NovelToon NovelToon

Ibu Palsu Untuk Anak-anak Ku

Prolog

Di gedung pencakar langit yang menjulang gagah di kota Seoul, seorang pria dengan wajah dingin memasuki ruangan mewah yang penuh dengan nuansa kontras berwarna emas. Dalam tuxedo hitam yang memancarkan kesan elegan, langkahnya tak terdengar di atas lantai marmer yang mewah.

Aura misterius menyelimuti ruangan yang ditinggal pemiliknya, menciptakan suasana tegang yang sulit dipatahkan. Namun, pria tersebut tak terpengaruh, ia menjelajahi setiap sudut ruangan dengan langkah yang pasti. Cahaya redup dari lampu gantung di langit-langit hanya memberikan sedikit penerangan, namun cukup untuk memperlihatkan kemewahan di sekitarnya.

Tangannya menyentuh permukaan dingin marmer di meja besar di tengah ruangan, di atasnya terdapat dokumen-dokumen penting perusahaan yang menumpuk serta guci langka dengan harga fantastis. Pria itu seakan sudah hafal dengan isi ruangan, dengan gesitnya bergerak menuju tempat penyimpanan wine yang terletak tidak jauh dari meja.

Dengan keahlian yang terampil, ia memilih wine yang tepat untuk menemani malamnya yang penuh dengan intrik dan ambisi. Segera setelah memilih wine, ia mengambil gelas dan meletakkannya di atas meja marmer yang di atasnya terdapat papan nama "Pimpinan, Kim Jane," sebuah simbol kekuasaan yang ingin ia rebut dengan tekad yang kuat.

Pria dengan sedikit senyum dibibirnya lantas menatap papan nama dengan mata yang menusuk tajam, seolah mencari jawaban dari pertanyaan yang terpendam di dalam dirinya. Tanpa ragu, ia melangkah dan duduk di kursi yang seharusnya bukan haknya, ia yakin sebentar lagi ia akan duduk dengan pantas dikursi ini.

Saat itulah, ponsel Nokia klasik yang selalu setia menemaninya bergetar di saku jasnya. Sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal menunggu untuk dibaca. Dengan ekspresi datar, pria itu membuka pesan tersebut, perlahan ia membaca pesan yang dikirimkan. Jari-jari tangannya tak tinggal diam, mereka mengetuk-ketuk meja dengan irama yang pasti.

Tanpa perlu berpikir panjang, pria itu langsung mengetik balasan dengan lincah, menuliskan kata-kata tegas yang mengekang keputusan penting yang akan segera diambilnya. Pesan itu dikirim, dan ia meletakkan ponselnya di atas meja, lalu memutar piringan lagu klasik yang telah ia siapkan sebelumnya.

“Selesaikan Sekarang!”- isi pesan yang ditulis pria itu.

Dengan sentuhan jari yang halus, ia meletakan ponselnya diatas meja marmer mewah yang akan segera menjadi miliknya. Musik klasik memenuhi ruangan dengan kedamaian seolah-olah menjadi gambaran isi hatinya. Di balik nada-nada indah yang terdengar tenang, tersembunyi aura mencekam yang hanya bisa dirasakan oleh pria itu sendiri. Namun, ada rasa tegang yang diselimuti kalut, dikalau rencananya yang sudah ia susun matang gagal malam ini.

Seolah memainkan simfoni kehidupannya sendiri, bersiul mengikuti irama musik yang semakin menggigit. Setiap dentingan nada terasa seperti serangkaian keputusan yang harus diambil, setiap lonceng yang berdenting seperti simbol dari pertaruhan yang ia ambil.

Ketika lagu mencapai puncaknya, pria itu memejamkan matanya sembari menunggu kemenangan yang akan berada ditangannya. Setelah melalui perjalanan nada-nada musik yang memikat jiwa, pria itu mengendurkan aliran musik klasik yang telah mengisi ruangan dengan kekuatan yang menggetarkan. Matanya yang kini memancarkan kepuasan yang dalam, seolah mendapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersembunyi yang menghantui pikirannya.

