5 jam berlalu, akhirnya operasi itu pun selesai. Para suster lalu memindahkan Sara ke ruang pemulihan.
Leo juga tentu ikut, namun saat ingin masuk, dirinya di cegah dokter dengan alasan pasien harus tetap bersih setelah operasi selama 2 jam.
" Ini kenapa gue di tahan?" Tanya Leo.
" Maaf tuan, pasien belum sadar. Dia mungkin sadar dalam 1 jam lagi, meski begitu, pasien harus tetap di kontrol dokter dulu sebelum ada yang menjenguk."
" Apa sih, gue nggak paham dan gue tetap mau masuk."
" Tuan saya mohon bersabarlah, istri anda bisa kenapa-kenapa jika menghirup bau lain jika anda masuk ke ruangannya."
" Apa sih maksudnya."
" Kamu bisa pergi." Ucap salah dokter menyuruh suster itu pergi. " Maaf tuan, anda harus tetap mengikuti pedoman rumah sakit."
" Huff, ya udah deh." Pasrah Leo lalu duduk.
" Saya dokter Alex yang mengoperasi istri anda." Alex mengulurkan tangannya namun di abaikan Leo. " Kamu nggak sopan banget ya."
" Urusan Lo apa coba?"
" Asal kamu tahu, si pendonor bukanlah wanita biasa."
" Ya hubungannya apa?"
" Saya takut, efek memori dari pemilik sebelumnya bisa berdampak pada penerima barunya."
" Lo ngekhawatirin istri gue?"
" Nggak, saya mengkhawatirkan jantungnya. Karena jantung itu adalah..." Alex menghentikan ucapannya. " Tapi saya harap kamu menjaganya."
" Lo kok dari tadi..." Belum selesai bicara, Alex dengan cepat pergi dari sana. " Apaansih tu orang, nggak jelas."
Leo lalu kembali duduk di kursi tunggu, sangat membosankan membuat dirinya lelah.
Namun ia tetap santai duduk di sana demi menunggu istrinya sadar dan dia bisa masuk.
Hingga 3 jam lamanya, bertepatan jam 11 malam, dia baru di izinkan masuk karena Sara juga sudah sadar.
" Leo." Panggil Sara tersenyum lebar. " Kemarilah."
" Dada kamu udah nggak sakit?"
" Jahitannya masih basah, tapi nggak sakit kok."
" Kamu seneng?"
" Iya lah, dokter bilang aku harus disini untuk 4 hari lagi baru bisa pulang. Kemarilah dan dengar jantungnya, jantung ini berdebar kencang."
Leo lantas menempelkan telinganya di dada Sara dan mendengar debaran jantung yang begitu kencang.
Dirinya tersenyum senang dan tak ingin berhenti mendengar detak jantung itu, jantung itu bahkan lebih berdebar kencang dari jantung Sara sebelumnya.
" Wah, ini berdetak kencang." Leo menatap Sara. " Baguslah, setidaknya jantung ini sehat."
" Benarkan? Tapi, saat melihat dokter pria tadi. Jantung ku berdebar begitu kencang, bahkan katanya wajah ku memerah. Tapi dia bilang itu hal yang wajar."
" Dokter siapa?"
" Dokter tampan itu."
" Tampan?" Wajah Leo langsung kesal.
" Iya dia sangat tampan, padahal aku tak melihat penuh wajahnya karena dia menggunakan masker. Tapi matanya itu, sangat cantik. Matanya mirip dengan ku..." Sara mengerutkan keningnya.
" Jadi kamu suka dia gitu?"
" Nggak." Sara menggelengkan kepalanya.
" Kamu tadi bilang di tampan."
Tahu suaminya kini marah, Sara langsung pura-pura merasa sakit.
" Aww, sakit sekali." Sara memegang dadanya.
" Ada apa?"
" Dada aku sakit banget... Aww."
" Aku panggilin dokter dulu ya..."
