku pun harus meninggalkan desa ini untuk menuntut ilmu ke kampus pilihanku.
Mungkin itulah alasannya sewaktu di pasar malam Rhea tetap ingin berdua bersamaku menghabiskan malam.
Andaikan saja waktu bisa ku putar kembali..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Amelia Quil
Enak banget karya ini, aku nggak sabar nunggu kelanjutannya!
2024-04-25
1