Kayla dan Key nampak sudah lumayan dekat dengan anak-anak yang ada di ruang anak. Mereka bermain bersama, tertawa dan bercanda, seolah melupakan sejenak segala beban yang ada di pundak mereka. Kali ini mereka bermain petak umpet, permainan favorit anak-anak yang bisa menghabiskan waktu berjam-jam tanpa terasa.
Kayla, dengan cerdik, mencari tempat sembunyi yang sempurna. Matanya memindai setiap sudut ruangan, mencari tempat yang tak biasa. Saat itulah ia melihat sebuah pintu bertuliskan "VVIP 10." Pintu itu tertutup rapat, memberikan tanda bahwa ruangannya jarang diakses oleh orang lain.
Tanpa pikir panjang, Kayla menyelinap masuk ke dalam ruangan itu. Hatinya berdebar-debar dengan kegembiraan karena menemukan tempat sembunyi yang menurutnya sempurna. Di dalam ruangan tersebut, pandangannya tertuju pada sebuah lemari besar yang terletak di sudut. Ia bergegas menuju lemari itu dan membuka pintunya perlahan, memastikan tidak ada yang melihatnya.
Kayla masuk ke dalam lemari dan menutupnya kembali dengan hati-hati. Di dalam sana, ia menutup mulutnya agar tidak bersuara, menahan napas agar tidak terdengar oleh siapapun yang mungkin mencarinya. Dari celah pintu lemari, Kayla bisa melihat isi ruangan dengan cukup jelas.
Matanya tertuju pada seseorang yang berbaring di ranjang rumah sakit, tubuhnya terpasang berbagai alat medis. Orang itu tampak begitu tenang, seolah terlelap dalam tidur yang sangat dalam. Kayla menatap dengan rasa penasaran, namun tetap berusaha tidak membuat suara sedikit pun.
"Mereka pasti tidak akan bisa menemukanku, dan kali ini aku akan menang," gumamnya dalam hati dengan penuh semangat.
Sementara itu, di luar ruangan, Key dan anak-anak lainnya mencari dengan penuh semangat. Mereka membuka setiap pintu, memeriksa setiap sudut, namun tidak ada tanda-tanda Kayla. Tawa dan teriakan mereka bergema di sepanjang koridor rumah sakit, namun Kayla tetap tersembunyi dengan aman di dalam lemari.
Di dalam lemari, waktu terasa berjalan lebih lambat. Kayla merasa lega karena sejauh ini tidak ada yang menemukannya. Namun, rasa penasaran tentang siapa orang yang terbaring di ranjang itu semakin mengganggunya. Kayla mencoba mengintip lebih jelas dari celah lemari, berusaha melihat seseorang yang berbaring di ranjang itu.
Setelah terdiam sejenak di dalam lemari, Kayla mendengar langkah kaki yang mendekat ke arah ranjang. Hatinya berdegup kencang, merasa takut jika orang tersebut menemukan tempat persembunyiannya. Namun, ia tetap berusaha menahan napasnya agar tidak terdengar.
Langkah kaki itu semakin mendekat, dan akhirnya pintu ruangan terbuka. Seorang pria tampak masuk, dan Kayla merasa lega karena itu bukan temannya.Victor berjalan tenang menuju ranjang tempat wanita itu terbaring. Tangan Victor santai berada di saku celananya saat ia menatap wajah wanita yang tampak pucat di ranjang.
"Sepertinya kau masih belum sadar juga," ujar Victor dengan suara yang tenang namun penuh perhatian.
Kayla, yang mendengar suara yang begitu familier di telinganya, mulai mengintip dari celah lemari. Ekspresi terkejut tergambar jelas di wajahnya saat melihat ayahnya berada di sana.
"Daddy," gumamnya dalam hati, sedikit binggung melihat ayahnya ada diruangan ini.
Tangan Victor kemudian menyentuh lembut pipi wanita itu, dan Kayla memperhatikan dengan seksama. Pipi wanita itu terlihat gembul seperti mandu, dan entah mengapa, Victor tampak ingin menyentuh wajah itu lebih lama, seolah-olah terdapat bisikan untuk melakukannya.
"Harus kukatakan, kau memang cantik," ujarnya dalam hati, senyum tipis terukir di bibirnya.
