Sedari tadi aku sibuk mondar-mandir ke segala penjuru kamar mencari sesuatu yang hilang. kamarku sekarang sudah tidak lazim lagi untuk disebut sebagai kamar.
“Mati nih gue kalo ampe beneran ilang,” sungutku. “Besok harus siap dengerin gorila ngamuk nih kayanya,”
Aku meminjam catatan Ekonomi Rega kemarin dan bego nya Rega catatan sama latihan di gabung menjadi satu buku. Sebenarnya Rega tidak bisa di bilang bego juga sih, karena ya emang itu kebiasaannya dia. Dan sekarang buku catatan itu hilang tenggelam di telan bumi. Dan katanya latihan 20 soal yang di jadikan PR harus di berikan pada Pak Rusdi besok. Dan walaupun Pak Rusdi bukan termasuk guru killer, tapi --- kalo marah menyeramkan juga.
Dan, aku bingung harus mengatakan apa.
Aku mengambil ponselku yang tergeletak di ujung kasur dan membuka twitter. Segera ku ketikkan sebuah huruf-huruf untuk Rega.
@VanillaKiara hai @RegaMhrdk apa kabar?
Aku mengirim sebuah mention untuknya di twitter. Tidak sampai 5 menit Rega membalasnya. Dia juga sedang online karena kulihat ia sedang membalas mention beberapa dari teman kelasnya dan lainnya. Biasalah, Rega gitu anak eksis.
@RegaMhrdk kesambet apalu nanya begituan
@VanillaKiara ngga jadi deh nanyanya
@RegaMhrdk Bawa buku ekonomi gua besok!
Tuhkan, mampus gue. Dia inget lagi!
Sekali lagi aku mencoba mencari ke seluruh penjuru kamar. Namun hasilnya tetap sama, nihil. Aku keluar dari kamar dan turun dari tangga dengan terburu-buru. Bisa saja buku catatan Rega tertinggal di ruang tv atau meja makan.
“Minggir, minggir!” kataku pada Vandy yang sedang menonton bola.
“Apaan si,” Vandy yang merasa terganggu melempas sebuah kulit kacang. Aku tidak membalasnya karena sibuk dengan pencarianku. Vandy yang bingung karena tidak biasanya aku tidak membalas bertanya padaku. “Ngapain si lo?”
“Nyari buku catetan,” jawabku di sela-sela kesibukan melempar-lempar bantal sofa.
“Catetan apaan?”
“Cateten ekonomi nya Rega,”
“Di sampul gak?”
“Rega mana pernah nyampul buku,”
“Gambarnya dragon ball?”
“Iya – ih ngapain juga lagi gue jawab pertanyaan lu. Elah, berisik!” aku seperti mendumel-dumel pada diri sendiri. “Ck gimana nih nasip gue besok,”
“Bukunya sedeng apa kecil?”
“SEDENG ELAH BERISIK LU KAK,”
“YAELAH GUE CUMA MAU MASTIIN KALI ITU DI SAMPING TV BUKU SIAPA!” refleks aku menoleh ke samping tv dan buku catatan Rega ada disana.
“Huwaaa akhirnya setelah sekian lama aku menunggu!” aku mengambil buku Rega dengan cepat dan berjalan menuju Vandy lalu mencium pipinya. “Love you banget deh ah, mwah!” sebelum kena sambit oleh Vandy aku sudah ngacir ke atas.
“WOY,” suara Vandy menggema sampai ke atas. Aku hanya tertawa cekikikan mendengar Vandy misuh-misuh sendiri.
***
Aku sedang asyik bermain subway surf di iPad seraya menunggu Rega kembali dalam kamar mandi. Sore ini kami berdua makan di Bebek Setan pak Slamet, tempat makan favorit kami berdua. Selain harganya cukup buat kantong anak sekolahan, bebeknya demi Tuhan enaknya tiada tara. Disini bisa memesan sambalnya untuk level semaumu. Level satu adalah satu sendok sambal dan seterusnya.
Rega tidak pernah memesan selain level dua, karena dia tidak terlalu suka sambal. Sedangkan aku selalu memesan level lima. Rega cupu, aku tidak. Rega jelek, aku cantik. Oke abaikan.
“Bulan depan gue ada turnamen,” Rega menghabiskan suapan terakhirnya.
“Hm,” jawabku singkat.
“Lo dateng ya. Awas aja kaya taun kemaren, lo malah seenak-enaknya tidur!”
“Iya,”
“Serius Vanilla!”
“Iya Rega,”
“Gue pokonya bakal ngambek sama lo tujuh turunan kalo lo gak dateng, serius.”
“Hm,”
“Dengerin gue ga sih?”
“Denger,”
Karena kesal mendengar jawabanku yang super singkat, Rega mencoba meraih iPad yang sedang ku pegang. Terjadilah tarik-tarikan di antara kami.
“Tuh kan elah gue jadi kalah! Ahelah udah hampir satu juta juga ngeselin banget si lo Ga, bodo gatemen gue gamau dateng ke turnamen lo,” cerocosku. “Ha! Jangan harap besok gue mau ngomong sama lo, ga akan.”
“Vanilla cantik—“
“Emang,”
“Ya Tuhan cewek modelnya gini amat si,”
“Masbulo?”
“Dasar lo alay bahasanya di singkat-singkat,”
“Es-ka es-ka ge-we ka-el,”
“Ribet – gue cabut ah, lo lagi gamau ngomong sama gue kan? Jangan harap gue kasih tebengan!” dengan satu tarikan ia menyambar tas nya dan berjalan cepat keluar tempat makan.
“NGGA JADIIIIIII! TUNGGUUUUIIINNN!” aku gelagapan untuk berdiri dan mengejar langkahnya. “Batal deh batal, gue tarik omongan gue tadi – nanti gue pulang sama siapa kalo bukan sama lo?”
“Bilang dulu,” Rega sudah senyum-senyum minta di tabok. “Kakak Rega yang ganteng, boncengin aku pulang dooongggg,” kata Rega dengan suara yang di menye-menyekan.
“OGAH DEMI TU—HAAN!” gara-gara Vandy suka ngomong seperti itu aku jadi terbawa-bawa kan.
“Yaudah kalo gamau sih,” Rega mengambil helmnya yang tersampir di spion kanannya bersiap untuk memakainya.
“Eh, eh, mau kemana? Iya iya elah tunggu,”
“Cepetan,”
Aku menarik nafas panjang lalu perlahan menghembuskannya. Kulakukan itu selama kurang lebih tiga kali.
“Lama banget dah berasa lagi nunggu kopaja,” sindir Rega.
“Sabar dong lagi nguatin iman nih!”
“El-be-ye,”
“Sekarang lo yang alay di singkat-singkat,”
“Boam, cepetan elah bilang. Gue pen cepet pulang nih,”
Aku menarik nafas sekali lagi, “Kakak Rega yang—“
“Ga kedengeran bro,”
Aku mengerucutkan bibirku, sialan padaha itu sudah lumayan keras menurutku. “Kakak Reg—“
“Gue pulang aja deh sekarang – byee,”
“KAKAK REGA YANG GANTENG ANTERIN AKU PULANG DOOONGG!”
“Huahahaha – oke adik, ayo sini sini naik ke belakang,”
“Jijik,”
Dari Bebek Setan Pak Slamet hanya menempuh jarak 15 menit untuk sampai ke rumahku. Aku mengeluarkan iPod dan memasangkan earphone pada telinga. Lagu I Surrender milik Celinedion mengalir syahdu dari telinga.
“Cause I’d surrender everything – To feel the chance to live again – I reach to youuu – I know you can feel it too – We’ll make it through – “
“I SURRENDEEEEERRRR! AAAKKK uhuk uhuk huek,”
Bagian terakhirnya tolong abaikan. Di depan, Rega susah tertawa-tawa ngakak karenanya. Gue benci Rega, gue benci Rega, gue benci Rega, komat-kamitku dalam hati.
“Suara apa tikus ketabrak tol tuh,” komentar Rega.
“Bego lo! Mana ada tikus ketabrak tol,” sungutku.
“Terus? Gue kan calon profesor yang suka menemukan kalimat baru,”
“Iya? Iya? Iya? Oke,”
“Ngeselin banget sih gue turunin juga lo disini,”
“AND LIVE WHILE WE’RE YOOOOOUUUNNNGGGGG --- BLA BLA GA DENGER BODO BODO BODO,”
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Nineng Oneng
suka juga dgn lagu itu,,,,,😁
2020-07-01
0