Bab 2

Bab 2

"Tidak..! Tidak..!

"Pergi Allan! Jangan pedulikan Mama dan Papa, bersembunyilah dan selamatkan dirimu,"

"Tidak, Allan tidak mau."

"Jangan membantah apa yang Mama katakan. Cepat pergi!"

"Tidak! Allan tidak mau,"

Allan tidak mau melepaskan tangan Mamanya. Namun Mamanya Allan tidak ingin terjadi sesuatu dengan putranya, terpaksa dia memaksa Allan untuk melepaskan tangannya dan berlari meninggalkan Allan yang meraung menangis kepergiannya.

Allan mengejar Mamanya, namun tiba-tiba terdengar suara tembakan yang memekikkan telinga tak jauh dari dirinya berada. Kaki itu langsung berhenti saat melihat sesuatu yang mengerikan di depannya. Tubuhnya seakan tidak memiliki kekuatan sedikitpun, lemas dan tidak bertenaga. Air matanya luruh membasahi pipinya, pikirannya kosong dengan kenyataan yang dilihatnya. Bagaimana tidak, Mamanya yang baru saja meninggalkan nya kini mati dengan bersimbah darah di depan matanya. Begitupun dengan Papanya yang juga mati secara tragis.

Darah itu menggenang di lantai, membasahi tubuh kedua orang tuanya.

Mama Allan yang masih memiliki kesadaran tidak sengaja melihat kearah Allan yang melihat keadaannya yang mengenaskan. 

"Per…gi,"

"Per….gi,"

"Se…la…"

Belum juga apa yang dikatakan selesai, tubuh itu langsung lemas dan mati. Allan yang melihat gerakan bibir Mamanya langsung berlari dengan air mata yang terus mengalir deras. 

"Ma…! Pa…!" Teriak Allan membuka mata. Bangun dari mimpi buruknya.

Hah…hah….

Mimpi itu, mimpi itu selalu saja datang di setiap malamnya. Mimpi yang sangat mengerikan dan tidak pernah bisa dia lupakan. 

"Mimpi ini lagi," Allan memijat pelipisnya, pusing dengan mimpi yang selalu datang 

Di setiap malamnya. Sebenarnya siapa dua orang ini, kenapa selalu datang di mimpinya? Dan kejadian dalam mimpi kenapa sangat mengerikan dan seolah sangat nyata. Ya, Allan tidak mengingat siapa dirinya dan dari mana asalnya.

Sejak mendapatkan pukulan di bagian kepalanya, Allan melupakan jati diri dan keluarganya. Allan dinyatakan Amnesia dan melupakan kenangan bersama kedua orang tuanya.

"Siapa sebenarnya mereka, kenapa selalu datang di mimpi ku?" gumamnya dengan berpikir keras. 

Kepala Allan tiba-tiba sakit saat memaksa berpikir. Setiap kali dia berpikir keras mengingat apa yang selalu muncul di mimpinya, Allan akan merasakan sakit luar biasa di kepalanya.

Argh!

Teriak Allan sambil meremas kepalanya yang sakit. Buru-buru Allan mencari obatnya yang ada di laci untuk meredakan sakit di kepalanya. Allan menelannya dengan cepat, bersandar di sandaran ranjang sambil mengatur nafasnya yang semula memburu.

Saat dirinya menenangkan diri, ketukan pintu di kamarnya terdengar di indra pendengarannya.

"Siapa?"

"Aku, Kak." Jawab Michaela dari luar.

"Masuk,"

Michaela perlahan membuka pintu, di lihatnya Kakak angkatnya masih berada di ranjang dengan bertelanjang dada, menampilkan dada dan perut sixpacknya. 

Michaela yang melihat menelan dada. Wajahnya merona 'Gila, Kakak angkatnya ini sangat membuat tubuhnya menjadi panas'

"Sial! Kenapa dia bertelanjang dada seperti ini. Apa dia ingin menggoda ku? Argh…..Allan sialan! Apa dia tidak tahu aku sangat ingin menyentuhnya." Gumam Michaela yang memiliki pikiran di luar nalar. Selalu tergoda dan menginginkan Allan.

