4. Hujan Malam Itu

"Mereka itu cocok banget, kan, Bang?"

Arif terkejut, di sisi kirinya sudah berdiri Zahra yang juga sedang menatap ke arah Fahri dan Cahaya dengan tatapan bahagia.

"Rencananya aku mau jodohin mereka. Soalnya dari yang aku liat, Bang Fahri kayaknya tertarik sama Cahaya. Kalau menurut Abang gimana?"

"Gak cocok. Gak pantes. Fahri itu bisa mendapatkan yang lebih sempurna, Zahra. Bukan gadis seperti Cahaya," ketus Arif yang seketika mengundang atensi Zahra memandang bingung ke arahnya.

"Aku gak ngerti sama sikap Abang akhir-akhir ini. Setiap ngeliat Cahaya, Abang selalu marah-marah gak jelas. Ada masalah apa, sih, Bang? Cahaya kenapa sampai Abang gak suka sama dia?"

Arif tidak tahu harus memberikan jawaban seperti apa. Sejujurnya, dia pun tak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Di satu sisi, dia membenci Cahaya. Namun, di sisi lain, dia khawatir jika Cahaya benar-benar menyukai Fahri. Bukankah seharusnya mereka tak boleh bersama?

* * *

Jarum jam telah menunjukkan angka empat sore dan Cahaya bersiap-siap untuk pulang. Namun, kedatangan Zahra menghentikan langkahnya.

"Aku mau nanya sesuatu, boleh gak?"

"Mau nanya apa, Kak?"

Zahra mengulum senyum. Ekspresi wajahnya tampak berbeda. "Pendapat kamu tentang Bang Fahri gimana, Ya?"

"Baik, sopan, pintar, dan dewasa."

"Tipe kamu bukan?"

Cahaya berpikir sejenak sebelum akhirnya berkata, "Kalau dibilang tipe, sih, aku gak tau pasti, ya, Kak. Tapi, kalau misalkan aku dapat yang modelannya kayak Bang Fahri, aku pasti bakalan bersyukur banget."

"Nah, ini yang mau aku dengar," ucap Zahra membuat Cahaya makin menatap bingung ke arahnya. "Kamu jadian sama Bang Fahri aja, ya, Ya? Bang Fahri juga tertarik sama kamu. Nanti aku bakalan bantuin kalian buat lebih dekat lagi. Gimana? Mau, 'kan?"

"Kak, tapi, aku──"

"Tapi, kenapa? Kamu udah punya pacar?"

"Bukan, Kak."

"Ya, terus? Kamu udah tunangan?"

"Gak juga. Tapi──"

"Kamu udah punya suami?"

Cahaya terdiam di pertanyaan terakhir. Akan tetapi, Zahra tidak curiga sama sekali.

"Apa? Gak ada jawaban, 'kan? Udah, gak usah malu-malu kucing gitu. Nanti aku bilangin ke Bang Fahri. Kalian itu emang ditakdirkan bersama tau gak? Rumahnya aja bisa satu kompleks gitu. Mana waktu di rumah sakit pernah ketemu juga, 'kan?"

Cahaya hanya bisa menganggukkan kepala. Napasnya berembus pelan.

Sesampainya di rumah, Cahaya terus-terusan dihantui ucapan Zahra. Membuatnya tak bisa tidur hingga semalam penuh.

Keesokan harinya, Cahaya tidak ke toko karena tutup. Dalam seminggu, Zahra memang meliburkan para karyawannya saat weekend.

Saat ini, Cahaya terlihat sedang menyiram tanaman. Ekspresi wajahnya tampak sedikit lesu.

"Padahal bunganya udah mekar gitu. Tapi, kenapa yang nyiram malah gak bersemangat?"

Cahaya menoleh, mendapati Fahri yang berdiri di balik pagar rumah dengan pakaian khas orang berolahraga.

"Ngantuk, Bang," jawab Cahaya seadanya.

"Udah pagi masa masih ngantuk? Hm, anak gadis suka males-malesan ini."

Cahaya tertawa lalu mematikan keran agar lebih fokus berbicara dengan Fahri.

Fahri sendiri memang tidak tahu jika Arif sudah membeli rumah ini tiga bulan yang lalu. Kesibukannya di kantor membuat Fahri tidak tahu menahu tentang apa saja yang terjadi di kompleks perumahannya.

Keduanya berbincang selama beberapa menit ke depan. Saat obrolannya selesai, Fahri pamit pulang.

Cahaya juga akan bersiap untuk masuk. Saat tangannya nyaris menutup pintu, Arif muncul dan detik itu juga masuk ke dalam rumah.

"Enak banget, ya, ngobrolnya tadi? Udah mulai suka sama Fahri?"

"Ck, apaan, sih, Pak? Gak jelas!" ketus Cahaya sambil berlalu ke dalam kamar.

"Cahaya, saya lagi bicara sama kamu!" teriak Arif saat Cahaya sama sekali tidak menggubris perkataannya.