Dengan gerakan yang lincah, pria itu mengisi gelasnya dengan wine yang telah menunggu dengan sabar di atas meja mewah. Anggur merah itu mengalir dalam gelas, menciptakan warna dan aroma yang memikat di udara.

Beranjak dari tempat duduknya, pria itu melangkah menuju jendela besar yang menghadap ke kota. Cahaya bulan menembus kaca, menyinari wajahnya yang penuh dengan refleksi dan pemikiran. Gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di depannya memberikan latar belakang yang megah, menciptakan nuansa yang sesuai dengan ambisinya yang tak terbatas.

Keindahan malam itu menjadi saksi atas keinginan dalam diri. Yang selama ini ia sembunyikan dalam diam, ia merenung tentang langkah-langkah yang akan diambil, tentang mimpi-mimpi besar yang ingin diwujudkan. Di tengah gemerlap kota yang tak pernah tidur, ia merasa seperti menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang akan mengubah takdirnya sendiri.Dengan menjadikan puncak tertinggi kota ini menjadi miliknya.

Tentu dengan tekad yang membara, pria itu menatap kedepan dengan penuh keyakinan. Malam itu, ia memutuskan untuk mengejar apa yang menjadi panggilan hatinya, melampaui batasan dan menggapai bintang-bintang yang berkilau di kegelapan langit.

Dengan ketenangan yang mengalir dalam dirinya, pria itu melihat ponselnya bergetar di atas meja. Sentuhan getaran itu menandakan satu hal yang begitu dinantikannya, yang menandakan permainan telah dimenangkan, dan rencananya telah sukses.

Bahkan tanpa harus membaca isi pesan secara langsung, pria itu sudah merasakan jawaban dari getaran tersebut. Satu kata sederhana yang mewakili kesuksesannya: "selesai."

Sebuah senyuman tipis terukir di bibirnya, tanpa kata-kata yang terucap. Ia menggoyangkan gelas anggurnya dengan gemulai, merasakan aroma yang begitu memikat sebelum akhirnya meminumnya dalam satu tegukan panjang. Anggur merah itu mengalir di tenggorokannya, memberikan rasa hangat yang memenuhi hatinya.

Perayaan atas keberhasilannya menghilangkan hama yang selama ini menghalanginya untuk menjadi pimpinan perusahaan. Dalam keheningan ruangan yang kini dipenuhi oleh kepuasan, pria itu merasa bahwa langkah-langkahnya selama ini tak pernah sia-sia. Ia telah mencapai tujuannya, mengambil alih kendali atas hidupnya sendiri dengan cara yang paling efektif.

Dalam gemerlap cahaya kota yang menyinari jendela, pria itu menatap masa depan dengan keyakinan yang lebih kuat. Ia tahu bahwa setiap tantangan yang dihadapinya akan menjadi batu loncatan menuju kesuksesan yang lebih besar. Dan malam ini, ia merayakan bukan hanya kemenangannya dalam permainan bisnis, tetapi juga kekuatan dalam menjalani hidup dengan tekad yang tak tergoyahkan.

Dengan perasaan puas yang meliputi hatinya, pria itu kembali menghabiskan dua botol wine yang tersedia di atas meja. Setelah merasakan kehangatan anggur merah yang memenuhi tenggorokannya, ia merasa cukup percaya diri untuk melanjutkan ritual kemenangannya.

Dengan langkah yang sedikit mabuk, pria itu mengambil papan nama "Pimpinan, Kim Jane" dengan tangan gemetar karena efek wine yang mulai dirasakannya pada tubuhnya. Dengan perasaan kemenangan yang memenuhi dirinya, ia membuang papan nama tersebut ke dalam tong sampah dengan gerakan yang keras dan penuh kepuasan.

