3. Surat terakhir

Singkatnya setelah beberapa hari tanpa kabar, di hari keempat menunggu, akhirnya aku mendapat kabar dari guru pembimbingku bahwa ada seorang murid yang membutuhkan bimbingan belajar.

Aku cukup gembira mendengar itu dan bersemangat, katanya wali dari murid itu menjanjikan untuk memberikan uang sebesar tiga ratus ribu untuk satu sesi pembelajaran selama dua jam sehari.

Aku akhirnya datang ke rumah dari siswa pada sore hari dan mengajarkan terlebih dahulu les mata pelajaran yang anak itu paling sulit untuk dipelajari, sebagai contoh seperti matematika dan bahasa inggris. Apa yang dikatakan guruku benar, karena yang dipesan adalah dua sesi selama sehari, seperti sesi pertama matematika dua jam lalu sesi kedua bahasa inggris dua jam, sehingga aku mendapatkan uang yang lumayan banyak.

Karena aku takut ibuku akan marah mengira karena aku bekerja, aku memilih untuk menyembunyikan uang yang aku dapatkan di lemari, aku berniat memberikannya ketika waktu untuk membayar tagihan rumah tiba.

Anak yang aku ajar itu sebenarnya masih sekitar anak sekolah menengah awal. Mungkin karena pembawaanku yang santai dan menyenangkan dalam mengajar, anak itu merasa lebih dekat dan mudah mengerti sehingga senang diajar. Akhirnya jadwal yang awalnya ditetapkan untuk bimbel seminggu tiga hari, menjadi hampir setiap hari. Selama tiga hari berikutnya, aku masih mengajar dengan rutin namun dengan pergantian pelajaran yang berbeda.

Waktu berjalan jauh lebih mudah, setidaknya bagiku. Kupikir akan terus berjalan mulus seperti ini, namun hal yang tidak terduga terjadi. Pada malam hari setelah membimbing pembelajaran, ketika aku pulang melalui jalan yang biasa aku lewati menuju jalan rumahku, tidak seperti biasanya yang selalu ramai di lewati orang-orang hingga terjadi kemacetan di dalam gang, hari itu jalanan yang begitu sepi sampai tidak ada orang yang lewat selain aku.

Awalnya aku merasa gembira, sepertinya aku akan pulang lebih cepat, pikirku begitu. Namun tidak, aku di cegat di tengah perjalanan oleh sekelompok pria yang tampak seperti preman hingga kejadian mengenaskan itu terjadi. Benar-benar mengerikan rasanya, bahkan terlalu sulit untuk dideskripsikan.

Namun yang jelas, saat itu yang aku rasakan adalah patah hati terdalam seorang gadis perempuan. Tubuh yang diraba dengan sesuka hati, penghinaan dari sekelompok bajingan, dan kekerasan yang diterima, semuanya membuatku merasa seperti barang yang hanya sekali pakai lalu buang.

Bahkan setelah orang-orang itu merasa puas setelah melakukan hal jahat dan keji itu, mereka menarik resleting celana mereka dan berbincang dengan senyum puas, mendiskusikan bagaimana cara menyingkirkan aku yang sudah tergeletak tidak berdaya karena kelelahan dan mengalami trauma mental yang luar biasa.

Saat itu ketika mataku terpejam sayup-sayup aku mendengar mereka mengobrol tentang bagaimana membunuhku agar lebih menyenangkan sebelum membuang tubuhku. Aku merasa tidak berdaya pada saat itu dan mengasihani nasibku yang begitu naas.

Setelah lama terpejam, aku mendengar suara lambaian angin sebelum akhirnya perutku di bacok oleh mereka dengan celurit, darahku membasahi pakaian seragam putihku, hingga beberapa bacokan lagi dan nyawaku melayang di gang sempit itu oleh sekelompok manusia berhati binatang buas.

Mayatku akhirnya diseret menjauh dan dikuburkan di hutan pinggir kota tidak jauh, darahku mungkin disiram dengan air, namun dendamku tidak bisa disiram dengan darah mereka. Saat itu yang aku rasakan sebagai arwah adalah ingin membalaskan dendam atas perbuatan keji mereka terhadapku, mencabik-cabik mereka dan mengakhiri hidup orang-orang itu dengan siksaan yang aku alami.

Saat itu arwahku yang tidak tahu arwah terus berkeliling mencari orang-orang itu, namun karena memakan terlalu banyak waktu dalam mencari, sudah terlambat karena mereka sudah bubar dan berpisah tempat. Rohku yang tidak bisa terlalu lama lagi menahan di dunia menjadi semakin seperti arwah linglung karena ingatanku yang mulai menjadi semakin samar.

Dendamku yang tidak terbalaskan semakin menumpuk sehingga aku mengganggu siapa saja yang melakukan hal tidak senonoh atau berniatan jahat di tempat ini aku ganggu bahkan aku cabik-cabik mereka dengan kuku tajam milikku, energi gelapku yang semakin meningkat karena rasa dendam yang tidak terbalas membuat cabikan yang awalnya menembus menjadi nyata dan dapat mencabik orang hingga mati.

Aku berkeliaran mencari orang-orang tanpa henti dan selalu kembali ke tempat aku mati untuk menakuti orang, aku selalu melakukan hal itu sehingga gadis yang mengaku sebagai penangkap hantu resmi salah satu penjaga kota datang dan berniat untuk menangkapku, katanya apa yang aku lakukan selama ini telah meresahkan orang lain dan harus diamankan.

Sebelumnya banyak sekali penangkap hantu abal-abal yang datang untuk menangkapku, namun mereka sama sekali tidak mau mendengarkan dendam di balik itu, sehingga menimbulkan amarahku.

Awalnya aku pikir gadis yang bernama Odessa yang sering dibicarakan banyak hantu yang lewat akan sama seperti penangkap hantu abal-abal itu, namun aku tidak menyangka bahwa dia berbeda. Bahkan dia mendengarkan ceritaku sampai saat ini, ia juga berniat membiarkanku balas dendam meskipun dengan syarat.

Kini aku sedang dalam perjalanan menuju rumah pria-pria brengsek yang menjadi dalang semua ini, ditemani oleh Odessa, aku pergi ke rumah mereka satu persatu dan mencabik-cabik kejantanan mereka agar menyesal.

Melihat orang-orang brengsek itu yang berguling-guling sembari memegang kejantanan mereka yang hancur sedikit melegakan hatiku, bahkan sosok mengerikan ku menjadi sedikit berubah saat ini.

"Linn, apakah sekarang kamu sudah puas?"

Aku menoleh menatap Odessa yang berdiri di sampingku, aku melihat ekspresi wajahnya serius dan sedang memegang topeng serta alat lukis, aku tahu apa yang ia maksud. Dengan lembut aku duduk di kursi beton dengan patuh, menunggu untuk dilukis.

Odessa menatap wajahku dengan serius dan tampak seolah sedang mencari titik identik dari arwahku, aku berkedip dan berkata dengan lembut, "Odessa, jadikan saja luka bacokan menyilang di wajahku sebagai topeng, aku tidak ingin kejadian semacam ini terjadi lagi."

"Baiklah."

Odessa menatap wajah Linn dan mulai melukis, pada awalnya ia membuat semacam luka bacokan besar di topeng seperti yang dimiliki oleh Linn sebelum akhirnya mulai melukis. Wajah mengerikan yang dimiliki oleh Linn kini terdapat pada topeng yang Odessa lukis, peletakkan luka yang sama hingga bekas luka yang sama, itu membuat dendam Linn secara perlahan menghilang. Sosok Linn yang tampak mengerikan secara bertahap berubah kembali menjadi sosoknya yang cantik sebelum kematiannya dan kejadian mengerikan itu terjadi.

Odessa menatap Linn terdiam yang terlihat begitu cantik dengan kepolosan seorang remaja berusia 17 tahun. Ya, saat itu pada malam Linn mengalami kejadian mengerikan itu, setelah tepat pergantian malam pada pukul dua belas malam, itulah hari ulang tahunnya yang ke-17 tahun.

Namun tidak ada perayaan sama sekali, jasad Linn dikuburkan dengan dingin pada malam ulang tahunnya, dan ibunya yang telah menunggu di rumah dengan sebuah kue kecil untuk merayakan ulang tahun bersama juga tidak pernah menemukan sosok gadis kecilnya itu pulang ke rumah hingga beberapa hari kemudian yang ia temui bukanlah sosok Linn yang hidup, tapi jasad penuh luka yang sulit diidentifikasi dan mengenaskan yang tersisa.

"Ayo, kembali ke rumah dan temui ibumu yang terakhir kalinya sebelum pergi." Odessa merangkul arwah Linn dengan lembut dan mengantarnya ke rumah kontrakan kecil yang di tinggali oleh ibu Linn. Linn masuk ke dalam rumahnya dan menatap ibunya yang telah tertidur lelap penuh kelelahan, ia melihat bahwa wanita paruh baya itu telah mengumpulkan kantung mata baru yang lebih tebal di bawah matanya.

Linn tersenyum kecil, ia menulis sebuah surat dan meletakkan uang yang sebelumnya ia peroleh dan belum ia berikan di samping ibunya yang sedang tertidur. Arwah Linn naik ke tempat tidur dan memeluk ibunya dengan lembut, untuk terakhir kalinya ia merasakan kehangatan ibunya sebelum ia harus pergi bersama Odessa. Air mata Linn menetes, namun kini Linn tersenyum, ia berbisik dengan lembut ke telinga ibunya, "Selamat tidur ibu, selamat tinggal."