Arif pun mengejar Cahaya hingga ke dalam kamar. Saat keduanya berdiri berhadapan, Arif kembali menatap Cahaya dengan tajam.

"Saya lagi ngomong. Kenapa kamu main pergi gitu aja? Kamu gak menghargai saya?"

"Saya belajar itu dari Bapak," timpal Cahaya membuat Arif terdiam seribu bahasa. "Lagian Bapak mau apa lagi, sih? Kalau Bapak mau memperingati saya tentang Bang Fahri, oke, saya dengerin. Saya juga tau diri, Pak. Walau pada kenyataannya, saya hanyalah istri yang disembunyikan."

"Akhir-akhir ini kamu pintar ngelawan saya, ya? Gak tau terima kasih. Gak tau balas budi."

"Balas budi ke orang yang menabrak Bapak saya hingga meninggal? Bapak yakin?"

Arif menipiskan bibir, menekuri Cahaya dengan api berkobar dalam mata. Saat dirinya akan kembali membuka suara, Mbok Tun datang dan mengabarkan sarapan sudah siap.

Dan, untuk pertama kali setelah pernikahan mereka, Arif dan Cahaya berada dalam satu meja yang sama.

Diam-diam Arif memperhatikan Cahaya. Jika penglihatannya tak salah, Arif menemukan setetes air mata di atas meja.

* * *

Cahaya tidak mengerti jalan pikiran Arif sebenarnya. Pria itu seolah ingin dirinya terus-terusan menderita. Dan, sewaktu Cahaya menangis karena sikap atau perkataannya, Arif malah menatapnya dengan penuh rasa bersalah dan penyesalan yang amat kentara.

Hari ini, saat Cahaya sibuk merampungkan sebuah guci, matanya malah tak sengaja menatap Arif dan Zahra sedang berpelukan mesra. Bahkan kadang-kadang pria itu dengan sengaja mencium Zahra di depannya.

Arif seolah ingin menegaskan bahwa cuma Zahra yang ada di hatinya. Sementara Cahaya, hanya dianggap kerikil dalam sepatu olehnya.

"Bang, minggu depan bakalan ada pameran di Bali. Aku boleh ke sana, ya?"

"Gak boleh, Zahra. Kamu lagi hamil. Abang gak mau kamu kenapa-kenapa."

"Cuma tiga hari, Bang. Kalau aku melewatkan kesempatan ini, aku bakalan rugi besar. Momen inilah yang ditunggu-tunggu seniman seperti kami. Boleh, ya, Bang? Aku janji bakalan jaga diri. Aku bakalan terus ngabarin Abang, minum obat tepat waktu, dan gak akan kecapean. Aku bakalan bawa karyawan tiga orang dari toko ini. Jadi, aku gak bakalan sendiri."

"Tapi, janji harus selalu kasih kabar, ya?"

"Janji."

Cahaya menjauh dari area dapur. Niatnya tadi mau mengambil minum. Namun, obrolan Zahra dan Arif membuatnya tertarik untuk mendengarnya.

Saat hari itu tiba, Zahra berangkat bersama tiga orang karyawannya yang sudah lama jauh sebelum Cahaya. Dan, selama rentang waktu itu, Zahra juga menutup toko karena ingin meliburkan karyawan yang lain.

Malam makin larut. Arif menutup laptop lalu bersiap untuk pulang dari supermarket menggunakan motornya. Saat masih dalam perjalanan, hujan turun dengan deras. Sialnya, Arif lupa membawa jas hujan.

Arif memutuskan untuk berhenti di rumah Cahaya. Cahaya yang kebetulan baru selesai salat malam, langsung menyadari kedatangan Arif ke rumah.

Ia membuka pintu dan menemukan Arif yang menggigil kedinginan. Bukan main paniknya Cahaya. Dengan jalan tertatih-tatih, Cahaya bolak-bolik pergi mengambil handuk dan juga air hangat.

"Udah mendingan, Pak?"

Arif menggeleng dengan tubuh menggigil. Wajahnya pucat dan bibirnya berwarna biru keunguan.

Arif sudah mengganti pakaian basahnya. Karena dirinya memang selalu menyediakan pakaian bersih di dalam jok motornya.

"Di──dingin, Cahaya ... Dingin sekali ...."

"Duh, saya harus bagaimana, Pak? Saya kompres lagi, ya, Pak?"

"To──tolong, peluk saya seperti yang Zahra lakukan. Itu akan membantu saya."

Cahaya terdiam beberapa saat ke depan. Dengan ragu, kedua tangannya terangkat perlahan-lahan. Cahaya menutup mata seraya membawa Arif ke dalam dekapannya. Tubuhnya yang hangat, bersentuhan langsung dengan Arif yang kedinginan. Sesaat kemudian, getaran di tubuh Arif berkurang.

"Pak, Pak Arif?" Cahaya memanggil setelah keduanya telah lama terdiam.

Saat Cahaya mencari wajah Arif, ia malah menemukan pria itu terlelap dalam tidurnya.