Melongarkan dasi hitamnya yang sempurna, pria itu berjalan pelan menuju sofa yang nyaman dan duduk dengan santai. Ia memegang botol wine yang baru ia buka, merasakan aroma anggur yang segar dan memabukkan. Dalam keadaan yang semi-mabuk, ia memandang sekeliling ruangan yang akan segera menjadi miliknya sepenuhnya.

Gelak tawa yang mengelilingi ruangan itu menjadi saksi dari kegembiraan yang ia rasakan. Alexander merasa bahwa dirinya adalah raja dari lingkungan ini, dan keputusannya telah membawanya ke puncak kesuksesan. Dalam gemerlap lampu-lampu kota yang menyinari ruangan, ia merayakan kemenangannya dengan cara yang paling spontan dan penuh kebebasan.

Chapter 1

Gedung megah dengan papan nama "Victoria" yang menjulang tinggi menjadi simbol kejayaan perusahaan Victoria Grup.

Perusahaan ini terkenal sebagai pemimpin di bidang perhotelan dan pusat perbelanjaan terbesar di California, dan di bawah kepemimpinan Victoria Mobius, perusahaan itu mencapai puncak kesuksesannya.

Setelah pensiunnya Victoria, putranya Victor Winslow mengambil alih perusahaan dengan baik. Meskipun memiliki ekspresi datar dan jarang tersenyum, Victor dikenal sebagai seorang CEO yang tampan dan disukai banyak karyawan serta rekan bisnis wanitanya. Meskipun dia tidak menunjukkan banyak emosi, pesonanya yang kharismatik dan kemampuannya sebagai pemimpin membuatnya tetap menjadi pujaan para wanita di lingkungan bisnisnya.

Dengan Victor Winslow di puncak kepemimpinan Victoria Grup, perusahaan terus berkembang dan menjaga reputasinya sebagai pusat perhotelan dan pembelanjaan terbesar di California. Kedalaman karakter Victor sebagai seorang CEO yang cerdas dan berwibawa, ditambah dengan pesonanya yang menghipnotis, membuatnya menjadi sosok yang dihormati dan diikuti oleh banyak orang di industri yang sama dengannya.

Suasana ruang rapat terasa sangat tegang saat Victor memimpin rapat kali ini. Semua karyawan mengenalnya sebagai seorang pemimpin yang memiliki ketelitian luar biasa, namun juga dengan temperamen yang buruk. Pria itu duduk dengan serius di ujung meja rapat, wajahnya datar yang membuat seluruh karyawan merasa gugup dan takut untuk membuat kesalahan di depannya.

Saat karyawan-karyawan mulai menyampaikan pendapat mereka tentang kerjasama dengan Kim Grup terkait pembangunan pusat perbelanjaan baru, Victor mulai memperhatikan dengan seksama. Dia menulis catatan-catatan penting dari setiap pendapat yang disampaikan, namun ekspresinya tetap serius dan sulit ditebak oleh para karyawan.

Beberapa karyawan tampak berdebar-debar ketika memberikan masukan mereka, berusaha untuk memastikan bahwa apa yang mereka sampaikan tidak akan menimbulkan kemarahan Victor. Namun, dengan kepintarannya dalam menganalisis setiap aspek yang dibahas, Victor memberikan masukan yang tajam dan mendalam terhadap setiap pendapat yang disampaikan.

Dengan fokus yang intens, Victor duduk di ujung meja rapat sambil memerhatikan semua konsep dan desain bangunan yang ditampilkan di hadapannya. Rencana kerjasama dengan Kim Grup untuk menjangkau pasar wanita muda dan remaja menjadi sorotan utama dalam presentasi ini.

Para perwakilan dari Victoria Grup menjelaskan dengan detail bagaimana mereka berencana menggunakan kerjasama ini untuk memperluas pangsa pasar mereka. Mereka menyoroti keahlian Kim Grup dalam mengelola produk kecantikan, yang menjadi daya tarik utama bagi segmen pasar yang dituju.

