Eps 5

“Sayang, ada aku di sini kamu gak perlu khawatir.” Bujuk Cheva menggenggam erat tangan kekasihnya.

“Aku tau, tapi setidaknya mereka perduli dikit sama aku, aku cuma minta hal sederhana itu. Mereka gak pernah berusaha datangi aku, buat sekedar nanya kabar. Aku tau mereka udah berpisah, tapi bukan berarti mereka lupain kalau ada anak diantara mereka. Aku benci mereka.” Keluh Agatha terisak pilu.

Cheva mengusap pelan punggung Agatha dengan lembut, jika kekasihnya tengah berkeluh kesah seperti ini dirinya tak mampu berkata-kata lagi. Karena Agatha juga tak akan mendengarkan saran apapun.

Cheva membiarkan Agatha menumpahkan seluruh keluh kesahnya, hingga wanita itu kembali tenang. Setelah merasa Agatha sudah mulai tenang, Cheva baru bisa memberikan sarannya.

“Suatu hari mereka akan sadar dengan sendirinya, tunggu waktu yang tepat.” Ujar Cheva memberi pengertian.

Agatha kembali tersenyum, kali ini senyuman sinis. “Aku rasa itu gak akan mungkin, mereka udah lupa kalau punya anak gak berharga kayak aku.” Tukas Agatha mendesah kasar.

“Kata siapa sayang? Buktinya mereka masih mencukupi segala kebutuhan kamu, kamu bisa hidup berkecukupan bahkan mewah. Karena mereka masih peduli sama kamu.” Jelas Cheva memberikan pendapat sesuai sudut pandangnya.

Cheva berusaha melihat dari sisi positifnya, karena jika memang mereka tak lagi peduli pastilah Agatha tak diberikan kehidupan mewah seperti sekarang. Artinya mereka masih menganggap Agatha sebagai putri mereka, putri yang begitu berharga.

“Kamu perasaan belain mereka terus? Kamu lebih perduli sama mereka dibandingkan aku? Kamu udah gak sayang sama aku?” tukas Agatha dengan beruntun, menuduh Cheva sesukanya.

“Lagipula aku juga gak butuh harta-harta mereka, siapa juga yang mau menikmati harta kemewahan yang bukan milik aku. Aku bukan siapa-siapanya. Aku gak mau hidup di tengah-tengah kemewahan tapi keluarga gak harmonis. Mereka egois, sibuk sendiri-sendiri.” Lanjut Agatha mengeluarkan unek-uneknya.

“Bukan gitu sayang, aku hanya melihat dari sisi positifnya. Gak mungkin mereka gak peduli sama kamu sedangkan harta mereka masih terus mengalir buat kamu.” Ujar Cheva menjelaskan dengan lembut.

“Kamu juga harusnya bersyukur karena diberikan kecukupan. Banyak dari manusia yang hidupnya pas-pasan, menginginkan kehidupan seperti kamu. Hidup penuh dengan kemewahan.”

Agatha memutar bola matanya malas mendengar nasehat panjang lebar Cheva. Setiap dirinya mengeluhkan kehidupannya, selalu hal itu yang Cheva katakan. Membuatnya muak juga lama-lama.

“Sayang, kamu juga tahukan kalau aku sebenarnya juga gak mau ngeluh kayak gini. Tapi hati sama perasaan akau gak bisa bohong. Rasanya emang seperti itu, dan aku hanya berusaha menerima aja.” Ujar Agatha menjelaskan.

Cheva terdiam setelah Agatha mengatakan itu, kalimat itu yang selalu berhasil membuatnya bungkam. Karena bukan keinginan Agatha, melainkan dari lubuk hatinya yang terdalam atau memang dari ego wanita itu sendiri.

Cheva tak dapat menyalahkan Agatha, karena mungkin luka batin dalam hati wanita itu memang begitu dalam. Sehingga keinginan hatinya sering bertentangan dengan logika. Cheva pikir begitu.

“Kamu gak bakal ninggalin aku kan?” tanya Agatha dengan suara manja, Ia semakin menenggelamkan tubuhnya dalam dekapan Cheva.

“Enggak, kamu jangan khawatir.” Jawab Cheva mengusap pelan kepala Agatha.

Drrrt

Drrrt

Drrrt

Keromantisan mereka harus terganggu kala ponsel Cheva bergetar. Agatha yang mengetahuinya langsung merampas ponsel itu dari genggaman Cheva, untuk melihat siapa yang menghubungi kekasihnya itu.

Hal itu biasa terjadi, Agatha memang selalu memegang kendali ponsel Cheva saat bersamanya. Bahkan akun sosmed Cheva pun Agatha juga memegangnya. Meskipun Cheva keberatan pada awalnya, namun karena rasa cintanya, menjadikan dirinya rela melakukan itu demi Agatha.

