Setelah hampir tiga jam Zelmira beberes rumah dan kamar tamu, akhirnya Zelmira sudah selesai menata kamar tamu yang nantinya akan dipakai Alshad. Dia keluar dari kamar tamu, lalu menutup pintunya. Zelmira mendengar bel rumahnya berbunyi. Dia bergegas membuka pintu tanpa mengganti baju, karena tahu yang datang pasti Sadira, untuk mengantarkan makanan yang ia pesan tadi untuk menyuguh tamunya nanti malam. Benar, memang Sadira yang datang membawakan makanan yang dipesan tadi.
“Masuk, Sadi.” Zelmira meminta Sadira masuk ke dalam.
“Mau aku bantu bersih-bersih?” tanya Sadira.
“Halah ... Kamu terlambat, sudah selesai semua. Sudah rapi, paling Cuma itu baju sama tasku masih di sofa. Malas mau naik naruh ke kamar,” jawab Zelmira.
“Aku kira belum selesai, ternyata memang sudah rapi sih. Sampe keringatan gitu?” ucap Sadira.
“Yah ... Namanya juga bersih-bersih kilat khusus, stel balap, biar cepat selesai. Ya gini keringat mengucur deras,” ujar Zelmira.
“Lagian kenapa gak sewa jasa pembantu saja sih, Mbak? Kan mbak jadi gak kerepotan gini?”
“Aku masih bisa mengerjakannya sendiri, Sadi. Kecuali aku sudah punya anak, itu beda cerita. Bahkan aku langsung cari dua orang satu untuk urus bayiku kalau aku kerja, satu buat beres-beres rumah,” ucap Zelmira.
Wanita mana yang tidak ingin memiliki momongan. Zelmira pun sangat ingin memiliki buah hati. Tujuh tahun lamanya Zelmira menunggu diberi momongan, dan sampai sekarang dia dan suami belum dikaruniai momongan. Tapi, Zelmira mencoba sabar dan tetap berusaha untuk memiliki momongan
“Oh ya kamu mau minum apa?” tanya Zelmira.
“Ah gak usah, Mbak. Aku langsung balik saja. Rumah juga masih berantakan pastinya. Lagian sudah sore banget lho? Sudah hampir gelap. Aku juga bawa pekerjaan kantor, Mbak” ucap Sadira.
“Oke, tidak masalah,” jawab Zelmira.
“Aku pamit pulang ya, Mbak?” Sadira pamit untuk pulang, dan Zelmira segera menata makanan yang tadi ia pesan di restoran langganannya.
Selesai menata makanan di meja makan, Zelmira mengambil minuman dingin di lemari es, tenggorokannya terasa kering, dari sepulang kantor Zelmira langsung bergelut dengan pekerjaan rumah. Bersih-bersih mendadak, dan dia merasakan lelah sekali. Beres-beres rumah seperti dikejar deadline. Benar kan, Nathan yang katanya akan pulang lebih awal, sudah hampir petang Nathan belum pulang juga.
“Huh capeknya ....” Zelmira duduk di sofa menyandarkan punggungnya di sandaran sofa yang kokoh dan empuk. “Mana nih katanya janji mau pulang lebih awal, eh sampai mau petang saja belum ada tanda-tanda mau pulang. Memang orang kalau sudah tergiur pekerjaan yang menghasilkan seperti itu jadinya. Kapan kamu luangkan waktu sepuluh menit saja untuk bercinta denganku, Nat?” ucap Zelmira lirih.
Belum lama Zelmira bersantai di sofa, terdengar lagi bunyi bel pintu di depan.
“Huh ... Baru saja santai, ada lagi yang datang. Paling Nathan yang pulang, gak mungkin Alshad, kan? Katanya kan nanti malam, ini kan masih menjelang petang?” gumam Zelmira.
Zelmira bergegas membukakan pintu. Ia mengira yang datang adalah suaminya, karena suaminya janji mau pulang lebih awal sebelum pulang.
“Hai ....” Sapa seorang pria dengan postur tubuh yang sempurna, wajah tampan, dan mata perak. Sungguh terlihat begitu sempurna.
“Eh ma—maaf .... Aku kira Nathan? Ka—kamu Alshad temannya Nathan?” tanya Zelmira gugup, karena menerima tamu dengan keadaan berantakan seperti itu, apalagi payudaranya sedikit kelihatan menyembul di balik tanktopnya. Dengan cepat dia membetulkan tanktopnya. Tidak mungkin juga Zelmira langsung berlari masuk mengganti bajunya.
“Iya, siapa lagi kalau bukan Alshad?” jawabnya. “Masih ingat aku?” tanya Alshad dengan mengulurkan tangannya, dan Zelmira membalas uluran tangan Alshad.