"Tentu, kerjasama dengan Kim Grup akan membuka pintu bagi kita untuk menjangkau pasar yang lebih luas, terutama di kalangan wanita muda dan remaja yang semakin memperhatikan produk kecantikan," kata salah satu karyawan dengan antusias.

Tidak hanya itu, mereka juga menyebutkan tentang anak perusahaan Kim Grup yang menaungi bidang entertainment Korea. Tempat ini menjadi rumah bagi artis dan penyanyi Korea yang terkenal di seluruh dunia, menciptakan peluang kolaborasi yang menarik dalam menghadirkan pengalaman belanja yang unik dan menarik bagi pengunjung pusat perbelanjaan baru yang direncanakan.

Victor menatap presentasi tersebut dengan serius, mencerna setiap detail dengan teliti. Meskipun jarang tersenyum, ekspresi wajahnya menunjukkan ketertarikan yang jelas terhadap potensi kerjasama ini.

Setelah presentasi selesai, Victor mengangguk singkat. "Saya menghargai semua konsep dan ide yang telah disampaikan. Saya yakin kerjasama dengan Kim Grup akan membawa manfaat besar bagi kita. Kita akan mempelajari lebih lanjut tentang langkah-langkah selanjutnya yang perlu diambil untuk mewujudkan rencana ini."

Daniel, sekretaris pribadi Victor, berdiri dengan percaya diri di hadapan semua orang. Dia menjelaskan dengan jelas dan tegas pandangan dari pemegang saham terkait rencana pembangunan pusat perbelanjaan baru yang melibatkan kerja sama dengan Kim Grup.

"Pemegang saham kita sangat mendukung rencana pembangunan pusat perbelanjaan baru ini," ujar Daniel dengan penuh keyakinan. "Mereka percaya bahwa kerja sama dengan Kim Grup akan membawa manfaat besar bagi perkembangan bisnis kita. Semua komentar yang disampaikan positif, dan mereka yakin bahwa langkah ini akan meningkatkan daya tarik dan profitabilitas pusat perbelanjaan kita."

Daniel menatap Victor dengan senyuman ringan, mengisyaratkan bahwa respon dari pemegang saham sangat positif dan mereka siap untuk melangkah maju dengan rencana tersebut. Victor mengangguk mengapresiasi informasi tersebut, menunjukkan bahwa kerja keras dan persiapan yang matang dari timnya telah membuahkan hasil yang diharapkan.

Persiapan untuk pertemuan antara Victor dan pimpinan Kim Grup terasa sangat penting. Victor telah menerima kabar bahwa pimpinan Kim Grup berada di California dan ingin bertemu langsung untuk membahas lebih lanjut tentang kerja sama mereka yang sudah disepakati.

Dua hari lagi, mereka akan bertemu dengan pimpinan Kim grup. Victor menyuruh timnya untuk memeriksa ulang semua dokumen dan presentasi yang akan disampaikan kepada pimpinan Kim Grup. Victor sendiri meninjau setiap detail dengan teliti, memastikan bahwa semua persiapan sudah dilakukan dengan baik.

"Saya ingin pertemuan ini berjalan lancar dan memberikan kesan yang baik kepada pimpinan Kim Grup," ujar Victor kepada timnya dengan suara yang tenang namun penuh otoritas. "Kita harus siap dengan segala pertanyaan dan diskusi yang mungkin timbul."

Para karyawan mengangguk, mengakui bahwa kerjasama yang erat antara kedua perusahaan akan memperkuat posisi Victoria Grup di pasar dan menghasilkan inovasi yang lebih baik. Victor lantas beranjak dari bangkunya dan keluar dari ruang rapat, karyawan lantas berdiri seraya menghormati pimpinan mereka.