Michaela selalu ingin sekali membuang pikiran kotornya terhadap Allan, tapi setiap kali melihat Allan pikiran dan perasaannya selalu mencuat mengalahkan segalanya. Ingin memiliki Allan sebagai prianya bukan sebagai Kakak angkatnya. 

Ya, permintaan Michaela dulu untuk menjadikan Allan sebagai pengawalnya tidak terjadi, melainkan Papa dan Mamanya malah menjadikan Allan sebagai anak angkatnya. Dan itu membuat Michaela galau tingkat langit. Andai saja dulu Papa dan Mamanya tidak mengangkat Allan sebagai anak, mungkin dirinya bisa melakukan hal lebih terhadap Allan, tidak seperti sekarang ini. Semua orang tahu bahwa Allan adalah Kakaknya. Apa yang akan dikatakan orang jika mengetahuinya Michaela mencintai Kakaknya.

"Sialan!" Umpatnya kesal.

Allan yang mendengar umpatan Michaela mengerutkan kening, menatap adik perempuannya yang tetap diam di depan pintu.

"Apa kamu akan tetap disana sampai kamu mati?"

Hah….

Bingung Michaela, kenapa sampai harus mati? Michaela melihat ke arah kakinya dan ternyata dirinya tidak beranjak sedikitpun. Pantas saja omongan Kakaknya sangat menyebalkan.

Dengan cemberut dan bersungut-sungut, Michaela masuk dan mendekat. Michaela berdiri di samping Allan, menatap tajam pemuda tampan bak pangeran yang turun dari kayangan.

"Ada apa?" Tanya Allan bingung melihat sikap Michaela tang sepertinya sedang marah.

"Kau menyumpahi ku mati?"

Allan mengerutkan kening, ada apa dengan gadis ini. Kenapa malah bertanya seperti ini. "Tidak,"

"Bohong,"

Hah….

Allan menghela nafas dengan kasar. Jika sudah seperti ini akan semakin panjang dan ribet. Michaela akan terus seperti ini dan membuatnya tetap bersalah. Sejatinya wanita selalu benar dan pria selalu salah. 

Allan menarik Michaela dan jatuh tepat di pangkuannya. "Ada apa denganmu, Kakak hanya bilang seperti itu dan kamu menganggap Kakak menyumpahi mu. Kakak tidak bermaksud seperti itu."

"Itu sama saja menyumpahi ku. Bukankah kamu mengatakan mati? Itu sama saja menyumpahi ku agar cepat mati." Jawab Michaela membuang muka, kesal.

"Hah…Kakak tidak mengatakan itu," 

"Tetap sama saja,"

"Tidak!" 

Michaela yang mendengar menatap Allan dengan tatapan tajam. Wajah mereka sangat dekat, sampai-sampai nafas Allan dapat dirasakan Michaela. "Sialan!" Umpatnya karena dirinya begitu dekat, apalagi saat ini dirinya berada di pangkuan pria yang selalu membuat jantungnya tidak sehat.

Wajah Michaela merona. Allan yang melihat mengerutkan kening. Allan menyentuh kening Michaela, memeriksa takut Michaela sakit. 

"Wajahmu memerah, apa kamu sakit?"

Ha… Michaela menyentuh wajahnya. Benarkah wajahnya memerah? Jika benar, ini sangat memalukan.  Semoga Kakaknya tidak menyadari apa yang dirasakannya.

"Tidak, aku baik-baik saja,"

Michaela hendak turun dari pangkuan Allan, namun Allan menahannya. Tidak mengizinkan Michaela untuk turun.

"Mau kemana?"

"Turunkan aku."

"Tidak,"

"Lepas Kak,"

Allan tidak memperdulikan apa yang dikatakan Michaela, tetap membuat Michaela berada di pangkuannya. Tiba-tiba Allan membenamkan wajahnya di bahu Michaela, membuat Michaela bingung dengan tingkah Kakaknya.

"Biar seperti ini dulu,"

Perasaan Allan sedang tidak baik-baik saja setelah mimpi yang barusan di alaminya. Mimpi itu semakin lama semakin jelas, wajah dan kejadian itu seolah sangat nyata. Kejadian yang seakan memang pernah dialaminya. 

"Ada apa dengannya? Tidak seperti biasanya dia seperti ini," gumam Michaela dengan pemikirannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!