4. Pemuda aneh

Bell berdering dengan keras ketika pintu toko perlahan didorong terbuka. Odessa melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan malam, ia menatap pelanggan yang baru saja datang.

Orang yang baru saja datang adalah pemuda, mungkin sekitar berusia dua puluh tahunan. Odessa memperhatikan penampilan pemuda itu yang bersih, namun memiliki rambut yang acak-acakan dan wajah tampak linglung serta lesu.

Odessa mengendus di udara, ia tidak mencium aroma arwah sama sekali. Pemuda itu tampak bingung dengan perilakunya, yang membuat Odessa merasa malu karena salah menebak pemuda itu adalah arwah. Odessa tersenyum manis dan menyambut pemuda itu yang sebenarnya manusia sungguhan, sungguh jarang.

"Selamat datang tuan, apakah ada yang bisa saya bantu?" ucap Odessa dengan nada sopan. Tatapan pemuda itu beralih pada topeng-topeng yang dipajang di dinding, ada yang terlihat sangat menyeramkan dan aneh, ada pula yang terlihat indah dan menyihir, sungguh beragam. Setelah lama menatap, perhatian pemuda itu akhirnya beralih pada Odessa, ia tampak terkejut namun segera kembali tenang.

"Saya mendengar dari kenalan saya bahwa anda menjual topeng dengan arwah di sini?" Pemuda itu berjalan ke arah kasir dan menatap topeng-topeng mengerikan itu, ia menatap kearah Odessa dengan tatapan tidak yakin. Odessa memperhatikan gerak-gerik pemuda itu, ketika ia mendengar apa yang ditanyakan oleh pemuda, ia yakin bahwa pemuda itu bukanlah pemuda mabuk yang tersesat dan tidak sengaja masuk ke dalam toko terpencilnya.

Odessa mengangguk, "Itu benar, saya memang menjual topeng yang berisi arwah. Apakah anda tertarik untuk membeli topeng arwah? Apakah saya boleh bertanya untuk alasan apa itu?" Odessa berjalan ke arah kasir, ia mengambil kertas note dan pulpen, siap jenis pesanan.

"Tidak … saya ingin membeli topeng kosong tanpa arwah, saya membutuhkannya untuk sesuatu…"

Odessa terkejut ketika mendengar itu, ia seketika mendongak menatap pemuda itu heran. Biasanya orang yang datang ke tokonya adalah para orang yang butuh bantuan komisi untuk menangkap arwah yang mengganggu, para kolektor arwah, atau pun para seniman yang membutuhkan topeng arwah dengan arwah seniman juga untuk membantu mereka mendalami profesi mereka, contohnya seperti pelukis dan penari topeng yang membutuhkan arwah dengan bakat yang cocok untuk membantu mereka.

Tentu saja, atas dasar arwah yang di dalam topeng itu adalah arwah baik yang jinak dan belum saatnya untuk dipanggil ke alam bawah. Sungguh jarang ada pembeli yang membeli topeng kosong tanpa arwah seperti pemuda di depannya ini, Odessa berhenti sejenak dan kembali bertanya, "Bolehkah saya tahu anda membutuhkannya untuk melakukan apa? Setidaknya jika saya mencatat alasan anda membeli, jika topengnya memiliki masalah aku bisa membantumu."

Pemuda itu terlihat tidak nyaman dan gelisah, ia terlihat seperti tidak mau mengungkapkan masalahnya, "Tidak bisakah saya membelinya saja tanpa memberikan alasan?"

Odessa tanpa sadar mengerutkan keningnya mendengar jawaban pemuda itu, "Maaf tuan, saya tidak bisa menjualnya jika anda tidak memberikan alasan yang jelas, lagipula saya khawatir jika topeng nantinya disalahgunakan." Pemuda itu menjadi semakin gelisah dan menjadi marah, "Apakah topengmu mau dibeli atau tidak?"