Daniel berjalan sejajar dengan Victor, membawa iPad di tangannya saat keduanya berjalan menuju ruangan Victor. Mereka melalui area karyawan yang sedang sibuk bekerja di meja masing-masing. Victor tampak acuh saat melewati mereka, fokus pada tujuannya untuk masuk ke dalam ruangannya, dan Daniel mengikuti di belakangnya.

Setelah masuk ke dalam ruangannya, Victor langsung melihat ponselnya yang terletak di atas meja. Dia segera duduk di bangkunya, melihat layar ponsel yang menunjukkan pukul 2 siang. Raut wajahnya berubah saat melihat ada 30 panggilan tak terjawab dari putranya, Key.

"Sial," gumam Victor, ekspresinya mencerminkan rasa menyesal dan kekhawatiran. Dia segera mencoba menghubungi Key kembali namun tak diangkat, ia merasa bersalah telah melewatkan begitu banyak panggilan.

Daniel yang duduk disofa menoleh kearah victor.

"Apakah semuanya baik-baik saja, tuan Victor?" tanya Daniel.

Victor mengangguk singkat, membalas, "Saya harus segera pergi menjemput anak-anak."

Ia lupa sudah berjanji kepada anak-anaknya untuk menjemput mereka ditaman kanak-kanak hari ini.

Victor segera beranjak dari tempat duduknya dengan ekspresi yang agak tegang. Dia keluar dari ruang kerjanya dengan langkah cepat, namun tiba-tiba teringat bahwa ada sesuatu yang harus dia sampaikan kepada Daniel.

"Daniel," panggil Victor saat kembali masuk ke dalam ruangan.

"Tolong beritahu semua pihak terkait untuk menunda rapat hari ini."lanjutnya.

"Tidak ada rapat lagi hari ini, Pak Victor. Tadi satu-satunya rapat yang ada miliki hari ini.” Balas victor sembari membuka ipadnya.

Victor merespons dengan anggukan singkat, mengucapkan terima kasih kepada Daniel sebelum keluar dari ruangannya lagi. Dengan langkah yang terburu-buru, dia berlari menuju lift, melewati karyawan yang tercengang melihat tingkah bos mereka yang tidak biasa.

Para karyawan yang sedang duduk di meja masing-masing memandang dengan heran saat Victor berlari melewati mereka. Beberapa di antara mereka bertukar pandangan, bertanya-tanya tentang apa yang sedang terjadi dengan bos mereka yang biasanya tenang dan terkontrol.

Victor tiba di lift dan menekan tombol dengan cepat, ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa ada sesuatu yang mendesak yang perlu diatasi. Karyawan yang melihat adegan tersebut tidak bisa menyembunyikan kebingungannya, bertanya-tanya apa yang membuat bos mereka begitu terburu-buru.

Victor segera masuk ke dalam mobilnya begitu tiba di lobi gedung perusahaannya. Tanpa menunggu lama, ia segera memacu mobilnya keluar dari gedung, memasuki jalan raya yang padat dengan lalu lintas kendaraan.

Dengan kecepatan tinggi, Victor membawa mobilnya melewati mobil-mobil lain, memanfaatkan celah-celah kecil di antara kendaraan untuk terus maju. Dalam hatinya, ia merasa frustrasi dan menyesal karena melanggar janji dengan anak-anaknya.

"Darn it!" umpat Victor dengan keras, tangannya melonggarkan dasi yang ada di lehernya.

"Aku benar-benar bodoh. Bagaimana bisa aku melupakan janji penting seperti ini?"lanjutnya.

Wajahnya terlihat tegang dan penuh penyesalan saat ia terus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang melebihi batas. Suasana hatinya campur aduk antara kekhawatiran dan marah pada dirinya sendiri karena telah membuat anak-anaknya menunggu begitu lama.

Victor mempercepat laju mobilnya, mencoba mengejar waktu yang telah terbuang sia-sia. Dia berjanji dalam hati bahwa ia akan segera tiba di tempat anak-anaknya dengan secepat mungkin, meskipun dalam perjalanan tersebut ia harus menghadapi rasa penyesalan yang membebani pikirannya.