“Masih, tapi sudah sepuluh tahun kita gak bertemu, dan bertemu juga beberapa kali saja waktu di London?” jawab Zelmira.
“Walau hanya sekali dua kali bertemu, aku masih ingat kamu, wajah kamu pun aku ingat, dan masih sangat ingat. Mana mungkin secepat itu aku melupakan orang secantik kamu?” ucap Alshad yang membuat Zelmira salah tingkah.
“Ah ya sudah mari masuk, aku sudah menyiapkan kamar untuk kamu.” Zelmira mempersilakan Alshad masuk ke dalam.
“Kamu baru pulang kerja?” tanya Alshad.
“Aku pulang dari tadi, setelah jam makan siang aku pulang. Memang sengaja aku pulang lebih awal, untuk beres-beres menyiapkan kamar buat kamu,” jelas Zelmira.
“Memang gak ada pembantu?” tanya Alshad.
“Enggak, aku hanya tinggal dengan Nathan saja, berdua. Aku masih bisa mengerjakan semuanya sendiri, kadang dibantu oleh Nathan,” jelasnya.
“Oh, begitu?”
“Ya begitulah, oh iya ini kamar kamu, Al.” Zelmira menunjukkan kamar untuk Alzhad.
“Oke, terima kasih,” jawabnya.
“Untung saja aku sudah beresin kamarnya? Padahal Nathan bilang kamu datangnya malam? Ini baru menjelang petang kamu sudah datang? Malah Nathan yang belum pulang,” ujar Zelmira.
“Gak suka ya aku datang lebih awal?”
“Bukan begitu, Al?” jawab Zelmira gugup.
“Aku memang bilang sama Nathan malam, barangkali aku telat, atau macet. Lebih baik ngasih kerenggangan waktu kan? Daripada mendadak?” jelasnya.
“Ya betul sekali. Tidak seperti Nathan, memberitahu kamu akan datang hari ini juga baru tadi pagi, kan aku gugup mempersiapkannya? Dan bilangnya mau pulang awal, tapi lebih awal kamu?” keluhnya kesal.
“Jangan kesal gitu, seperti tidak tahu Nathan saja, kan memang dia suka begitu?”
“Ya, dia memang tidak bisa tepat waktu, kecuali ke kantor, urusan pekerjaan, dia gak mau terlambat sedikit pun, dan melupakan segalanya,” ucap Zelmira.
“Jangan seperti itu, dia bekerja juga untuk kamu, kan?”
“Iya sih. Ah ya sudah, kamu mau makan dulu, atau mau bersih-bersih lalu istirahat dulu?” tanya Zelmira.
“Sepertinya aku butuh mandi dulu, lengket sekali badan ini, kamu juga sepertinya perlu untuk bersih-bersih biar segar,” jawab Alshad.
“Ah iya benar.” Jawabnya gugup, yang menyadari kalau pakaiannya gak pantas untuk menerima tamu, apalagi tamu laki-laki. “Maaf pakaianku gak sopan buat menerima tamu,” ucap Zelmira.
“Oke, santai saja. Ya sudah buruan bersih-bersih dulu?” ucap Alshad.
Zelmira langsung ke atas, menaiki anak tangga satu per satu untuk ke kamarnya. Alshad masih menatap Zelmira yang berjalan gugup menaiki tangga, Zelmira juga sepintas melirik Alshad di bawah, dan melempar senyuman pada Alshad.
Alshad masuk ke dalam kamarnya, setelah tahu Zelmira sudah masuk ke kamarnya. Alshad melepas bajunya, lalu mengambil handuk dan langsung ke kamar mandi. Sejenak Alshad berpikir tentang istri sahabatnya itu. Alshad senyum-senyum sendiri, entah kenapa dadanya berdegup kencang saat mengingat Zelmira yang tadi menyambutnya.
"Masih sama begini rasanya, aku kira selama sepuluh tahun tidak bertemu, sudah lupa rasaku pada Zelmira?" batin Alhsad.
Begitu juga dengan Zelmira. Dia masih terpaku menatap cermin yang berada di kamar mandi. Seulas senyuman terlihat di wajah Zelmira. Melihat Alshad sekarang, Zelmira benar-benar terkejut. Itu semua karena Alshad berbeda seratus depalan puluh derajat. Sekarang lebih tampan, dan lebih sempurna. Entah kenapa ada sesuatu aneh yang muncul padanya, dan Zelmira tidak tahu perasaan apa itu. Zelmira cepat-cepat menggelengkan kepalanya untuk membuang perasaan yang aneh dalam pikirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments