"Kenapa kemarin gak ngabarin aku. Kamu bisa kasih tahu aku dulu, kalau bakal ada acara keluarga gak bisa hubungi aku. Tapi kamu malah milih gak ngasih tau sama sekali." Ujar Agatha yang masih tak terima dengan alasan yang Cheva jelaskan. Hatinya terlanjur sedih, kesal juga kacau.
Cheva melabuhkan kecupan di kening kekasih nya yang sedang merajuk itu. "Iya aku minta maaf ya sayang. Kemarin acaranya mendadak Mama ngasih tahunya." Jelas Cheva lagi.
Setelahnya terjadi keheningan beberapa saat. Agatha mendongak untuk melihat wajah tampan kekasihnya yang juga diam. Rupanya Cheva tengah menatap ke arahnya juga. Hingga kini mereka saling menatap satu sama lain.
Perlahan Cheva semakin mendekatkan wajahnya ke arah Agatha. Membuat Agatha sontak memejamkan matanya. Hingga Agatha dapat merasakan sebuah benda lembut yang terasa basah menyentuh bibirnya.
Cheva mencium bibirnya dengan lembut. Dirinya hanya mampu pasrah dan menikmati apa yang kekasihnya itu sedang lakukan. Hingga setelah beberapa saat, tautan bibir mereka pun terlepas.
"Udah marahnya?" tanya Cheva mengusap lembut bibir Agatha yang tampak ada sisa saliva mereka.
Agatha menggeleng pelan, menyembunyikan wajahnya di dada Cheva. Merasa malu, setelah marah-marah mau-maunya dicium oleh pria itu. Betapa dirinya begitu mudah luluh.
Melihat gelengan Agatha, membuat senyuman terukir di bibir Cheva. "Ya udah, tidur ya sekarang." Ujar Cheva dengan lembut.
"Enggak mau. Nanti waktu bangun kamu pasti udah gak ada di samping aku." Ujar Agatha dengan lesu.
Karena selama ini begitulah yang terjadi. Saat malam dirinya ditemani oleh kekasihnya itu. Namun ketikan pagi menyapa, dirinya terbangun tak ada lagi pria itu di sampingnya. Membuat dirinya uring-uringan setelah bangun tidur.
Cheva terdengar menghela nafasnya. "Sayang, aku harus pulang kalau kamu udah tidur." Ujar Cheva dengan lembut berusaha memberikan pengertian pada kekasihnya itu.
Kembali terdengar isakan lirih Agatha. Wanita itu kembali menangis setelah mendengar ujaran kekasihnya. Seolah menolak keinginan nya yang begitu sederhana.
"Sayang ..." gumam Cheva lirih. Sulit sekali membujuk Agatha.
Namun Agatha masih tak juga terbujuk, terbukti dengan gelengan kepala yang wanita cantik itu tunjukkan.
"Apa susahnya kamu temenin aku sampai bangun. Kamu emang udah gak sayang aku kan, makanya nolak. Kenapa? Kamu takut ketahuan pacar kamu yang lain kalau kamu tidur di rumah aku?" cecar Agatha menjauhkan tubuhnya dari Cheva. Mood nya kembali kacau.
Cheva mengacak-acak rambutnya merasa frustasi. Kembali lagi ke arah sana pembahasan mereka. Tuduhan Agatha yang begitu keliru.
"Oke fine, aku temenin kamu sampai besok pagi." Putus Cheva akhirnya. Membuat senyuman tersungging di bibir Agatha
Wanita cantik itu kembali mendekat ke arah kekasihnya, masuk dalam dekapan hangat kekasih itu.
"Tidur ya sekarang" gumam Cheva lembut. Meninggalkan kecupan hangat di kening Agatha.
"Huh"
"Ma, Cheva gak jadi pulang. Cheva nginep di rumah Agatha Ma." Ujar Cheva saat panggilan terhubung ke sang mama.
Cheva sengaja memberi kabar karena Mama nya akan terus menunggu dirinya sampai pulang meskipun itu selarut apapun. Kecuali jika dirinya memberitahu akan menginap. Seposesif itu sang mama padanya, semenjak kakak satu-satunya pergi meninggalkan mereka.
Akhirnya mereka pun terlelap dengan saling berpelukan.
...***...
"Gimana udah baikan mereka?" tanya Xania yang baru datang bersama Arlo.
"Cheva lagi bujukin Agatha. Kayaknya bakal berhasil sih, kayak biasanya." Ujar Bastian tanpa ragu.
Mereka mengangguk membenarkan pernyataan itu.
"Jadi kita gimana, pulang atau nginep?" tanya Qara.
"Nginep ajalah, takut mereka berantem atau gimana-gimana. Toh biasanya juga nginep kita." Ujar Xania memberikan saran.
Mereka memang sering menginap di rumah Agatha, karena rumah besar itu tampak selalu terasa sepi dan sunyi. Hingga membuat Agatha sering meminta sahabat-sahabat nya untuk menginap di rumahnya itu.
"Kita gimana?" tanya Arlo.
"Ya nginep juga sayang, kayak biasanya. Kamu sekamar sama Bastian sana." Ujar Xania memberitahu.
"Tapi rumah aku deket sinilah sayang, aku pulang aja ya. Bastian biar ikut ke rumah aku." Ujar Arlo menjelaskan.
"Kamu mau ninggalin aku sama Qara di sini?" tanya Xania menatap tajam ke arah sang kekasih.
"Ada Cheva juga di dalam sayang. Kalau enggak, Bastian biar di sini. Aku aja yang pulang." Ujar Arlo akhirnya.
"Kamu kenapa? Aku jadi curiga sama kamu?" tanya Xania menatap menyelidik. "Enggak biasanya kamu kayak gini."
Arlo menegang mendengar ujaran Xania. "Ak- aku enggak papa kok. Aku pulang dulu ya, besok pagi aku kesini lagi." Ujar Arlo berlalu pergi dengan tergesa. Seolah menghindari Xania semakin banyak bertanya.
Kini tatapan Xania beralih pada Bastian. "Lo sahabatnya kan, pasti lo tau Arlo kenapa?" tanya Xania mendesak Bastian.
Sontak Bastian ikut gugup mendengar pertanyaan itu dari kekasih sahabat nya. "Gu-gue gak .." ucapannya terpotong oleh Xania.
"Lo jangan bohong ya Bas, gue gak bakal diem kalau sampai ada sesuatu yang gue gak tau." Ujar Xania dengan tegas.
"Udah Xan, lo ngapain malah nyalahin cowok gue. Kan Arlo yang salah bukan Bastian." Ujar Qara membela kekasihnya.
"Enggak gitu Qar, tapi tingkah Arlo yang gak biasa bikin gue jadi kepikiran. Please Bas, Arlo kenapa kayak gitu?" tanya Xania lagi.
"Gue cuma tahu ada sepupunya datang dari luar negeri, kemungkinan itu yang bikin dia gak bisa nginep. Mungkin dia mau ngobrol sama sepupunya." Jelas Bastian apa adanya, meski ada satu fakta yang memang sengaja disembunyikan.
"Masa cuma karena itu. Kan dia bisa aja bilang langsung tadi kalau ada sepupunya. Gak usah kayak ada yang disembunyiin gitu. Kalian cowok tu emang nyebelin ya." Desah kasar Xania menarik tangan Qara untuk menuju kamar untuk mereka tiduri.
"Yuk Qar, kita tidur aja. Pusing mikirin buaya." Ajak Xania menuju kamar tamu yang ada.
Meninggalkan Bastian seorang diri, mengusap wajahnya kasar. "Lo cari mati emang Ar" gumamnya pelan.
...***...
"Sayang, bangun udah pagi " bisik Cheva lembut.
Tangannya terulur mengusap lembut pipi Agatha dengan sayang. "Suka ngambek, suka marah, kadang ngeselin." Gumam Cheva pelan sembari menatap teduh wajah cantik Agatha yang masih terpejam nyaman.
Kemudian Cheva meninggalkan kecupan di kening Agatha sebelum dirinya beranjak melepaskan pelukan Agatha.
Cheva keluar menuju dapur untuk membuatkan sarapan untuk mereka. Hingga kedatangan Bastian mengagetkan dirinya.
"Udah baikan?" tanya Bastian mengangetkan.
"Lo masih di sini?" tanya Cheva.
"Hm sama Xania Qara." Jawab Bastian.
"Arlo?" tanya Cheva, tak biasanya pria itu tak ikut serta.
"Shera balik dari Belanda" ujar Bastian.
Membuat Cheva terkejut, lalu menyeringai sinis. "Cari mati" gumam Cheva lirih.
"Ya emang cari mati dia. Belum pernah liat Xania ngamuk, apalagi Qara sama Agatha gak bakal diem." Ujar Bastian terkekeh miris. Membayangkan nasib sahabat nya nanti.
Next .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments