Ting! Sebuah ide muncul. Dity mulai mendekat, berbaring di samping Melati. Sangat dekat membuat Melati menoleh sinis. Sementara Dity, dia tersenyum mendapati wajah kesal Melati. Faktanya gadis itu jarang marah, marahnya itu diam. Melati membiarkan adiknya mau melakukan apa pun, mau tidur di kamarnya dia tidak masalah.
Yang menjadi masalah adalah ketika Melati bicara serius, tapi lawan bicaranya malah gak serius. Dia pasti akan sangat kesal dan hampir mendekati marah. Contohnya tadi ketika Dity tertawa.
Melati mulai merasa gak nyaman. Dity terus menatapnya dari tadi. Lelaki tak sadar tindakannya membuat Melati gak nyaman.
Katanya tadi ingin membuat Kakaknya nyaman dekat dengannya. Tapi apa? Malah sebaliknya. Dasar Dity, ada-ada saja.
“Apa?” Melati menoleh menatap sang adik, dia agak kesal dengan tingkah Dity. Siapa, sih orang yang gak risih dilihatin terus-menerus, semua orang juga akan risih pastinya.
“Apa?” Jawaban apa itu? Ditanya apa, dijawab apa. Dity, dia malah tersenyum, melihat wajah Melati dengan alis menyatu. “Apa sih, liatin mulu, pergi sana. Aku mau tidur.”
“Enggak, ah. Aku kan mau tidur di sini sama Kak Melati yang cantik.” Mulai nih! Dia beraksi, senyum-senyum manis pada Melati.
“Kalau kita bukan saudara, udah aku pacarin Kak Melati dari dulu.” Melati yang mendengar langsung menjitak kepala Dity. “Gak usah aneh-aneh kamu!”
“Benaran loh, Kak Melati cantik. Apalagi kalau senyum.” Kali ini Dity berkata jujur. Memang benar Melati cantik dan manis. Dity sempat heran, kok ada sih orang yang bilang Melati jelek, siapa sih orang itu? Sungguh dia sangat penasaran.
“Cerita, dong, Kak. Kenapa tadi nangis?” Melati tampak bimbang, dia ingin sekali cerita, tapi rasa takut, malu menghantuinya.
Dia belum menemukan orang yang tepat untuk mendengarkan curhatannya. Melati sangat tahu sifat Adiknya, Dity tidak bisa diajak serius, kebanyakan bercanda. Makanya, dia engan curhat pada lelaki itu.
“Gak, ngapain cerita sama lo? Gak akan bener!” Setelah mengatakan itu, dia berbalik badan membelakangi Dity dan mencoba memejamkan mata.
“Beneran, Kak. Kali ini bakalan serius dengerin cerita Kakak. Janji, deh, gak akan dibercandain lagi.” Dity membalik tubuh Melati jadi menghadapnya.
“Apakah ucapan lo bisa dipercaya?”
“Yaa, bisa. Aku janji bakalan serius.”
“Hmm.”
Apaan, sih, Kak Melati, kok cuman ‘hmm’ jawabannya. Tapi, gak papalah, yang penting dia mau cerita, batinnya.
Melati bangun dari tidurannya menjadi duduk. Otomatis Dity ikut bangun, duduk berhadapan. “Ayo mulai cerita, Kak.” Agaknya lelaki itu sudah tidak sabar, dia sangat antusias.
“Bentar, sebelum dimulai, kamu masih ingat temen Kakak yang namanya Sabil kan?”
“Inget. Bukannya tadi abis dari rumah dia?” Melati mengangguk setelahnya menunduk.
“Terus kenapa?” Dity mulai penasaran, dari tadi Melati cerita begitu lambat.
“Ternyata dia main belakang sama pacar aku.” Apa? Lelaki itu menutup mulut mendengarnya. Dia kaget beneran. Kak Melati punya pacar?! Gue baru tahu anjiir, batinnya. Karena Dity tahu Melati itu seperti apa, jangankan punya pacar, temen dekat laki-laki juga gak punya.
“Pacar?” Melati mengangguk lanjut menatap Dity lekat. “Kenapa? Gak percaya gue punya pacar? Hah! Mau ngetawain gue?”
Dity merasa serba salah, padahal dari lubuk hati dia tidak ada niatan mau ketawa, nyatanya dia juga sedih melihat Melati disakiti laki-laki lain. “Kenapa ngomong gitu? Siapa juga yang mau ketawa. Gak bisa bedain wajah aku yang serius atau yang nggak.”
“Biasanya juga suka ketawa kalau gue ngomongin hal yang baru lo tahu.”
“Maaf. Sekarang gak akan gitu lagi. Sekarang aku mau mulai belajar, bisa membedakan mana yang bercanda dan mana yang serius.” Merasa bersalah, Dity meraih tangan Melati, mengusapnya. Setelahnya, Melati menceritakan semua kejadian tadi dari awal sampai akhir tidak ada yang terlewat. Kini merasa dia sudah lega telah berbagi kesedihannya.