Odessa menghela nafas, ia menggelengkan kepalanya, "Maaf tuan, meskipun saya telah menjualnya pada anda, saya masih memiliki tanggung jawab atas topeng itu dan jika anda tidak memberikan alasan yang jelas, saya tidak bisa membantu jika anda mendapatkan masalah melalui topeng yang anda beli di sini." Odessa membungkuk dan meminta maaf kepada pemuda itu, ia kembali berdiri tegak dan melihat ekspresi pemuda itu yang ragu, "Namun tuan, saya boleh bertanya sesuatu? Apakah anda memiliki indra keenam atau kemampuan yang berhubungan dengan arwah? Khususnya bisa mengendalikan arwah jika terjadi sesuatu."

Pemuda itu menggeleng, "Tidak, saya mungkin memiliki indra keenam, namun saya tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan arwah."

Odessa bahkan lebih khawatir lagi oleh jawaban pemuda itu, apa yang sebenarnya pemuda ini coba lakukan untuk membeli topeng kosong jika tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan arwah?

"Saya bahkan lebih tidak bisa membiarkannya tuan, meskipun anda memiliki indra keenam, jika anda tidak bisa mengendalikan arwah saya khawatir keselamatan tuan ini dapat terancam jika ingin mencoba memasukkan arwah ke dalam topeng kosong."

"Bagaimana anda tahu bahwa saya ingin memasukkan arwah ke dalam topeng?" Pemuda itu tampak terkejut, Odessa terkekeh dan menggelengkan kepalanya, "Tuan, topeng ini topeng arwah, bukan topeng biasa. Jika bukan untuk di masukkan arwah ke dalam topeng kosong, apa gunanya topeng ini?"

"Benar juga…" Pemuda itu tampak menjadi semakin rumit dan tidak sabar, "Tapi nona, apakah akan begitu sulit untuk hanya membeli topeng di sini?"

Odessa mengangguk, "Ya tuan, jika anda keberatan untuk ditanyai alasan, saya tidak bisa menjualnya. Lagi pula anda belum tentu bisa memasukkan arwah yang anda tuju jika anda tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan arwah."

Pemuda itu mengerang mendengar jawaban Odessa, ia menjadi marah seolah mudah tersinggung, "Menjual topeng saja begitu sulit!" Pemuda itu berbalik dan membuka pintu toko dengan kasar sebelum membantingnya tertutup. Odessa tertegun dan dengan cepat berjalan menghampiri pintu yang dibanting, Odessa membuka pintu dan melihat keluar kanan kiri, sudah gelap ia hanya bisa samar-samar melihat pemuda itu yang berlari ke arah kiri gang dari toko.

Odessa mengerutkan keningnya dan menyipitkan matanya ketika ia baru saja menyadari bahwa di belakang pemuda itu tampaknya terdapat bayangan hitam yang menempel di punggung dan pundak pemuda, jelas sekali itu bukan gelap karena langit, namun memang ada sesuatu yang menempel pada pemuda.

Awalnya Odessa ingin mengejar pemuda itu, namun jarak antara ia dan pemuda itu sudah sangat jauh sehingga tidak memungkinkan Odessa untuk melihat sosok pemuda itu lagi dalam kegelapan kabut di malam hari.

Odessa menggaruk kepalanya bingung, ia heran dengan tingkah pemuda itu dan penasaran akan apa yang sebenarnya mengikuti pemuda aneh itu. Odessa kembali masuk ke dalam toko, ia mengecek pintu yang sebelumnya sempat di banting oleh pemuda, ia sedikit lega bahwa pintu kaca toko baik-baik saja tanpa retak atau pun lecet.

Odessa menggelengkan kepalanya dan menghela nafas, memangnya apa susahnya untuk hanya mengungkapkan alasannya? Jika memang benar pemuda itu telah ditempeli oleh arwah nakal atau jahat, mungkin ia bisa menolong pemuda itu dibandingkan dengan mempraktekkan sendiri menangkap arwah namun tanpa keahlian di bidang itu.

