Dua

Nathan hanya bisa membuang napasnya dengan kasar jika istrinya sudah marah-marah seperti itu. Sudah menjadi kebiasaan Zelmira jika Nathan melakukan kesalahan seperti itu. Kesalahan yang selalu diulangi oleh Nathan sendiri, dan membuat Zelmira semakin jengkel dengannya. Nathan akui, dia memang sudah keterlaluan sekali bersikap seperti itu pada Zelmira. Lagi-lagi Zelmira dikecewakan oleh dirinya, hanya karena dia lebih mementingkan pekerjaannya, daripada apa yang Zelmira butuhkan.

Nathan mengambil tas kerjanya lalu langsung meninggalkan rumahnya untuk ke kantor. Ia sama sekali tidak menghubungi Zelmira, karena akan membuat Zelmira semakin kesal padanya. Tidak seperti dulu, saat Zelmira merajuk, Nathan benar-benar membujuknya sampai Zelmira tenang, dan tidak merajuk lagi. Bahkan Nathan rela mengajak Zelmira liburan lebih dulu, atau bercinta yang membuat Zelmira akan luluh dan tidak marah lagi.

Sekarang, boro-boro akan begitu? Pekerjaan adalah prioritas utama Nathan sekarang, mau Zelmira merajuk bagaimana, bahkan sampai marah berkepanjangan, Nathan tidak akan meninggalkan pekerjaannya, malah ia membiarkan Zelmira sendiri dengan kemarahan pada dirinya. Nathan berpikir, nanti juga Zelmira tidak marah lagi, kalau sudah lelah dengan marahnya. Marah pun Zelmira tetap baik padanya, masih mau menyiapkan sarapan, membuatkan kopi, dan mengurus keperluan kantornya.

**

Zelmira benar-benar merasa suaminya telah berubah seratus delapan puluh derajat! Sekarang sudah menjadi hal biasa jika marah Nathan malam balas marah dan mendiaminya, tidak seperti dulu, apa pun akan Nathan lakukan untuk Zelmira, supaya dirinya tidak marah lagi.

“Kamu masih cinta gak sih sama aku, Nath? Kenapa kamu seperti ini sekarang? Apa aku yang terlalu kekanak-kanakan? Tapi kamu sudah keterlaluan, Nath?” batin Zelmira dengan kesal, dan tak terasa air matanya menetes di pipinya saat mengingat bagaimana harmonisnya rumah tangganya dulu dengan Nathan.

Sekarang Nathan benar-benar cuek padanya. Bahkan hubungan intim pun selalu Nathan lupakan, jiak Zelmira mengingatkan, Nathan hanya menanggapi biasa saja, dan alasannya capek kerja.

Dengan wajah cemberut dan mulutnya masih saja komat-kamit menggerutu kesal karena suaminya itu, dia berjalan melewati beberapa karyawan lain. Dengan langkah cepat, sampailah Zelmira di ruang kerjanya.

“Pagi, Mbak?” sapa Sadira, asistennya di kantor.

“Pagi,” jawabnya singkat tanpa senyum ramah.

“Oh iya, Sadi. Aku minta tolong belikan seprei dan bed cover, ukuran standar, yang biasa saja, yang sering kamu gunakan, terus nanti aku minta pesankan makanan di restoran langganan kita. Nanti untuk menu apa saja aku kabari kamu lewat chat,” titah Zelmira pada Sadira.

“Baik, Mbak,” ucapnya. “Mbak Ze baik-baik saja?” tanya Sadira yang seperti sudah tahu kalau Zelmira sedang kesal dengan suaminya.

“Huh ...!” Zelmira membuang napasnya kasar. “Biasa Nathan, apa-apa serba mendadak. Padahal aku sudah ingatkan dia, kalau mau apa-apa bilang jauh-jauh hari sebelum hari H. Kamu ingat kan aku pernah cerita kalau teman Nathan dari London mau tinggal sementara di rumahku? Nah hari ini dia akan datang, herannya Nathan baru memberitahukan padaku tadi pagi, kesal gak kalau kamu jadi aku?” ucapnya dengan napas naik-turun saking kesalnya pada Nathan.

“Sabar, Mbak. Kan memang suami mbak seperti itu? Jadi ya jangan kaget?” ucap Sadira.