Arlo

Rupanya sahabat kekasihnya yang menghubungi. Tanpa pikir panjang Agatha mengangkatnya dan menekan loudspeaker supaya Cheva juga dapat mendengar.

“Chev, lo masih di rumah Agatha? Xania masih di sana enggak ya? Gue mau jemput kalo masih.” Tanya Arlo terdengar nada khawatir.

“Gue masih di luar, tadi Xania masih di sana. Gak tau gue kalo sekarang. Coba lo hubungin sendiri cewek lo.” Ujar Cheva saling menatap satu sama lain dengan Agatha.

Agatha mengerutkan keningnya, mencium bau-bau hal yang mencurigakan. Tak biasanya Arlo akan kebingungan mencari Xania, karena mereka tak pernah putus komunikasi selama ini. Ditambah tadi pagi Arlo juga tak tampak di rumahnya, artinya pria itu tak menginap dan tak ikut berkumpul paginya bersama mereka.

Wah kepala Agatha langsung memasang alarm bahaya, ada hal tak biasa tepatnya mencurigakan.

“Arlo kemana emangnya?” todong Agatha setelah panggilan terputus, dengan wajahnya yang mengintimidasi disertai tatapan tajamnya.

“Di rumahnya, kemarin sepupunya datang.” Jelas Cheva dengan begitu tenang, karena memang itulah kenyataannya. Meski ada satu fakta yang masih disembunyikan. Namun biarlah Arlo yang mengungkap fakta itu, pria itu lebih berhak dibanding dirinya.

Agatha mengangguk, tapi tak melepas tatapan tajamnya pada Cheva. Bahkan wajahnya yang dipenuhi raut curiga masih terpampang jelas di depan wajah Cheva.

“Kenapa sampai kebingungan nyariin Xania, bukannya harusnya mereka baik-baik aja kalau hanya sepupu Arlo yang datang. Tapi kayak ada yang Arlo sembunyikan, apalagi dia gak langsung hubungin Xania, malah kamu. Harusnya Xania yang dia hubungi bukan kamu. Pasti mereka ada apa-apa ini.” Racau Agatha panjang lebar.

Cheva mengembuskan nafas berat setelah mendengar runtutan perkataan Agatha yang begitu panjang. “Semalem Arlo gak nginep, mungkin Xania marah. Kata Bastian, Arlo belum bilang kalau dia pulang karena ada sepupunya. Jadi kemungkinan Xania curiga, dan sekarang bisa jadi Xania mengabaikan panggilan Arlo.” Jelas Cheva.

Dijelaskan seperti itu bukannya membuat Agatha paham, justru semakin curiga. Memang begitulah Agatha, wanita yang terlalu banyak dipenuhi pikiran-pikiran negatif. “Kenapa kamu bisa tahu serinci itu, sayang?” tanya Agatha menekankan ucapannya di akhir.

Cheva menelan ludahnya dengan kasar. Bagaimana bisa Agatha serinci ini menginterogasi dirinya. Padahal kedua sahabatnya sudah mewanti-wanti skenario ini untuk mengindari pertikaian antara mereka bersama pasangan masing-masing.

Kedua sahabatnya itu paham, kalau dirinya yang akan paling acuh dengan sekitarnya. Sehingga mereka menyiapkan jawaban-jawaban yang sekiranya akan Agatha tanyakan nantinya. Karena jika sampai salah menjawab, maka hubungan Arlo dan Xania yang akan menjadi taruhan.

Cheva berusaha menampilkan senyuman manisnya. “Mana mungkin aku gak tau sayang, mereka sahabat-sahabat aku. Kami sering berbagi masalah untuk menemukan solusi.” Jelas Cheva lagi.

“Tepat, solusi? Jadi memang ada masalah? Apa seserius itu sampai meminta solusi sama kalian?” tanya Agatha lagi.

Cheva semakin pusing jika seperti ini. “Sayang, lebih baik kita pulang. Itu urusan mereka, kita jangan banyak ikut campur.” Ucap Cheva mengingatkan, karena memang itu kenyataannya.

“Xania sahabat aku, aku gak akan tinggal diam kalau sampai dia sakitin. Termasuk sahabat kamu sekalipun yang nyakitin, akan aku habisin.” Tegas Agatha ikut bangkit menerima uluran tangan Cheva untuk digandeng.

Cheva hanya mampu mendesah kasar.

Next …….

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

Salam kenal kak.
5 like mendarat buatmu thor.
Semangat ya kak.

2024-04-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!