Bukankah itu membahayakan diri sendiri namanya? Sungguh pemuda yang aneh. Mungkin memang hanya bocah penasaran yang baru belajar mengetahui tentang arwah.

Odessa kembali menutup pintu, ia kembali duduk di kursi kasir dan menyeka topeng-topeng di toko dengan kain basah yang hangat. Topeng-topeng berisi arwah itu suka diseka oleh handuk atau kain basah, karena itu sama saja dengan mandi dan dirawat dengan baik, setidaknya itu akan menenangkan topeng-topeng yang berisi arwah-arwah meresahkan penuh emosi gelisah yang sebelumnya ia tangkap.

Odessa sedang bersenang-senang menyeka topeng-topeng arwahnya ketika bell toko kembali berbunyi, ia sedikit waspada dan mengira bahwa pemuda aneh itu yang kembali, "Maaf tuan, topeng kosong tidak akan bisa dijual kepada pembeli tanpa keahlian di bidang arwah dan tanpa alasan yang jelas."

"Oh … begitu? Bagaimana jika saya yang membeli?"

Suara itu mengagetkan Odessa, ia yang sedang fokus menyeka topeng arwah di tangannya seketika mendongak menatap orang yang baru saja masuk ke dalam tokonya. Bukanlah pemuda aneh itu, tapi orang lain, atau mungkin … bukan orang, tapi yang jelas Odessa sangat mengenalnya.

"Grim Reaper Laksmana?" Odessa berkedip tampak tersadar, ia seketika berdiri, "Apakah kamu di sini untuk menjemput arwah-arwah itu?"

Laksmana tertawa, sosoknya yang mengenakan jubah abu-abu dengan sabit kematian di tangan kanannya berjalan perlahan menghampiri Odessa, aksesoris kecil di ujung jubahnya berdering ketika ia berjalan. Laksmana melepas penutup kepala jubahnya, rambut putih panjangnya yang halus tergerai lurus, mata hijau zamrud dengan titik tahi lalat di bawah kedua matanya terlihat menawan namun aneh.

"Tentu saja Odessa sayang." Laksmana mengedipkan matanya dan mengulum senyum, mata zamrudnya menatap gadis berambut hitam keriting yang memiliki mata hitam dan jauh lebih pendek darinya. Odessa mengabaikan sebutan 'sayang' di akhir kalimat Laksmana, ia sudah terbiasa dengan sikap sembrono malaikat pencabut nyawa abu-abu itu. Odessa sedikit jijik dengan mata meremehkan Laksmana yang menatap tubuhnya, dan memutar matanya malas, "Aku tahu pikiranmu. Berhenti berpikir bahwa aku pendek, siapapun akan pendek jika berhadapan dengan malaikat maut setinggi dua setengah meter."

Laksmana tertawa, "Oke, oke, maafkan aku." Laksmana menggelengkan kepalanya, ia menatap kepada dinding toko yang memiliki lebih banyak topeng arwah baru dari waktu ketika ia datang berkunjung sebelumnya, ia menyentuh dagunya dan menatap topeng-topeng itu dengan alis terangkat, "Apakah akhir-akhir ini banyak sekali arwah yang tersesat Odessa?" Laksmana berkedip ketika topeng-topeng itu bergetar saat ia menatap mereka, ia tertawa kecil.

Odessa melirik tindakan jahil Laksmana terhadap topeng-topeng itu dan melanjutkan menyeka topengnya dengan ekspresi datar, "Tunggu aku menyelesaikan ini, atau mereka akan marah jika tidak selesai."

"Ya, ya, aku tahu." Laksmana menoleh ke sekeliling dan mencari kursi, ia berjalan dan mengambil salah satu kursi yang berada di meja dengan dua kursi, ia mendekatkannya ke meja kasir di mana Odessa duduk. Laksmana menopang dagunya di atas meja kasir yang tinggi itu dan melihat Odessa yang menyeka topeng-topeng arwah itu dengan senyuman santai.