“Iya, tapi gak melulu mengulang kesalahan yang sama dong, Sadi .... Kan sebel! Jengkel gitu! Selalu saja seperti itu!” Zelmira masih saja kesal dengan suaminya yang selalu menyepelekan sesuatu, walaupun itu hal yang sangat penting sekali pun. Apa-apa selalu Zelmira yang mengingatkan, dan selalu Zelmira yang lelah ujung-ujungnya, karena harus uring-uringan dengan suaminya, seperti saat ini.

“Sudah, nanti aku bantuin mbak buat beberes rumah deh, aku balik kerja dulu, Mbak.” Sadira meninggalkan Zelmira di ruang kerjanya.

Zelmira kembali berkutat dengan setumpuk pekerjaannya. Dengan buru-buru dia menyelesaikan pekerjaannya, supaya bisa lebih awal pulang dari kantor untuk membereskan kamar dan rumah yang masih berantakan. Belum juga menghidangkan suguhan untuk tamunya nanti.

Zelmira pulang lebih awal setelah pekerjaannya selesai. Dia langsung meminta seprei dan bed cover yang  Sadira beli tadi.

“Nanti makanannya tinggal ambil sepulang kerja, Mbak. Buat nanti malam, kan? Nanti aku antar ke rumah mbak saja sekalian pulang,” ucap Sadira dengan memberikan seprei dan bed cover pada Zelmira.

“Oke, nanti tinggal ke rumah saja. Aku pulang dulu, Sadi,” ucap Zelmira.

Zelmira mengemudikan mobilnya untuk pulang. Sesampainya di rumah, mood-nya semakin tidak baik karena disambut dengan piring dan gelas kotor yang masih berserakan di atas meja makan.

“Astaga Nathan .... Gini saja gak mau beresin! Disemutin kan jadinya? Bisa gak sih Nat kamu bikin hati ini lega, tenang, bahagia sehari saja? Selalu kamu seperti ini, apa-apa serba aku, apa-apa yang repot aku!” erang Zelmira dengan jengkel.

Zelmira langsung melempar tasnya ke sofa yang ada di dalam ruang tengah. Ia melepaskan baju kerjanya dan melemparnya ke sofa, bertumpuk dengan tas kerjanya. Ya sebebas itu, asal lempar saja karena hanya dia seorang diri di rumah, yang beres-beres rumah juga dia, jadi biar sekalian nanti ia bereskan. Tersisa tank top dan hotpants saja yang melekat di tubuh seksi Zelmira.

Dia memang seperti itu kalau sedang beberes rumah. Mengenakan tank top dan hotpants saja. Karena biar ruang geraknya bebas, dan tidak ribet, apalagi dia harus cepat-cepat membersihkan kamar tamu juga semua ruangan di rumahnya. Mau ganti menggunakan daster, dia malas untuk naik ke atas, ke kamarnya untuk mengambil. Karena akan menyita waktu jika harus bolak-balik naik turun tangga.

Zelmira dengan cekatan membereskan kamar tamu, membersihkannya dari debu dan kotoran yang menempel di meja dan di tempat tidur. Lama sekali orang tua Zelmira dan Nathan tidak berkunjung dan menginap di rumahnya karena mereka sibuk, jadi kamarnya sedikit berdebu, dan pengap karena jarang terjamah orang. Bed lama di kamar tamu juga sudah rusak, jadi Zelmira mengganti yang baru, karena akan ada tamu di rumahnya.

Zelmira sudah terbiasa mengerjakan apa-apa sendiri. Sebelum menikah pun, dia sudah belajar mandiri dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Sejak SMP Zelmira sudah menjadi anak kost, dan saat SMA, dia memilih tinggal di Asrama, karena sekolahannya menyediakan Asrama Perempuan, jadi dia sudah terbiasa hidup mandiri tanpa bantuan asisten di rumah. Hingga dia kuliah di London dan bertemu Nathan di sana. Sebelum bertemu Nathan ia di London juga sendirian, apa-apa serba sendiri. Setelah bertemu dengan Nathan, dia sedikit terbantu karena Nathan lebih sering di apartemennya setelah mereka resmi pacaran.

Sebetulnya Zelmira tahu Nathan sejak SMA. Hanya sekadar tahu wajah dan nama saja. Tidak begitu akrab, hanya saling bertegur sapa karena mereka satu kelas. Dan setelah sama-sama menimba ilmu di negeri orang, mereka dekat dan akhirnya pacaran, karena Nathan memang sudah jatuh cinta pada Zelmira sejak ia duduk di bangku SMA.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!