Namun Sara malah memeluknya tentu membuat Leo heran.
" Kamu ngapain?"
" Aku minta maaf." Sara bertingkah imut. " Maafin aku ya, aku nggak bermaksud puji pria lain selain kamu. Tapi aku cintanya sama kamu kok."
" Apa sih, lepasin nggak. Dada kamu kan sakit."
" Udah nggak sakit kalo kamu meluk aku." Sara tersenyum. " Baby Leo."
" Nggak lucu ya..."
" Bagi aku kamu tuh lucu banget."
Leo mengedip-edipkan matanya menatap Sara. " Seharusnya kamu tuh yang lucu." Leo mencubit pipi Sara.
" Udah nggak marah lagi kan?"
" Emangnya kapan aku marah sama kamu?"
Sara kembali menanggapinya dengan senyumannya yang khas.
Karena gemes, Leo juga langsung mencium seluruh wajah Sara tanpa sisa.
xxxxxxxxxxx
.
.
.
.
.
1 bulan berlalu...
Lama setelah operasi Tranplantasi jantungnya, Sara menjadi banyak berubah.
Dirinya sedikit nampak berbeda, namun sifat cegilnya masih tertanam dalam dirinya. Yang terlihat berbeda hanyalah, dirinya yang dulu sangat ceroboh sekarang penuh dengan ekstrak kehati-hatian.
Entah ada dengan dirinya hanya dia dan tuhan yang tahu.
" Tega ya kamu, kamu ngerokok setelah buat aku sekarat kek gini." Ucap Sara berbaring lemas sambil memegang pinggangnya di ranjang. "
Sedang Leo, iya, dia sedang asyik menghisap batang rokoknya sambil duduk melihat mengarah jendela.
Ia hanya menutupi kejantanan itu dengan handuk kecil. Ini juga sudah jam 3 pagi dan mereka baru saja selesai melakukan olahraga malam.
" Baby."
" Hmm?"
" Kamu mau lagi nggak?"
" Aku beneran bakal bunuh kamu jika kamu ngelakuin itu lagi." Ancam Sara. " Aku serius."
" Kenapa? Kamu bukannya suka?"
" Sialan, kamu pria brengsek."
" Sok jual kamu." Ejek Leo.
" Apasih."
Ditengah-tengah perdebatan mereka,. handphone milik Sara tiba-tiba berdering.
" Handphone ku bunyi." Sara segera mengangkatnya.
" Aiishh siapa sih yang nelpon malam-malam gini?" Leo nampak kesal.
" Diam nggak. Iya, halo?" Jawabnya.
" Detektif Sara, ada mayat di apartemen 56."
" Kenapa harus jam 3 njir, Lo nelpon kelamaan banget sih."
" Ya mayatnya baru di temuin tadi, cepe gih kemari."
" Ya udah, gue segera kesana."
" Kamu mau kemana, udah jam 3 pagi loh ini." Tanya Leo.
" Ada mayat di apartemen, aku harus segera ke sana."
" Ha? Itu kan bukan tugas kamu..."
" Emang bukan, tapi si Sam bilang korban itu mati dengan cara yang sama."
" Tunggu." Leo menahan tangan Sara.
" Apa lagi sih?"
" Pinggang kamu kan sakit nih, kalau gitu aku ikut ya."
" Ngapain sih?" Sara menepis tangan Leo. " Nggak usah deh, kamu jangan caper deh, jangan nyusahin aku di sana..."
" Nggak kok, aku nggak bakalan nyusahin kamu. Aku juma mastiin kamu baik-baik aja."
" Kamu kenapa sih, nggak biasanya kamu gini. Kamu nggak pernah peduli tentang pekerjaan aku."
" Pokoknya aku mau iktu!" Bentak Leo.
" Ya kalo mau ikut yang nggak usah ngegas juga! Kamu ikut aja kalo mau!! Nyebelin banget sih!"
Leo dengan cepat pergi mengambil bajunya dan memakainya.
xxxxxxxxxxxxx
Sesampainya mereka di apartemen Yuna X, Sara dengan cepat berlari naik menggunakan tangga.
" Sara ada lift di sini..." Panggil Leo.
" Ckk, kamu nggak usah banyak cincong. Ikut aja kalo mau!" Sara berlari cepat menaiki tangga.
" Padahal ada lift loh ini, dia kenapa sih? Tapi larinya kok bisa cepet banget ya? Padahal tadi pincang."
Ternyata di atas sudah banyak para penghuni apartemen yang berkumpul dan para polisi yang berdiri di depan pintu apartemen no 56.
Para tetangga apartemen Yuna X begitu penasaran ingin melihat mayat wanita yang di bunuh itu namun tak di perbolehkan hingga hanya berdiri di depan pintu.
" Bisa minggir sebentar?" Ucap Sara.
" Kau siapa?" Halang polisi yang menjaga di pintu.
Dan Sara pun langsung memperlihatkan tanda pengenalnya dan polisi itu langsung diam dan membiarkannya masuk.
Sedang Leo yang juga ingin masuk tak di biarkan.
" Kau tidak boleh masuk tuan."
" Kenapa gue nggak boleh masuk?" Kesal Leo tetap ingin masuk. " Gue suaminya..."
" Maaf tuan, walaupun anda anaknya atau ayahnya. Kami tak bisa membiarkan orang yang tak berhubungan masuk."
" Dasar polisi keparat ini."
Sementara itu di dalam*
" Sar, coba lihat ini deh. Dadanya ada tanda M gitu, berarti pembunuhnya orang yang sama nih." Ucap Sam.
Melihat wajah korban yang hancur, mereka tak bisa mengetahui siapa dia sebenarnya sehingga harus bertanya lagi pada pemilik apartemen.
Ciri khas si pembunuh merupakan hal yang unik dan cukup brutal, membiarkan korban kehabisan darah setelah menghancurkan kepalanya biar tak ada yang tahu. Sungguh cerdik untuk membuat para polisi begitu lama untuk mengetahui siapa korban sebenarnya.
" Sam, menurut Lo pelakunya cowok apa cewek?" Tanya Sara.
" Maksud Lo apa? Pelakunya ni udah pasti cowok, ya nggak mungkin cewek lah. Yang bener aja Lo, pelakunya juga perkosa dia sebelum bunuh mungkin."
" Ni pembunuh juga masalahnya pernah bunuh cowok, jadi dia merkosa cowok juga gitu?"
" Vulgar banget si Lo. Pikiran Lo kok sampai situ, gue aja nggak kepikiran. Hasilnya juga nggak ada yang nunjukin si pelaku merkosain cowok... Lo ngapain bahas itu sih, jijik gue njing." Kesal Sam.
" Lo ingat nggak, ada cewek yang kita tanyain seminggu lalu yang kalungnya bentuk M itu?"
" Dia kenapa?"
" Kok gue curiga ya ama dia? Soalnya tu cewek pernah gue lihat di senyum gitu waktu di tempat kejadian sambil liatin tu mayat..."
" Jangan ngadi-ngadi deh Lo."
" Kalau gitu gue harus mastiin ini."
" Sar, gue tahu Lo gila. Tapi jangan koar-koar lagi Lo di rumah orang. Ni masih pagi njing."
" Nggak beradab banget sih mulut Lo, tapi nggak apa-apa. Gue tetap bakalan pergi."
" Detektif Sara, Lo jangan macam-macam anjink. Lo nggak kapok apa?"
" Lepasin gue nggak."
" Nggak bakalan."
" Ah, Lo pasti nggak sayang ama nyawa Lo. Lepasin nggak!" Sara membulatkan matanya.
" Detektif Sara! Bener-bener tu anak, ⁰"
Namun Sara tak lagi menyahut dan berlari pergi dari sana. Leo yang juga melihatnya berlari pergi segera pergi mengejarnya.
xxxxxxxxxxxxx
" Ckk, tu cewek kemana sih?" Sara terus menekan bel itu berkali-kali. " Gue tahu ni anak nggak tidur."
" Sara, kamu ngapain sih? Ini jam 4 pagi Lo, gimana dia mau denger..."
" Kamu diam aja deh!" Sara semakin menekan bel itu.
Tak lama setelah itu seorang wanita dengan baju tidurnya keluar rumah dengan wajah datarnya.
" Lo siapa?" Tanyanya, sebut saja dia Evelyn.
" Detektif Sara." Sara memperlihatkan tanda pengenalnya. " Lo udah lupa Ama gue?"
" Ah, Lo detektif yang nanyain gue dulu. Btw Lo ngapain ke sini?" Evelyn melipat kedua tangannya di dadanya.
" Lo nggak pake kutang? Payudara Lo kelihatan jelas tuh."
Evelyn lantas tersenyum miring. " Suka-suka gue lah, ini rumah gue, gue mau tidur tanpa BH urusan Lo apa?"
" Ya udah gue minta maaf, gue mau nanya lagi ama Lo."
" Nanya apa lagi nih?"
" Kalung Lo itu, nama Lo kan Evelyn, kok hurufnya M?"
" Suka-suka gue lah."
" Pelaku yang gue cari selalu ninggalin bekas huruf M di dada korbannya."
" Terus hubungannya ama gue apa? Lo ini kurang kerjaan banget sih."
Namun Sara kembali diam dan menatap pergerakan bola mata Evelyn yang tak hentinya terus bergerak.
Sara langsung mengerutkan keningnya saat mendapati noda merah di cincin Evelyn.
" Gue..."
" Lo pasti kesini karena ada mayat lagi di apartemen kan? Lo kok curigain gue terus sih?"
" Kok Lo tahu ada korban lagi di apartemen? Beritanya belum keluar loh." Tanya Sara menyipitkan matanya.
" Gue..." Evelyn mengalihkan pandangannya. " Lo mendingan pergi deh, Lo ganggu waktu gue banget sih."
" Oke, gue bakalan pergi. Tapi setelah ambil sidik jari Lo dulu." Sara dengan paksa menarik tangan Evelyn.
" Apa sih Lo! Berani banget Lo ya!!! Lepasin gue."
" Lo nggak perli takut jika pelakunya emang bukan Lo, tapi gue bakal terus awasin Lo."
" Lo..."
" Omong-omong rumah Lo luas banget, Lo nggak nyimpen jantung manusia di dalam kan?"
Evelyn mengepalkan tangannya kuat menatap tajam Sara. " Gue lebih suka ama kepalanya daripada jantungnya, Lo berani banget ya." Evelyn tersenyum marah.
Sara lantas tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya lalu pergi dari sana.
xxxxxxxxxxx
Esok harinya di kantor polisi...
" Gue yakin, tu cewek pelakunya." Ucap Sara melempar dokumen bukti yang ia telah ia kumpulkan. " Gue yakin banget 100%"
" Ha? Cewek Lo bilang? Lo udah gila ya?" Ucap Bian tertawa. " Lo pasti stress sih karena lama banget buat nemuin pelakunya, tapi nggak usah gitu juga kali."
" Gue nggak asal bicara ya, Gue yakin kok. Gue udah awasin dia dari kemarin, ya emang tingkah tu cewek aneh banget." Sara begitu yakin.
" Gini ya, Lo pikir aja deh. Apa masuk akal tu cewek merkosa cewek gitu? Ya emang sih korbannya juga ada yang cowok dan dia nggak merkosa dia, tapi ya mana mungkin cowok mau merkosa cowok."
