5. Pengiriman topeng arwah

     Odessa mengambil kunci di kasir dan melambaikan jari telunjuknya kepada Laksmana di belakangnya agar mengikuti langkahnya, tentu saja Laksmana mengikuti gadis pendek itu meskipun sebenarnya ia sudah tahu struktur dari toko ini karena sudah sering datang. Beberapa kali langkah kaki Laksmana yang lebar hampir menabrak Odessa hingga menimbulkan kemarahan gadis itu, akibatnya Laksmana telah babak belur sebelum ia dapat mengumpulkan arwah-arwah topeng itu.

Odessa mendengus, ia membuka pintu gudang yang terkunci dan mendorong pintu besi yang sudah lama itu terbuka. Odessa mengibaskan kabut putih yang keluar dari gudang selama beberapa saat sebelum masuk, kabut putih tadi sebenarnya bukan debu, melainkan kabur hantu yang ditimbulkan karena terlalu banyak arwah yang terkunci di sini dan ruangan yang tertutup.

Laksmana berkedip dan mengikuti masuk, ia menatap arwah perempuan yang seperti boneka sendi sedang menyapu di dalam dengan robot pembersih, entah mengapa ia sedikit terdiam. Odessa sepertinya mengetahui kenapa malaikat maut itu menjadi hening, ia berjalan mendekati boneka sendi yang hidup karena diisi oleh arwah, "Kamu sedang membersihkan Jeng?"

Boneka arwah sendi itu mengangguk.

"Wow! Bahkan kamu sekarang membelikan Ajeng robot pembersih?" Laksmana menatap robot pembersih yang dipegang oleh Ajeng, si boneka arwah. Odessa memutar matanya, ia mencibir, "Robot pembersih? Maksudmu penghisap debu?"

"Nah, pokoknya itu."

Laksmana hanya mengangguk acak, ia tidak tahu nama robot pembersih itu. Menurutnya benda itu dari mesin dan bisa hidup, dari pengetahuannya tentang film-film yang ada di dunia manusia seperti yang salah satu tokohnya robot mobil kuning, benda dari mesin dan bisa hidup biasanya adalah robot, jadi karena bisa membersihkan pasti nama alatnya adalah robot pembersih.

Odessa mencibir, ia menggelengkan kepalanya mengabaikan malaikat maut yang terlalu banyak menonton acara tv dunia manusia itu. Ajeng menatap tuannya dengan mata kosong yang mati, ia juga menatap malaikat maut abu-abu yang berada di belakang tuannya.

"Apakah anda ingin mengambil pengiriman topeng arwah rutinan tuan?"

"Ya, aku mengantar Laksmana untuk mencari topeng." Odessa mengangguk, ia melangkah masuk dan berkeliling di gudang yang redup itu hanya dengan pencahayaan lampu kekuningan. Mereka mencari dan mengambil beberapa topeng, sembari mengecek daftar nama dan arwah yang tercatat di buku kematian agar tidak salah. Dalam waktu singkat, karung hitam yang dibawa oleh Laksmana seketika penuh oleh topeng yang berisi arwah-arwah.

"Apakah ada lagi?" Odessa menepuk tangannya dan menatap Laksmana yang sedang mengecek semua daftar topeng yang ia ambil hari ini. Menunggu hingga malaikat maut itu selesai menghitung dan mengabsen, Odessa memutuskan untuk pergi ke depan foto seorang perempuan manis dengan rambut di sanggul yang terletak di atas meja di ruangan itu, ia menancapkan dupa dan membakarnya untuk gadis di foto.

Ajeng menatap Odessa, ia tersenyum kaku dan membungkuk berterima kasih, "Terima kasih tuan, telah memberi makan saya." Ya, yang di foto itu adalah Ajeng ketika arwah boneka itu masih hidup di masa lampau.

Odessa menatap Ajeng dan tersenyum, ia mengangguk.

"Odessa, topengnya kurang dua lagi."

Mendengar laporan malaikat maut itu, Odessa seketika menoleh dari Ajeng dan datang menghampiri, "Kurang dua?" tanya Odessa heran, "Apakah di sini tidak ada? Aku ingat semuanya yang harus dikirim dalam waktu dekat ada di sini." Odessa menaikkan sebelah alisnya menatap Laksmana yang berjongkok namun bisa setinggi dadanya.

Laksmana tersenyum, "Oh... ada penambahan."

"Di mana? Apakah kamu tahu topeng yang mana?" Odessa berjalan keluar dari gudang yang diikuti oleh Laksmana dan Ajeng, Laksmana tampak menggaruk belakang kepalanya, ia takut Odessa marah namun bagaimana lagi, ia harus mengatakannya.

"Itu ... topengnya kamu sempat seka tadi."

Odessa seketika berhenti, ia melirik Laksmana dengan tatapan tajam, "Kenapa tidak bilang dari tadi?" Laksmana tersenyum canggung dan terkekeh kecil, "Aku lupa."

Odessa memutar matanya keras dan bergumam mencibir sebelum pergi berjalan kembali ke kasir. Laksmana menatap punggung Odessa, ia terkekeh oleh tingkah gadis itu, ia tahu bahwa Odessa sebenarnya adalah orang yang tidak mau kerja dua kali, oleh karena itu mudah marah ketika Laksmana mengatakan bahwa topeng sempat Odessa seka.

"Coba pilih kesini!"

Laksmana seketika terkesiap, ia berteriak, "Iya, iya, Odessa sayang!" Ia segera berjalan lebih cepat ke arah kasir. Ajeng berkedip melihat kedua orang itu, ia menggelengkan kepalanya dengan kaku sebelum melanjutkan membersihkan tempat lain di dalam toko karena itu pekerjaannya di sini.

Setelah beberapa menit mencari di lusinan kotak topeng di bawah kasir, Odessa dan Laksmana akhirnya menemukan topeng mana yang Laksmana maksud. Setelah memasukkan dua topeng terakhir ke dalam karung hitamnya, Laksmana berdiri dan tersenyum, "Sudah selesai."

"Semuanya benar-benar sudah?" Odessa bertanya memastikan sembari menatap malaikat maut yang menyebalkan itu, "Iya, sudah." Laksmana mengangguk tegas, "Baiklah, kalau begitu aku pamit? Aku tidak bisa lama, aku harus cepat-cepat mengirim ini ke dunia bawah."

"Ya, ya, silahkan." Odessa melambaikan tangannya pada Laksmana yang keluar dari toko dan balas melambaikan tangannya, setelah portal menuju dunia bawah terbuka di seberang dinding gang di depan pintu toko Odessa, Laksmana segera menghilang setelah memasuki portal itu dan postal menuju dunia bawah segera tertutup kembali.

Odessa menghela nafas lega, akhirnya malaikat maut eksentrik itu pergi.

Odessa berjalan kembali ke kursi kasir dan duduk bersandar, ia menyalakan ponselnya dan melihat-lihat media sosial yang terkini akhir-akhir ini. Sesekali tatapan Odessa terangkat dari layar ponsel pintarnya dan menatap ke arah Ajeng yang mondar-mandir membersihkan toko, sebenarnya ia cukup kagum dengan kerajinan arwah itu.

Mengingat tentang kerajinan Ajeng, ia jadi teringat saat pertama kali menemukan arwah itu. Ajeng ia temukan sedang linglung di tengah kota dengan pakaian tradisional yang lusuh, ketika ia hampiri dan menanyakan latar belakang dari gadis itu, Ajeng mengatakan bahwa dia telah meninggal puluhan tahun yang lalu, ia masih mengingat namanya namun bingung karena perubahan yang begitu besar pada kota ia tinggal dulu.

Awalnya Odessa ingin membuatkan lukisan topeng untuk Ajeng agar bisa dibawa oleh Laksmana, namun gadis itu menolak dan jawaban Laksmana juga sama, malaikat maut itu tidak bisa membawa arwah yang tidak bersalah kembali ke dunia bawah jika arwah itu sendiri juga tidak mau.

Akhirnya karena takut Ajeng tersesat dan disalahgunakan oleh oknum penangkap hantu yang jahat, Odessa membawa Ajeng ke tokonya untuk membantunya mengurus toko, sekarang hubungan Ajeng dengan Odessa adalah tuan dan pelayan, sudah hampir tiga tahun Ajeng bekerja membantu di tokonya dan bayarannya selalu sama, makanan dan tempat tinggal karena arwah sudah tidak membutuhkan uang manusia setelah mereka mati.

Karena untuk memudahkan pekerjaan bersih-bersih di toko, Odessa membelikan Ajeng tubuh boneka sendi agar bisa memegang barang nyata dan akhirnya sampai sekarang arwah Ajeng hidup di tubuh boneka sendi yang dibelikan oleh Odessa. Namun setelah Ajeng hidup di boneka sendi, ada yang membuat Odessa menjadi rumit, yaitu ... Ajeng terlalu rajin.

Contohnya seperti sekarang.

Odessa menghela nafas, ia melambaikan tangannya kepada Ajeng yang sedang membersihkan kaca luar toko, "Masuklah Ajeng, beristirahat. Tidak ada gunanya kamu mengelap kaca setiap hari jika yang datang saja sangat jarang, jangan terlalu rajin."

Ajeng menatap Odessa dan menggelengkan kepalanya kaku, "Tidak ... tuan, Ajeng senang bersih-bersih."

Odessa terdiam melihat Ajeng yang melanjutkan bersih-bersih, "Masuklah Ajeng, bagaimana jika ada yang melihatmu? Itu akan merepotkan!" Ajeng sepertinya tersadar setelah mendengar ucapan Odessa, ia menepuk dahinya dengan kaku dan masuk ke dalam toko dengan kain basahnya setelah membersihkan kaca luar toko.

"Maaf tuan."

"Permisi ... apakah ada orang di sini?"

Bell toko kembali berdering untuk yang ketiga kalinya malam ini, tatapan Odessa dan Ajeng serentak menoleh ke arah pintu toko yang perlahan terbuka dan seorang pria dengan penampilan seorang tuan muda mengenakan kacamata berbingkai emas masuk dengan ekspresi malu-malu.

Ekspresi pria itu membeku ketika di tatap secara bersamaan, "Uh ... halo?"

"Halo." Odessa dengan cepat memulihkan ekspresi wajahnya dan menyapa pria berpenampilan kaya dan formal yang baru saja masuk, Ajeng menunduk, ia membungkuk mengucapkan selamat datang dan berjalan pergi kembali ke arah gudang dengan sikap sopan.

Tatapan pria itu tertuju pada boneka sendi yang dapat bergerak dan hidup, tubuhnya yang kaku perlahan mencoba untuk bergerak ke arah kasir. Tatapan pria itu akhirnya tertuju pada gadis berambut keriting hitam panjang dan mengenakan pakaian berbintik merah, ia akhirnya terbatuk dan memperkenalkan dirinya, "Halo ... panggil saja aku Tuan muda Song, Song Mu."

"Halo Tuan muda Song, selamat malam." Odessa menyapa dengan senyuman manis, Song Mu merasa sedikit lega dan sedikit santai setelah melihat senyuman manusiawi gadis itu, ia pikir yang melayani di sini juga hantu. Sungguh keberuntungan yang bagus.

"Apakah anda Odessa? Pemilik toko ini yang sering di sebut-sebut oleh orang lain?"

"Ya, itu saya." Mata Odessa berkedut, ia menahan untuk tidak menatap pria muda itu curiga. Bukan apa, ia hanya takut 'Tuan muda Song' adalah tipikal orang yang sama dengan pemuda aneh itu sebelumnya. Song Mu menggeliat tidak nyaman, ia terbatuk dan tersenyum canggung, "Jadi kamu adalah Odessa, si penjaga."

Odessa menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar julukan itu dari mulut pria ini, sungguh jarang ada orang yang mengetahui julukan ini, biasanya yang mengetahui julukannya pasti bukanlah orang biasa. Sepertinya pria tuan muda kaya ini bukanlah tipikal orang yang sama dengan pemuda aneh, latar belakangnya cukup dalam.

Senyuman tertarik terbit di wajah Odessa, ia menatap pria itu mengangguk, "Itu juga saya, si penjaga."

Begitu mendapat konfirmasi langsung dari orang yang dituju, Song Mu menghela nafas lega, ia tersenyum seolah sesuatu yang membebani hatinya telah sedikit berkurang, "Itu bagus..."

"Jadi, ada apa Tuan muda Song?"

"Begini, aku pikir aku mungkin butuh pertolongan darimu...?"

Episodes
1 1. Tugas Pertama
2 2. Memori Linn
3 3. Surat terakhir
4 4. Pemuda aneh
5 5. Pengiriman topeng arwah
6 6. Tugas Kedua
7 7. Arwah lukisan penuh kebencian
8 8. Ming Rui
9 9. Telah dikonfirmasi
10 10. Rumah tua keluarga Song
11 11. Amarah Ming Rui
12 12. Pengakuan
13 13. Masa lalu (1)
14 14. Masa lalu (2)
15 15. Masa lalu (3)
16 16. Kegilaan dan buku sihir
17 17. Kronologi
18 18. Tugas kedua selesai
19 19. Saham Song
20 20. Gaji bulanan
21 21. Pedagang palsu
22 22. Iblis jahat
23 23. Kutukan waktu
24 24. Keanehan Amir
25 25. Hilangnya Amir
26 26. Pilar merah darah
27 27. Iblis dalam tubuh
28 28. Keluarga Amir
29 29. Pertolongan
30 30. Menginap
31 31. Mantra pengikat jiwa?
32 32. Ajeng, si chef bintang lima
33 33. Foto di kamar Kakek
34 34. Mengikuti Odessa
35 35. Penjaga?
36 36. Kota G, Manekin berdarah
37 37. Ada apa ini?
38 38. Telah muncul
39 39. Mengejar
40 40. Iblis atau Amir?
41 41. Polisi Astral?
42 42. Jin? Aku iblis
43 43. Delapan sendok
44 44. Pulang
45 45. Perpustakaan dunia bawah
46 46. Yang Suci Cecil
47 47. Apa sebenarnya rencana iblis itu?
48 48. Bahasa malaikat?
49 49. Rencana?
50 50. Dunia bawah
51 51. Patung Sang Iblis
52 52. Kembalinya Sang Tuan
53 53. Pertemuan
54 54. Kejutan
55 55. Rencana menyelinap
56 56. Cemburu
57 57. Persiapan rapat
58 58. Pemberitahuan
59 59. Ascatha
60 60. Kemampuan Alami Amir
61 61. Masuk gereja
62 62. Dibongkar
Episodes

Updated 62 Episodes

1
1. Tugas Pertama
2
2. Memori Linn
3
3. Surat terakhir
4
4. Pemuda aneh
5
5. Pengiriman topeng arwah
6
6. Tugas Kedua
7
7. Arwah lukisan penuh kebencian
8
8. Ming Rui
9
9. Telah dikonfirmasi
10
10. Rumah tua keluarga Song
11
11. Amarah Ming Rui
12
12. Pengakuan
13
13. Masa lalu (1)
14
14. Masa lalu (2)
15
15. Masa lalu (3)
16
16. Kegilaan dan buku sihir
17
17. Kronologi
18
18. Tugas kedua selesai
19
19. Saham Song
20
20. Gaji bulanan
21
21. Pedagang palsu
22
22. Iblis jahat
23
23. Kutukan waktu
24
24. Keanehan Amir
25
25. Hilangnya Amir
26
26. Pilar merah darah
27
27. Iblis dalam tubuh
28
28. Keluarga Amir
29
29. Pertolongan
30
30. Menginap
31
31. Mantra pengikat jiwa?
32
32. Ajeng, si chef bintang lima
33
33. Foto di kamar Kakek
34
34. Mengikuti Odessa
35
35. Penjaga?
36
36. Kota G, Manekin berdarah
37
37. Ada apa ini?
38
38. Telah muncul
39
39. Mengejar
40
40. Iblis atau Amir?
41
41. Polisi Astral?
42
42. Jin? Aku iblis
43
43. Delapan sendok
44
44. Pulang
45
45. Perpustakaan dunia bawah
46
46. Yang Suci Cecil
47
47. Apa sebenarnya rencana iblis itu?
48
48. Bahasa malaikat?
49
49. Rencana?
50
50. Dunia bawah
51
51. Patung Sang Iblis
52
52. Kembalinya Sang Tuan
53
53. Pertemuan
54
54. Kejutan
55
55. Rencana menyelinap
56
56. Cemburu
57
57. Persiapan rapat
58
58. Pemberitahuan
59
59. Ascatha
60
60. Kemampuan Alami Amir
61
61. Masuk gereja
62
62. Dibongkar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!