Linn mencium pipi kasar ibunya dengan lembut sebelum akhirnya ia melepaskan pelukannya, Linn berdiri di samping tempat tidur dan hendak berjalan keluar, namun suara yang terdengar dari kasur itu menghentikan langkahnya.

Ibu Linn, entah sejak kapan terbangun dari tidurnya dan menangis sembari memeluk surat yang telah ditinggalkan untuknya, Ibu Linn yang tidak bisa melihat arwah namun memiliki ikatan batin dapat merasakan bahwa itu adalah anaknya Linn yang datang kepadanya untuk mengucapkan perpisahan.

"Selamat tinggal juga anakku, Linn tersayang."

Mata Linn terbelalak, ia tampak membeku terkejut di tempatnya, ia tersenyum di tempatnya dan tertawa terbahak-bahak puas. Linn akhirnya dapat dengan tenang dan hati ringan berjalan keluar dari rumah kontrakan kecil itu dan menghampiri Odessa yang menunggu di luar, "Mari pergi, kita sudah selesai di sini." Linn menatap Odessa dengan senyuman lebar di wajah cantiknya yang polos, Odessa tampak tersenyum kecil, "Baiklah, ayo."

Ibu Linn menatap kosong ke arah seorang gadis yang berjalan menjauh dari rumahnya di luar melalui jendela, ia menatap surat yang ditinggalkan secara misterius di sampingnya ketika tidur, Ibu Linn membukanya dengan lembut, air matanya mengalir semakin deras ketika ia melihat bahwa tulisan tangan itu adalah tulisan anak perempuannya yang telah tiada sekitar dua bulan yang lalu.

"Linn ... itu benar-benar kamu." Ibu Linn tersenyum sedih, ia mulai membaca surat yang diberikan oleh anaknya itu, cukup lama sebelum akhirnya ibu Linn mulai menghapus air matanya dan menatap uang yang berjumlah satu juta delapan ratus ribu itu dengan tegas, "Baiklah nak, ibu akan terus hidup sesuai yang ibu inginkan." Ibu Linn kembali tidur, meninggalkan surat kertas putih yang terbuka dengan tulisan penuh darah di atas laci di samping tempat tidur. Tulisan kertas itu bertahan sejenak sebelum akhirnya secara perlahan menghilang seolah telah melebur entah kemana.

Odessa berjalan melewati gang sempit terpencil dengan memegang sebuah kertas putih penuh goresan darah di tangannya, ia tersenyum kecil membaca surat itu sembari memegang topeng yang berisi arwah Linn di dalamnya, ia telah memasukkan arwah Linn ke dalam topeng itu sebelumnya.

Surat itu tertulis:

[Selamat malam ibu, ini aku Linn.

Saya disini ingin meminta maaf dan berterima kasih banyak kepada ibu yang telah mau merawat Linn meskipun ayah tidak lagi ada di sisi kita, Linn ingin mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya karena telah meninggalkan ibu di malam ulang tahunku yang ke 17 tahun.

Ibu, uang itu adalah uang yang aku kumpulkan selama membimbing seorang murid, tenang ibu aku tidak bekerja dan lelah, cukup menyenangkan sebenarnya. Aku harap uang ini cukup untuk membayar tagihan rumah kecil kita.

Aku akan pergi ibu, entah kemana namun aku harap aku akan kembali ke pelukan yang maha esa. Ibu, aku memiliki satu pesan sebelum pergi, tolong jaga diri ibu dan tetap hidup, pilihlah jalan yang ibu suka dan lakukan sebagaimana ibu mau, jangan menyusulku. Kini ibu tidak lagi perlu mengkhawatirkan aku, aku dengar paman di sebelah juga menyukai ibu, aku harap kalian dapat bahagia.

Selamat tinggal ibuku tersayang, sang pejuang wanita hebat.]

Odessa menutup surat itu dan melihat kalimat "Untuk ibuku, dari Linn", ia terkekeh dan menatap topeng itu yang tampak berubah memerah seolah tersipu malu, "Kata-kata yang indah Linn."

Odessa akhirnya sampai di tokonya, ia membuka pintu dan melangkah masuk, dering bell yang berada di atas pintu berdering dua kali sebelum akhirnya pintu toko tertutup kembali. Odessa berjalan dengan topeng Linn di tangannya dan pergi ke gudang untuk mengambil paku, ia memaku di dinding toko dan menggantungkan tali kecil yang ada pada topeng ke paku, Odessa memajang topeng Linn di tokonya bersamaan dengan topeng-topeng lainnya yang berisi arwah juga.

Ketika Odessa berkacak pinggang menatap hasil karyanya yang 'indah', bell pada pintu berdering dan pintu toko terbuka. Odessa berbalik dengan heran dan tersenyum manis, ia menyambut tamu yang baru datang itu.

