Elia pingsan saat kereta berguling. Untung saja dia sempat berpegangan pada dinding kereta sebelum akhirnya kereta menghantam tanah. Pintu dan dindingnya berantakan karena ada banyak batu besar dipinggir jalan.
Dia bangun setelah beberapa saat. Kepalanya berdarah tapi Elia baik-baik saja. Kereta menjadi berantakan. Elia segera mencari kusir dari Aster, pelayan yang mengikutinya. Mereka masih tak sadarkan diri dan terluka cukup parah. Kaki sang kusir terhimpit kereta dengan kepala penuh darah.
Tubuh Aster terpelanting cukup jauh. Elia segera mendekatinya dan menarik tubuh Aster mendekati kereta yang berantakan. Kondisinya tidak jauh beda dengan kusir. Sama berantakannya. Setelah memastikan jika situasinya telah memungkinkan untuk dikatakan sebagai kecelakaan, Elia mencari persediaan minyak di dekat kursi kasir. Minyak ini dijadikan cadangan untuk melumasi roda ataupun persiapan untuk menyalakan api jika perjalanan jauh.
Tidak sulit untuk menyalakan api. Elia melepas kalung zamrudnya kemudian mengalungkannya ke leher Aster. Dia melihat tubuh Aster tak berdaya dengan wajah datar.
"Maafkan aku."
Dari kejauhan Elia melihat kobaran api yang kian membesar. Dia mengeratkan tudung kepalanya kemudian berjalan meninggalkan hutan. Jika dia terus berjalan ke arah Selatan, dia akan sampai di ibukota Delian, Kartos. Dari Kartos Elia akan menumpang kapal kecil menuju pelabuhan perbatasan. Delian memiliki dua pelabuhan, pelabuhan Kartos yaitu pelabuhan utama untuk keluar masuk kapal dagang dan kepentingan niaga lainnya. Kemudian pelabuhan perbatasan yang skalanya lebih kecil biasanya digunakan untuk pelayaran lintas benua. Disanalah tujuan Elia, pelabuhan kecil itu.
Tidak sulit sampai di Kartos. Selama ada uang, semua urusan menjadi lancar. Di hari yang sama Elia berlayar dari Pelabuhan Kartos menunju perbatasan. Sebelum berangkat Elia membeli beberapa dokumen palsu seperti nama, latar belakang keluarga hingga surat izin ke Inoa.
Perjalanan ke Inoa yang semula direncanakan 20 hari menjadi 45 lima hari. Dua kali lipat lebih lama. Itu karena Elia tidak mampu membayar harga menumpang kapal yang lebih besar. Elia terpaksa menumpang kapal kecil pembawa ternak yang berhenti disetiap pelabuhan.
Di hari pertama hingga sepeluh hari berikutnya Elia menderita mabuk laut parah. Kapal yang dia tumpangi bahkan lebih baik dari kapal yang membawanya ke perbatasan dari Kartos.
Elia tidak tahu lagi makanan yang dia makan entah masuk melalui mulut atau hidungnya. Seluruh tubuh Elia mati rasa, setiap makanan yang dia makan keluar lagi begitu cepat. Elia kehilangan seluruh tenaganya hanya dengan sepuluh hari perjalanan di laut.
Beruntungnya ada orang lain yang menumpang kapal itu selain Elia. Seorang pria tua seumuran dengan ayahnya. Elia tidak bisa bergantung pada orang lain apalagi kepada orang lain. Dia hanya bisa bertahan dan berharap semua ini akan berakhir.
Sementara Elia berlayar jauh meninggalkan Delian. Mansion Harbert dipenuhi oleh banyak orang. Hari ini adalah hari pemakaman Duchess Harbert. Wanita yang paling tidak istimewa tersebut mati tanpa disangka. Seorang istri yang banyak orang tau namun tidak ada yang memedulikannya. Seorang putri dari Duke Haliden pendukung setia raja yang dikenal sebagai gadis cacat.
Pemakaman itu sangat sederhana. Selain hanya seremonial, banyak orang lebih prihatin atas meninggalnya sang Duchess. Kecelakaan kereta dan terbakar hingga wajahnya tidak bisa dikenali. Satu-satunya hal yang tertinggal dan bisa dikenali adalah kalung yang dia kenakan. Identitas ini telah dikonfirmasi oleh keluarga Duchess, Haliden.
Peti mati yang tertutup rapat tampak sama sederhananya dengan upacara pemakaman hari ini. Tidak ada orang yang menangis. Wajah mereka datar dan penuh kelegaan. Seperti melepas satu-satunya hal buruk baginya.
Satu-satunya orang yang berdiri di dekat peti mati tersebut adalah sang suami, Duke Julius Harbert. Dalam balutan pakaian serba hitam tampak gagah, namun di dalamnya ada belutan benang panjang di dadanya.
Tidak menjadi rahasia umum jika sang Duke sedang dalam keadaan terluka dan baru saja sadar saat mendengar kabar kematian istrinya.
Banyak keprihatinan menetas dari para bangsawan. Mereka iba pada Duke karena memiliki istri yang tidak tahu diri. Saat suaminya sedang terluka tidak mengurusnya tapi Duchess malah melarikan diri.