Setelah beberapa saat di ruangan itu, Victor kemudian keluar. Kayla menunggu sejenak sebelum akhirnya berani keluar dari tempat persembunyiannya. Anak itu mengarahkan langkahnya perlahan ke arah ranjang, hatinya dipenuhi oleh perasaan campur aduk.
Melihat wanita yang terbaring di sana, mata Kayla menerjab beberapa kali mencoba memastikan. Wajah wanita itu terlihat tenang dalam tidurnya.
Kayla memikirkan kemungkinan bahwa wanita cantik yang terbaring ini adalah ibunya.
"Cantik," gumamnya pelan, mendekati wajah wanita itu dengan rasa ingin tahu yang besar.
Dia merasa sedikit canggung, tidak tahu apa yang seharusnya dia lakukan di situ. Perasaan campur aduk dari rasa ingin tahu, penasaran, dan sedih melanda hatinya. Kayla mengambil kursi agar bisa duduk di sisi ranjang, menatap wajah wanita itu dengan penuh rasa haru dan penasaran yang tak terucapkan.
Kayla duduk di samping ranjang, hatinya terasa begitu berat dan penuh dengan pertanyaan. Banyak pikiran yang bergejolak di benaknya, ingin tahu lebih banyak tentang wanita yang terbaring di hadapannya. Dia memperhatikan sekeliling, mencari petunjuk atau apapun yang bisa memberikan jawaban atas rasa penasaran yang memuncak di dalam dirinya.
Tiba-tiba, matanya tertuju pada sebuah meja kecil di dekat ranjang. Di atas meja itu terdapat beberapa dokumen, dan salah satunya terlihat jelas dengan nama "Nyonya Winslow" tertera di sana. Melihat hal tersebut, Kayla merasa seperti ditampar oleh kenyataan.
"M-Mommy? Jadi ini Mommy Kayla?" gumamnya dengan suara gemetar, air mata sudah mulai mengalir di pipinya. Tanpa bisa menahan lagi, Kayla memeluk wanita itu dengan erat, seakan-akan mencari kehangatan dan jawaban dari pelukan itu.
"Kayla tidak tahu Mommy ada di dekat Kayla selama ini. Mommy sakit apa? Kenapa bisa di sini?" tanya Kayla, suaranya penuh dengan kebingungan dan kekhawatiran yang mendalam.
Wanita itu masih terbaring dengan tenang, matanya tertutup rapat. Tidak ada jawaban yang keluar dari bibirnya, namun Kayla merasakan ada kehadiran yang hangat dan lembut dari pelukan itu. Entah kenapa, meskipun wanita itu belum memberikan jawaban, Kayla merasa lega bisa berada di sampingnya.
tiba-tiba suasana itu dipecah oleh kehadiran seorang anak laki-laki yang masuk dengan langkah mengendap-endap. Sorot matanya tajam memperhatikan sekeliling ruangan, seolah mencari sesuatu atau seseorang.
Anak laki-laki itu melihat Kayla yang duduk di samping ranjang, masih dalam keadaan berduka. Dengan langkah mantap, ia mendekati Kayla dan Tanpa basa-basi langsung menangkap tangannya.
"Ketangkap juga kamu, Kayla," ujarnya dengan suara berani.
"Sudah kukatakan, kau tidak akan menang, Kayla," tambahnya lagi.
Kayla hanya diam, tidak ada niatan untuk menjawab atau menghadapi anak laki-laki itu. Pandangannya tetap tertuju pada wanita yang terbaring di ranjang, matanya mencoba mencari jawaban atas segala pertanyaan yang memenuhi pikirannya.
Anak laki-laki itu, dengan penuh pertimbangan, memutuskan untuk membawa Kayla pergi dari ruangan itu. Dengan tangannya yang menarik Kayla, ia mengajaknya keluar meninggalkan ruangan.
"Ayo cepat keluar dari sini, nanti kita ditangkap perawat," ujarnya seraya menuntun Kayla keluar.
Mereka berdua keluar dari ruangan dengan langkah cepat namun tetap hati-hati agar tidak menarik perhatian. Di koridor rumah sakit yang tenang itu, anak laki-laki itu memandang Kayla pelan dan membawa Kayla ke ruang anak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Dede Dedeh
okk masih nyimak!!
2024-05-30
2