"Selamat datang di toko topeng Lagareth!" ucap Odessa sembari menatap orang yang baru saja masuk ke dalam tokonya dengan senyum manis.

"Ini adalah Odessa, ada yang bisa saya bantu?"

Terpopuler

Comments

bbyylaa

bbyylaa

sukakk banget sama konsep novelnya, underrated banget!!! semangat ya thorr

2024-05-28

2

lihat semua
Episodes
1 1. Tugas Pertama
2 2. Memori Linn
3 3. Surat terakhir
4 4. Pemuda aneh
5 5. Pengiriman topeng arwah
6 6. Tugas Kedua
7 7. Arwah lukisan penuh kebencian
8 8. Ming Rui
9 9. Telah dikonfirmasi
10 10. Rumah tua keluarga Song
11 11. Amarah Ming Rui
12 12. Pengakuan
13 13. Masa lalu (1)
14 14. Masa lalu (2)
15 15. Masa lalu (3)
16 16. Kegilaan dan buku sihir
17 17. Kronologi
18 18. Tugas kedua selesai
19 19. Saham Song
20 20. Gaji bulanan
21 21. Pedagang palsu
22 22. Iblis jahat
23 23. Kutukan waktu
24 24. Keanehan Amir
25 25. Hilangnya Amir
26 26. Pilar merah darah
27 27. Iblis dalam tubuh
28 28. Keluarga Amir
29 29. Pertolongan
30 30. Menginap
31 31. Mantra pengikat jiwa?
32 32. Ajeng, si chef bintang lima
33 33. Foto di kamar Kakek
34 34. Mengikuti Odessa
35 35. Penjaga?
36 36. Kota G, Manekin berdarah
37 37. Ada apa ini?
38 38. Telah muncul
39 39. Mengejar
40 40. Iblis atau Amir?
41 41. Polisi Astral?
42 42. Jin? Aku iblis
43 43. Delapan sendok
44 44. Pulang
45 45. Perpustakaan dunia bawah
46 46. Yang Suci Cecil
47 47. Apa sebenarnya rencana iblis itu?
48 48. Bahasa malaikat?
49 49. Rencana?
50 50. Dunia bawah
51 51. Patung Sang Iblis
52 52. Kembalinya Sang Tuan
53 53. Pertemuan
54 54. Kejutan
55 55. Rencana menyelinap
56 56. Cemburu
57 57. Persiapan rapat
58 58. Pemberitahuan
59 59. Ascatha
60 60. Kemampuan Alami Amir
61 61. Masuk gereja
62 62. Dibongkar
Episodes

Updated 62 Episodes

1
1. Tugas Pertama
2
2. Memori Linn
3
3. Surat terakhir
4
4. Pemuda aneh
5
5. Pengiriman topeng arwah
6
6. Tugas Kedua
7
7. Arwah lukisan penuh kebencian
8
8. Ming Rui
9
9. Telah dikonfirmasi
10
10. Rumah tua keluarga Song
11
11. Amarah Ming Rui
12
12. Pengakuan
13
13. Masa lalu (1)
14
14. Masa lalu (2)
15
15. Masa lalu (3)
16
16. Kegilaan dan buku sihir
17
17. Kronologi
18
18. Tugas kedua selesai
19
19. Saham Song
20
20. Gaji bulanan
21
21. Pedagang palsu
22
22. Iblis jahat
23
23. Kutukan waktu
24
24. Keanehan Amir
25
25. Hilangnya Amir
26
26. Pilar merah darah
27
27. Iblis dalam tubuh
28
28. Keluarga Amir
29
29. Pertolongan
30
30. Menginap
31
31. Mantra pengikat jiwa?
32
32. Ajeng, si chef bintang lima
33
33. Foto di kamar Kakek
34
34. Mengikuti Odessa
35
35. Penjaga?
36
36. Kota G, Manekin berdarah
37
37. Ada apa ini?
38
38. Telah muncul
39
39. Mengejar
40
40. Iblis atau Amir?
41
41. Polisi Astral?
42
42. Jin? Aku iblis
43
43. Delapan sendok
44
44. Pulang
45
45. Perpustakaan dunia bawah
46
46. Yang Suci Cecil
47
47. Apa sebenarnya rencana iblis itu?
48
48. Bahasa malaikat?
49
49. Rencana?
50
50. Dunia bawah
51
51. Patung Sang Iblis
52
52. Kembalinya Sang Tuan
53
53. Pertemuan
54
54. Kejutan
55
55. Rencana menyelinap
56
56. Cemburu
57
57. Persiapan rapat
58
58. Pemberitahuan
59
59. Ascatha
60
60. Kemampuan Alami Amir
61
61. Masuk gereja
62
62. Dibongkar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!