Tanpa sadar seulas senyuman muncul di bibir Cahaya. Getaran di tubuh Arif, kini berpindah ke hatinya.

Terpopuler

Comments

Hiatus

Hiatus

cahaya km jgn terlalu cinta

2024-07-07

1

piyo lika pelicia

piyo lika pelicia

semangat ☺️

2024-06-07

1

piyo lika pelicia

piyo lika pelicia

hah rumit

2024-06-07

1

lihat semua
Episodes
1 1. Pernikahan Paksa
2 2. Bertemu Zahra
3 3. Gadis Cacat
4 4. Hujan Malam Itu
5 5. Hadiah Dari Arif
6 6. Perlakuan Manis
7 7. Zahra Keguguran
8 8. Anak Kita
9 9. Istriku?
10 10. Aku Atau Cahaya
11 11. Membawa Zaif Pergi
12 12. Ingin Berpisah
13 13. Kembali Berdebat
14 14. Dituduh Pelakor
15 15. Zahra Bunuh Diri
16 16. Ingin Memisahkan Mereka
17 17. Rencana Jahat Zahra
18 18. Surat Cerai
19 19. Meja Hijau
20 20. Tanggungjawab
21 21. Pernikahan Kedua
22 22. Mencari Pelaku
23 23. Keputusan Fahri
24 24. Cahaya Diculik
25 25. Gudang Tua
26 26. Penjelasan
27 27. Obrolan Pria
28 28. Hama Baru
29 29. Amel dan Tante-Tante Aneh
30 30. Omongan Arif
31 31. Tidak Semudah Itu
32 32. Di Mabuk Cinta
33 33. Wanita Itu ....
34 34. Arif Berulah
35 35. Toko Kerajinan Milik Zahra
36 36. Nasib Tragis Zahra
37 37. Bertemu Munir
38 38. Si Berengsek Itu Sudah Mati
39 39. Sosok Di Sudut Malam
40 40. Demi Cahaya
41 41. Undangan Pernikahan
42 42. Tawa Bahagia dan Air Mata
43 43. Orang-Orang Misterius
44 44. Isi Hati Aurel
45 45. Sudah Waktunya
46 46. Wanita Separuh Gila
47 47. Sebesar Itukah Kesalahannya?
48 48. Aku Milikmu
49 49. Tampak Tak Asing
50 50. Opini Cahaya
51 51. Pemeriksaan
52 52. Salah Apa?
53 53. Sulit Percaya
54 54. Geri Pelakunya
55 55. Ruang Kerja
56 56. Ibu Yang Sama
57 57. Satu Kebenaran
58 58. Tentang Arif
59 59. Masalah
60 60. Berdamai dengan Masa Lalu
61 61. Bunga Mawar
Episodes

Updated 61 Episodes

1
1. Pernikahan Paksa
2
2. Bertemu Zahra
3
3. Gadis Cacat
4
4. Hujan Malam Itu
5
5. Hadiah Dari Arif
6
6. Perlakuan Manis
7
7. Zahra Keguguran
8
8. Anak Kita
9
9. Istriku?
10
10. Aku Atau Cahaya
11
11. Membawa Zaif Pergi
12
12. Ingin Berpisah
13
13. Kembali Berdebat
14
14. Dituduh Pelakor
15
15. Zahra Bunuh Diri
16
16. Ingin Memisahkan Mereka
17
17. Rencana Jahat Zahra
18
18. Surat Cerai
19
19. Meja Hijau
20
20. Tanggungjawab
21
21. Pernikahan Kedua
22
22. Mencari Pelaku
23
23. Keputusan Fahri
24
24. Cahaya Diculik
25
25. Gudang Tua
26
26. Penjelasan
27
27. Obrolan Pria
28
28. Hama Baru
29
29. Amel dan Tante-Tante Aneh
30
30. Omongan Arif
31
31. Tidak Semudah Itu
32
32. Di Mabuk Cinta
33
33. Wanita Itu ....
34
34. Arif Berulah
35
35. Toko Kerajinan Milik Zahra
36
36. Nasib Tragis Zahra
37
37. Bertemu Munir
38
38. Si Berengsek Itu Sudah Mati
39
39. Sosok Di Sudut Malam
40
40. Demi Cahaya
41
41. Undangan Pernikahan
42
42. Tawa Bahagia dan Air Mata
43
43. Orang-Orang Misterius
44
44. Isi Hati Aurel
45
45. Sudah Waktunya
46
46. Wanita Separuh Gila
47
47. Sebesar Itukah Kesalahannya?
48
48. Aku Milikmu
49
49. Tampak Tak Asing
50
50. Opini Cahaya
51
51. Pemeriksaan
52
52. Salah Apa?
53
53. Sulit Percaya
54
54. Geri Pelakunya
55
55. Ruang Kerja
56
56. Ibu Yang Sama
57
57. Satu Kebenaran
58
58. Tentang Arif
59
59. Masalah
60
60. Berdamai dengan Masa Lalu
61
61. Bunga Mawar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!