Betapa kurang ajarnya.
Namun mereka semua tertipu, orang yang seharusnya mati dan dikubur hari ini, orang itu masih hidup. Saat ini sedang berlayar mengarungi samudra menuju benua lain untuk memulai hidup barunya.
Tipuannya berhasil.
Pemakaman yang dihadiri oleh raja itu berlangsung singkat dan hikmat. Tidak ada pidato perpisahan dan sebagainya. Para pelayat segera meninggalkan tempat setelah acara selesai. Bukan pemakaman istana, mengingat Duchess adalah istri dari Duke Harbert dan pangeran ketiga, atau pemakaman Haliden karena asalnya, tapi jasad Duchess Harbert yang tercela itu di kuburkan jauh dari ibukota. Hanya pemakaman umum untuk rakyat. Begitu tidak berharganya dia.
Kembali ke mansion segera, Julius duduk termenung dihadapan ayahnya, raja Delian dan ayah mendiang istrinya, Duke Haliden.
"Betapa tidak pantasnya anak itu. Bahkan hingga kematiannya dia meninggalkan aib. Maafkan keluarga kami Yang Mulia." Suara Oscar dalam namun lembut. Seolah dengan tulus meminta maaf.
"Mau bagaimana lagi. Anak itu sudah mati sekarang. Tidak perlu ada penyesalan. Bukankah yang hidup harus melanjutkan hidupnya?" Suara Dimitrius Delian, raja Delian, penuh penekanan. "Kembalilah ke istana secepat mungkin pangeran." Ucapannya adalah perintah mutlak.
Julius menatap ayahnya penuh makna. Selain seorang raja, dia adalah seorang ayah. Apapun yang dia inginkan tidak mudah untuk ditolak. Saat dia diberi hukuman, saat hukumannya dicabut, Julius hanya bisa menerimanya. Hidupnya bukan miliknya. Banyak pikiran berkecamuk di kepalanya. Seharusnya dia senang bukan, pernikahan yang seperti hukuman baginya kini telah tiada. Dengan mudahnya. Tanpa dia sangka-sangka.
Julius pernah memikirkan caranya untuk menarik perintah ayahnya ini. Berbagai cara. Namun semakin waktu berlalu, Julius tidak bisa menemukan jawabannya. Akhirnya dia menyerah dan dimakan oleh waktu. Hingga tiba-tiba kematian istrinya mengejutkannya.
Wanita yang selama tiga tahun tinggal bersamanya. Orang yang asing baginya namun kehadirannya nyata. Seorang istri yang setia menepati janji yang dia buat, istri dalam nama. Tidak pernah mengganggunya. Tidak pula menonjolkan kehadirannya. Wanita berkulit putih dan rambut panjang segelap malam awal bulan.
Suara lembut yang canggung. Wajah pucat tanpa ekspresi. Selama ini Julius tidak pernah mendengar masalah apapun yang timbul karenanya. Wanita itu benar-benar hidup seolah mati.
Tapi suatu hari Julius mendengarnya menangis. Tubuhnya tidak bisa digerakkan karena luka yang dia derita. Sayup-sayup Julius mendengar pintu terbuka. Di kegelapan malam dia bisa mengenali kehadiran orang lain. Dia telah dilatih sejak kecil untuk kebal terhadap racun, sensitif pada cahaya dan suara, hingga ilmu pedang yang mumpuni.
Dia duduk di samping tempat tidurnya dengan penuh kehati-hatian. Memperhatikannya sejenak kemudian menangis. Hati Julius tertusuk. Tangisnya pelan sepelan suaranya yang penuh pertimbangan.
"Tolong jangan mati."
Mata Julius berkedut. Pernahkah sesorang mengkhawatirkannya. Seingat Julius tidah pernah. Dia adalah anjing raja paling setia. Dikirim ke tempat-tempat jauh dan misi penuh bahaya. Terlahir sebagai pangeran ketiga, takdirnya sudah ditentukan. Penguat benteng untuk tahta putra mahkota.
Tiba-tiba seseorang menangis untuknya. Orang lain. Wanita yang dipilih ayahnya untuknya karena berani berbeda pendapat dengan putra mahkota. Hukumannya.
Kenapa? Ingin rasanya Julius bertanya. Namun wanita itu segera beranjak dan dia kehilangan kesadaran karena pengaruh obat.
Saat dia bangun, waktu telah berlalu sejak dia tidak sadarkan diri. Setelah tubuhnya kembali pulih dengan baik, Julius mendengar bahwa wanita itu telah mati. Sebuah kecelakaan kereta dan terbakar. Tubuh dan wajahnya tidak bisa dikenali. Entitas hidup yang dia tahu ada tapi tidak pernah dia lihat kini menghilang selamanya.
Hati Julius terasa kosong.
Satu nama yang tertinggal di bibirnya, nama wanita itu, Elia.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
van aurora
mirip dengan kualifikasi ngelamar kerja di konoha
2025-04-05
0
Sondang Sartika Lumbanraja
mewek bener begitu tiada baru terasa
2024-08-01
0
Hana
keren bahasanya
2024-05-25
1