Ketika Victor terus melaju dengan kecepatan tinggi, ia menemui mobil yang berjalan lambat di depannya. Tanpa ragu, ia langsung mengklakson keras sebagai tanda kekesalannya. Namun, ketika mobil tersebut tidak segera memberi jalan, Victor mulai merasa frustrasi dan marah.

Dengan impulsif, Victor mulai memukul-mukul setir mobilnya dengan keras, mencoba meyakinkan mobil yang berjalan lambat itu untuk memberi jalan. Wajahnya terlihat tegang, dan ekspresi kesalnya tidak tersembunyi saat ia berusaha melewati kendaraan yang menghalangi jalannya.

Para pengendara di sekitarnya mungkin merasa terganggu dengan tingkah agresif Victor di jalan raya. Beberapa mungkin mengalihkan perhatian mereka pada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi.

Meskipun demikian, Victor tetap fokus pada tujuannya untuk sampai secepat mungkin ke tempat anak-anaknya.

Suara deru mobil Victor melaju dengan kecepatan tinggi, membuatnya tidak sadar akan kehadiran seorang wanita yang tiba-tiba menyeberang di jalanan yang padat. Wanita itu mengenakan gaun hitam selutut, dan saat ia menoleh ke arah mobil Victor, suara tabrakan yang besar dan nyaring terdengar.

"Brakkk!"

Mobil Victor menabrak wanita itu dengan kekuatan yang besar, menyebabkannya terpental jauh dari mobil dan tergeletak di jalanan yang sibuk. Keadaannya tampak serius dan cukup mengkhawatirkan.

Victor segera mengerem mobilnya dengan keras, menepi sejauh yang bisa untuk menghentikan laju mobilnya. Ekspresi terkejut dan panik tergambar jelas di wajahnya saat ia melihat wanita itu terluka di jalanan.

"Darn it, darn it," ucap Victor sambil menggigil, merasa kesialan sedang menyelimutinya hari ini.

Chapter 2

Dengan langkah cepat dan penuh ketakutan, Victor keluar dari mobilnya dengan menghempaskan pintu mobil McLaren miliknya.

Suara derap langkahnya terdengar keras saat ia berjalan mendekati kerumunan orang yang berkumpul di sekitar wanita yang terluka.

Kehadiran Victor tidak luput dari perhatian para saksi mata yang menyaksikan kejadian tragis tersebut. Beberapa dari mereka berbisik-bisik, mengenali Victor sebagai seorang CEO yang terkenal. Namun, pada saat ini, wajahnya penuh dengan rasa cemas dan penyesalan.

Banyak mobil berhenti tiba-tiba di sekitar area kecelakaan, menyebabkan kemacetan yang semakin bertambah parah. Seorang pria tua yang berada di kerumunan itu berusaha memanggil ambulans untuk segera datang.

Saat victor mendekati wanita itu, ia melihat darah mengalir di aspal jalan terutama dari luka yang ada dikepala wanita itu. Victor merasa ngeri melihat kondisi wanita itu, namun ia mencoba untuk tetap tenang menghadapi situasi ini.

Tidak lama setelah panggilan darurat diterima, mobil ambulans dan mobil polisi tiba hampir bersamaan di lokasi kecelakaan.

Para petugas medis dari ambulans segera keluar dan dengan sigap memberikan pertolongan kepada wanita yang terluka, menempatkannya ke dalam mobil ambulans dengan cepat.

Sementara itu, petugas polisi mendekati Victor yang masih berada di lokasi kejadian. Mereka memberikan instruksi dengan tegas, "Tuan, kami perlu Anda ikut bersama wanita ini ke rumah sakit untuk memberikan keterangan lebih lanjut."

Victor mengangguk dengan serius, menyadari bahwa ia memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi yang diperlukan kepada pihak berwenang tentang apa yang terjadi dalam kecelakaan tersebut. Tanpa ragu, ia mengikuti petugas polisi ke dalam mobil polisi yang telah tersedia di tempat kejadian.

Mobil ambulans dan mobil polisi meninggalkan lokasi kecelakaan dengan cepat, menuju ke rumah sakit terdekat untuk memberikan perawatan medis pada wanita yang terluka dan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam penyelidikan kecelakaan tersebut. Victor duduk di dalam mobil polisi dengan pikiran yang penuh dengan kekhawatiran dan penyesalan atas kejadian tragis yang baru saja terjadi.

Saat dibawa menuju rumah sakit, Victor menggunakan kesempatan ini untuk menghubungi Daniel, sekretarisnya. Dalam telepon singkat, Victor menjelaskan situasi yang sedang dialaminya.

"Halo Daniel, saya akan dibawa ke kantor polisi karena terlibat dalam kecelakaan. Sementara mereka akan membawa saya ke rumah sakit untuk memberikan keterangan lebih lanjut dan bertanggung jawab atas wanita itu. Tolong hubungi pengacara perusahaan dan siapkan segala persiapan yang diperlukan." Ucap victor diujung telpon.

Daniel merespons dengan cepat, "Tentu, Pak Victor. Saya akan segera mengurus semuanya. Jangan khawatir, kami akan menyelesaikan ini dengan sebaik mungkin."

Victor menutup teleponnya dengan gerakan tegas, kesal karena situasi yang rumit ini semakin menambah beban pikirannya. Dia merutuki kesialannya dalam hati, menyadari bahwa kecelakaan tersebut tidak hanya mengganggu rencananya untuk menjemput anak-anaknya, tetapi juga telah menyebabkan cedera serius pada wanita yang tidak bersalah.

"Sialan," gumam Victor dengan perasaan penyesalan yang mendalam.

"Aku benar-benar tidak bisa mengendalikan diriku sendiri."lanjutnya dalam hati.

Sirene dari mobil polisi dan ambulans membuat keramaian di sekitar rumah sakit, menarik perhatian orang-orang yang berada di sekitar area tersebut. Ketika tim ambulans tiba, mereka segera melakukan tindakan cepat untuk membawa wanita yang terluka dari dalam mobil.

Para perawat dan dokter yang telah siap menunggu di pintu masuk UGD segera menyambut kedatangan wanita tersebut. Mereka dengan cermat memeriksa luka-luka yang dialami wanita itu, termasuk kondisi kepala yang masih mengeluarkan darah.

Petugas ambulans memberikan penjelasan singkat kepada para perawat dan dokter mengenai kondisi wanita tersebut, memberikan informasi yang penting untuk proses penanganan medis selanjutnya. Dengan hati-hati, wanita itu segera dipindahkan ke ranjang medis yang telah disiapkan di UGD.

Para petugas ambulans dan tim medis berlarian dengan cepat, mendorong ranjang wanita tersebut menuju ruang gawat darurat.

Mereka bekerja secara efisien dan terkoordinasi untuk memberikan pertolongan pertama yang dibutuhkan dan memastikan bahwa wanita itu mendapatkan perawatan medis yang tepat secepat mungkin.

Victor keluar dari mobil polisi dengan gerakan ringan, seakan-akan berusaha menenangkan dirinya di tengah keadaan yang penuh tekanan. Langkahnya mantap saat dia berjalan bersama petugas polisi menuju ruang gawat darurat. Mereka memasuki ruang tunggu UGD yang ramai, di mana beberapa dokter sedang ditangani wanita itu dengan serius.

Sambil menunggu penanganan wanita itu, petugas polisi yang menemani Victor memutuskan untuk mengajukan pertanyaan.

"Tuan Winslow, bisakah Anda menjelaskan secara rinci apa yang terjadi dalam kecelakaan ini?" tanya petugas kepolisian dengan sopan.

Victor menghela nafas dalam-dalam sebelum menjawab dengan jujur,

"Saya sangat menyesal atas kejadian ini. Saat itu, saya sedang terburu-buru untuk menjemput anak-anak saya yang menunggu di taman kanak-kanak. Kondisi lalu lintas yang padat membuat saya kehilangan konsentrasi sejenak, dan sayangnya saya tidak melihat wanita tersebut sedang menyeberang."

Petugas Polisi mengangguk memahami, "Apakah Anda menyadari bahwa kecepatan dan kurangnya perhatian dapat menjadi penyebab utama kecelakaan?"

Victor mengangguk, "Ya, saya menyadari kesalahan besar yang saya buat. Saya benar-benar merasa bertanggung jawab atas keadaan wanita tersebut. Saya akan memastikan dia mendapatkan perawatan medis yang terbaik."

“Pengacara saya akan datang dan mengurus berkasnya dikepolisian” lanjut victor pelan.

Beberapa saat kemudian Daniel datang berlari ke arah Victor, terlihat kekhawatiran yang jelas terpancar dari wajahnya. Di belakangnya, seorang pengacara yang tampak serius mengikuti langkahnya. Pengacara itu frans, segera ia memulai pembicaraan dengan petugas polisi yang sedang mengawal Victor.

"Halo, saya adalah pengacara dari Bapak Winslow. Saya memahami bahwa ada proses hukum yang sedang berlangsung, namun kami ingin memastikan bahwa hak-hak klien kami dijaga dengan baik. Jadi bisa berbicara sebentar diluar."ujar frans pengacara victor.

Petugas Polisi mengangguk mengerti, dan mereka lantas berjalan keluar dari ruang tunggu UGD.

Setelah petugas polisi dan pengacara pergi, yang tersisa hanyalah Victor dan Daniel di ruang UGD yang mulai sepi.

Daniel menatap Victor dengan ekspresi khawatir, "Apa yang terjadi, tuan? Apa tuan terluka?" tanya Daniel.

"Saya juga tidak tahu, semuanya terjadi sangat cepat. Tapi saya baik-baik saja," jawab Victor sembari membuka jasnya.

Daniel mengangguk memahami, "Kita harus tetap tenang dan bersiap menghadapi segala kemungkinan dari proses hukum yang akan berjalan. Pengacara kita akan melakukan yang terbaik untuk melindungi kepentinganmu," jelas Daniel.

“Suruh Frans membungkam polisi-polisi itu, jangan sampai kejadian ini terdengar oleh media,” perintah Victor kepada Daniel.

“Baik, tuan. Anak-anak tuan sudah berada di mansion,” balas Daniel.

Victor menghela nafas lega mendengar anak-anaknya sudah dalam keadaan aman. Victor mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Victor lantas pergi dari ruang tunggu setelah Daniel memberikan kunci mobil miliknya. Victor menyuruh Daniel mengurus administrasi wanita itu dan memastikan penggunaan namanya agar tidak ada yang tahu tentang kecelakaan itu.

Setelah menerima kunci mobil dari Daniel, Victor mengangguk singkat. "Pastikan semuanya diurus dengan hati-hati, Daniel. Gunakan nama saya untuk menjaga privasi dan mengendalikan informasi tentang kejadian ini," ucap Victor dengan suara tenang namun tegas.

Daniel mengangguk patuh, "Saya akan segera menyelesaikan semuanya, tuan Victor. Anda bisa mempercayakan hal ini kepada saya."

Setelah kepergian Victor, Daniel menatap wanita yang sedang menerima penanganan dari dokter dengan tatapan sedih. Segera air matanya menetes, pria itu lantas beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju meja administrasi.

Dengan hati yang berat, ia menuliskan nama wanita itu sebagai Nyonya Winslow di dokumen administrasi yang sedang ia urus, sesuai dengan intruksi yang victor berikan padanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!