Laksmana teringat akan kalimat Odessa yang ia dengar ketika baru saja datang, "Oh ya, mengapa kamu mengatakan bahwa tidak boleh membeli topeng kosong tanpa keahlian di bidang arwah dan tanpa alasan yang yang jelas sebelumnya?" Laksmana mengangkat sebelah alisnya, "Apakah ada orang bodoh yang ingin membeli topeng kosong sebelumnya?"

Odessa berhenti, ia mengangguk sebelum kembali melanjutkan menyeka, "Ya, itu adalah pemuda aneh."

"Pemuda aneh?"

"Benar, pemuda itu tiba-tiba saja datang dengan raut gelisah dan menanyakan apakah aku menjual topeng arwah? Ketika aku bilang ya, aku pikir pemuda itu awalnya ingin mengoleksi topeng sehingga datang kesini atas rekomendasi temannya, namun setelah aku menanyakan alasan mengapa ia membeli topeng untuk di catat atas pertanggungjawaban nanti, ia bersikeras tidak mau mengatakan yang sebenarnya."

"Huh?" Laksmana tampak bingung, "Ada orang seperti itu?" Odessa mengangguk, ia menghela nafas panjang, "Aku pikir pemuda itu paling tidak memiliki keahlian dalam mengendalikan arwah, tapi ternyata tidak jadi aku tolak mentah-mentah. Siapa sangka pemuda itu akan marah dan berkata bahwa proses jual-beli disini terlalu merepotkan dan membanting pintu pergi, padahal bukankah dia yang akan kena akibatnya jika terjadi kecelakaan?"

Laksmana tampak acuh tak acuh dan juga sedikit kesal ketika mendengar cerita itu, "Benar, lain kali biarkan saja dan jual jika ada orang aneh seperti itu bertanya dan tidak mau memberikan alasan yang jelas."

"Tapi…" Odessa tampak ragu, Laksmana berdiri dan menggebrak meja dengan menggebu-gebu, ia tampak cemberut, "Orang seperti itu harus diberi pelajaran, biarkan saja ia menanggung akibatnya jika terjadi sesuatu."

"Bukan itu," ucap Odessa menatap Laksmana, ia menghentikan semangat menggebu-gebu makhluk itu untuk mengambil nyawa seseorang. Laksmana berkedip tanpa bingung dan kembali duduk, "Lalu apa?"

"Aku rasa ada yang aneh pada pemuda itu … ketika pemuda itu pergi, aku melihat sepertinya ada makhluk yang menempel di punggung pemuda itu, aku pikir dia adalah pemuda labil yang penasaran ingin mencoba menangkap arwah…" Odessa menyentuh dagunya dan berpikir serius, "Tapi jika dilihat dari gelagat gelisahnya, sepertinya ia terkena suatu masalah namun tidak mau membiarkan orang lain tahu masalahnya."

"Begitukah?"

"Ya, lagipula kamu juga tahu bahwa ada beberapa orang yang tidak percaya akan adanya makhluk halus, mungkin pemuda itu trauma pernah bercerita kepada orang-orang yang seperti itu dan tidak lagi mau mengungkapkan masalah yang dialaminya karena gangguan roh halus." Odessa mengangguk, ia menghela nafas dan menyelesaikan topeng terakhir yang ia seka dan menaruh kembali topeng-topeng arwah ke dalam kotak lusinan.

"Ikuti aku. Aku akan menemanimu berkeliling untuk mencari topeng arwah mana yang harus kamu jemput ke dunia bawah hari ini."