" Lo pada terlalu fokus ama tu pemerkosaan, semua korbannya cewek dan di perkosa, dan Lo pada yakin tuh pelakunya cowok kan? Tapi kalian nggak mikir nggak sih? Itu tu cara si pelaku buat ngelabuhin kita supaya terkecoh dengan hasil pemerkosaannga." Jelas Sara lagi.
" Ya mau gimana lagi? Tu bukti kuat banget, nggak ada yang bakalan mikir tu ulah cewek. Pikiran mereka nggak sampe situ juga Sar." Ucap Reva.
" Gue tahu, gue pernah baca buku tentang psiko gitu. Rata-rata IQ para psiko tuh tinggi-tinggi. Kelewatan banget pintarnya buat nutupin kesalahannya. Apalagi si pembunuh berantai, mereka juga pake otak buat bunuh orang, nggak sebunuh- bunuhnya aja."
" Masuk akal juga sih, tapi kek aneh gitu aja nggak sih? Jadi menurut Lo, tu cewek lesbi gitu?"
" Ya mungkin aja kan? Otak mereka kan pada geser gitu, tapi kelewatan pintarnya juga sih. Ya itu mungkin buat ngelabuhin kita aja. Soalnya nih ya, tu malam kan gue nanyak, gue bilang rumah Lo besar Banget, Lo nggak ngaruh hati kan di dalam. Nah dia jawab tuh, gue lebih suka kepala daripada hati. Kepala korban kan kek hancur gitu nggak ada kepalanya."
" Gue ngerti maksud Lo sih, tapi tu bukti nggak cukup kuat buat nuduh dia. Kok Lo yakin banget sih?" Tanya Sam.
" Dia banyak boongnya dan kebablasan gitu saat gue nanyak dia berulangkali. Kan gue juga curiga Ama dia."
" Tapi Sar..."
" Ckk, yang benar aja. Oke, ini kan tugas gue, ya udah biar gue aja yang nyelesain sendiri. Gue bakal buktiin dia pelakunya tanpa bantuan Lo pada." Sara hendak pergi.
" Ih ngambek." Ejek Bian.
" Bian." Terus Reva.
" Ihh, gue nggak ngambek ya. Liat aja Lo, Lo bakal nyesel karena nggak percaya ama gue."
" Terserah." Bian mengulurkan lidahnya. " Gue juga punya pekerjaan lain yang harus gue urus."
" Lebih baik gue pergi!"
" Ya udah, pergi aja. Nggak ada yang ngelarang juga."
Sara lalu pergi dari sana, namun ia tak membiarkan Bian tetap tenang dengan kepergiannya.
Ia dengan sengaja meninju papan buletin kaca hingga retak dan Sara dengan santainya pergi dari sana.
" Woiii!!!! Tai Lo ya!!" Jerit Bian begitu kesal. " Benar-benar tu anak, nyebelin banget ngjink!"
Tak lama Sara kembali dan menjulurkan lidahnya pada Bian lalu pergi lagi.
" Kemari nggak Lo!" Bian hendak mengejarnya.
Namun Sam dengan cepat menahannya.
" Udan Bi, Lo nggak capek apa."
" Lepasin gue nggak!"
" Ya elah, Lo beli lagi apa susahnya." Ucap Reva.
" Beli lagi?! Lo pikir tu uang gue temuin di sembarang tempat!"
" Ya udah kali." Reva lalu pergi.
" Woi Reva!! Kemari nggak Lo! Lepasin gue njink!
" Kok Lo lebih Bar-Bar dari adik Lo sih."
" Nggak tahu!" Bian dengan kesal pergi dari sana.
" Sangat melelahkan bekerja di kebun binatang." Sam menggeleng-gelengkan kepalanya. " Sangat di sayangkan nggak ada pawangnya." Sam juga lalu pergi.
TO BE CONTINUED...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Anita Jenius
Seru banget ceritanya.
aku baca sampai sini dulu ya.
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
2024-05-08
0
shookiebu👽
Wuih, seru abis!
2024-04-21
0