Sementara Dity, dia sedikit kesal pada Melati. Kenapa tidak dipergok aja, mereka sedang berduaan di kamar. Ini apa? Melati malah nangis dan pergi begitu saja. Terlalu polos atau gimana? Lelaki itu gak habis pikir.
“Terus? Setelah Kakak pergi, mereka berdua ngapain di kamar?”
“Kok nanya gue? Mana gue tahu.”
“Oh. Yaudah. Gimana kalau kita buat rencana?”
“Rencana apa?”
“Panas-panasin si Raf itu, buat dia cemburu. Kalau benaran dia cemburu berarti dia masih sayang sama Kakak.” Oh yah. Lupa cerita, kalau Melati pacaran sama Raf sudah 4 bulan. Sebelumnya Raf tulus, cinta banget sama Melati, tapi setelah Melati mengenalkannya pada sahabat, eh ternyata Raf malah suka sama Sabil, sabaliknya Sabil juga sepertinya suka pada Raf.
“Gimana caranya?” Dity meraih tangan Melati, menautkan keduanya, jadi mereka berpegangan lalu dia memotret menggunakan ponsel Melati.
Selanjutnya mengarahkan kamera menjadi memotret dirinya dan Melati. “Senyum dong, Kak. Aku udah ganteng gini, masa Kakak datar doang wajahnya.”
Oke. Melati pasrah, dia mengikuti keinginan Adiknya. Beberapa gaya dilakukan, Dity dengan jahilnya mencium pipi Melati, merasa kesal Melati membalas, dia menarik-narik rambut Dity, membuat laki-laki itu tersiksa.
Tidak disadari Melati tertawa bahagia melihat wajah nelangsa Dity yang meminta ampun, Dity yang melihat itu tersenyum walaupun kepalanya sakit dijambak.
Baru kali ini gue lihat Kak Melati sebahagia itu, batinnya.
Dity kembali mengotak-atik di ponsel Melati, dan mengupload foto-foto tadi di media sosial dengan emotikon love. “Emangnya rencana ini bakal berhasil?” Dity tentu saja mengangguk, dia sangat yakin. “Tunggu aja, bentar lagi juga dia pasti telepon.”
Satu jam berlalu belum ada tanda-tanda ponsel akan berdering. Melati sudah tertidur setengah jam yang lalu, karena bosan menunggu. Sementara Dity, dia masih melek senantiasa menunggu ponsel berdering. Segitu yakin dia pada diri sendiri.
“Aaaa. Akhirnya. Kenapa gak dari tadi, sih! Gue udah ngantuk juga!” Dia berdeham ‘ekhm-ekhm’ sebelum mengangkatnya. “Halo, siapa, sih, ganggu malam-malam.” Hahaha. Dity tertawa tidak bersuara, baru kali ini dia menjahili seseorang.
“Lo yang siapa? Ngapain hp pacar gue bisa sama lo.”
“Lo tanya gue siapa? Gue pacar barunya dan gue sekarang di kamar Melati.” Tidak lama setelah mengucapkan itu, panggilan video call masuk. Tentu saja Dity mengangkatnya, dia memasang wajah ganteng dan tengilnya sekaligus. Dia agak sedikit kesal melihat wajah dari layar ponsel.
Lumayan ganteng juga, tapi lebih gantengan gue sih, batinnya.
Dity mengarahkan kamera pada wajah Melati yang sedang tidur, dengan sengaja lelaki itu mencium pipi Melati berkali-kali. Tujuannya hanya satu untuk membuat Raf cemburu.
Benar saja Raf menjadi dongkol, hatinya panas ingin meledak, dia terus mengomel dalam telepon. Jangan sentuh pacar gue, katanya. Wajah Raf sampai merah padam menahan amarah.
Setelah puas Dity memutuskan sambungan sepihak. Habis itu dia tertawa kencang, puas sekali dia membuat Raf kesal. Sementara di luar, Ibu setelah mengambil air dari dapur melewati kamar Melati, tawa Dity sampai didengar Ibu.
“Dity di kamar Melati? Ngapain, tuh anak, ketawa malam-malam.”
Penasaran, Ibu membuka pintu. Lantas Dity berhenti tertawa. “Ngapain kamu? Berisik malam-malam ketawa.”
“Enggak kok, Bu.”
“Enggak apanya, barusan kamu ketawa.”
“Eh, iya. Yaudah aku tidur lagi.” Dia merebah di sebelah Melati.
“Jangan tidur di situ. Balik ke kamarmu!”
“Aku tidur di sini aja. Udah izin Kak Melati kok. Dibolehin.”
“Yaudah. Jangan gangguin Kakakmu. Dia lagi istirahat.”
“Hmm.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Amelia
hahaha jail nya pool😀😀
2024-05-06
0
Amelia
hahaha tom and Jerry 😀😀
2024-05-06
0
Amelia
adiknya random banget 🤭🤭
2024-05-06
0