Episodes
1 1. Tugas Pertama
2 2. Memori Linn
3 3. Surat terakhir
4 4. Pemuda aneh
5 5. Pengiriman topeng arwah
6 6. Tugas Kedua
7 7. Arwah lukisan penuh kebencian
8 8. Ming Rui
9 9. Telah dikonfirmasi
10 10. Rumah tua keluarga Song
11 11. Amarah Ming Rui
12 12. Pengakuan
13 13. Masa lalu (1)
14 14. Masa lalu (2)
15 15. Masa lalu (3)
16 16. Kegilaan dan buku sihir
17 17. Kronologi
18 18. Tugas kedua selesai
19 19. Saham Song
20 20. Gaji bulanan
21 21. Pedagang palsu
22 22. Iblis jahat
23 23. Kutukan waktu
24 24. Keanehan Amir
25 25. Hilangnya Amir
26 26. Pilar merah darah
27 27. Iblis dalam tubuh
28 28. Keluarga Amir
29 29. Pertolongan
30 30. Menginap
31 31. Mantra pengikat jiwa?
32 32. Ajeng, si chef bintang lima
33 33. Foto di kamar Kakek
34 34. Mengikuti Odessa
35 35. Penjaga?
36 36. Kota G, Manekin berdarah
37 37. Ada apa ini?
38 38. Telah muncul
39 39. Mengejar
40 40. Iblis atau Amir?
41 41. Polisi Astral?
42 42. Jin? Aku iblis
43 43. Delapan sendok
44 44. Pulang
45 45. Perpustakaan dunia bawah
46 46. Yang Suci Cecil
47 47. Apa sebenarnya rencana iblis itu?
48 48. Bahasa malaikat?
49 49. Rencana?
50 50. Dunia bawah
51 51. Patung Sang Iblis
52 52. Kembalinya Sang Tuan
53 53. Pertemuan
54 54. Kejutan
55 55. Rencana menyelinap
56 56. Cemburu
57 57. Persiapan rapat
58 58. Pemberitahuan
59 59. Ascatha
60 60. Kemampuan Alami Amir
61 61. Masuk gereja
62 62. Dibongkar
Episodes

Updated 62 Episodes

1
1. Tugas Pertama
2
2. Memori Linn
3
3. Surat terakhir
4
4. Pemuda aneh
5
5. Pengiriman topeng arwah
6
6. Tugas Kedua
7
7. Arwah lukisan penuh kebencian
8
8. Ming Rui
9
9. Telah dikonfirmasi
10
10. Rumah tua keluarga Song
11
11. Amarah Ming Rui
12
12. Pengakuan
13
13. Masa lalu (1)
14
14. Masa lalu (2)
15
15. Masa lalu (3)
16
16. Kegilaan dan buku sihir
17
17. Kronologi
18
18. Tugas kedua selesai
19
19. Saham Song
20
20. Gaji bulanan
21
21. Pedagang palsu
22
22. Iblis jahat
23
23. Kutukan waktu
24
24. Keanehan Amir
25
25. Hilangnya Amir
26
26. Pilar merah darah
27
27. Iblis dalam tubuh
28
28. Keluarga Amir
29
29. Pertolongan
30
30. Menginap
31
31. Mantra pengikat jiwa?
32
32. Ajeng, si chef bintang lima
33
33. Foto di kamar Kakek
34
34. Mengikuti Odessa
35
35. Penjaga?
36
36. Kota G, Manekin berdarah
37
37. Ada apa ini?
38
38. Telah muncul
39
39. Mengejar
40
40. Iblis atau Amir?
41
41. Polisi Astral?
42
42. Jin? Aku iblis
43
43. Delapan sendok
44
44. Pulang
45
45. Perpustakaan dunia bawah
46
46. Yang Suci Cecil
47
47. Apa sebenarnya rencana iblis itu?
48
48. Bahasa malaikat?
49
49. Rencana?
50
50. Dunia bawah
51
51. Patung Sang Iblis
52
52. Kembalinya Sang Tuan
53
53. Pertemuan
54
54. Kejutan
55
55. Rencana menyelinap
56
56. Cemburu
57
57. Persiapan rapat
58
58. Pemberitahuan
59
59. Ascatha
60
60. Kemampuan Alami Amir
61
61. Masuk gereja
62
62. Dibongkar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!