Akibat hujan petir lari Peng An jadi melambat dan lama kelamaan Peng An hanya mampu berjalan.
Tubuh Thung Seng yang tadinya terangkat tinggi di atas kepala Peng An sedikit demi sedikit menurun mendekati kepala Peng An.
“Hehehe Peng An Kau tidak akan mampu mencapai hutan bambu. Lebih baik Aku tunggu sebentar lagi sampai Peng An benar-benar lemah, baru Aku masuk menyerang,”pikir Kakek He Si.
“Ahh apakah ini akan menjadi akhir hidupKu? Tidak, Aku Peng An akan tetap berjuang,”pikir Peng An.
Lima menit berlalu dengan cepat dan Peng An hanya mampu berjalan dengan sangat lambat.
“Kesempatan,”pikir Kakek He Si bersamaan dengan tubuhnya yang melompat turun dari burung raksasa yang ditungganginya.
Tanpa memperdulikan hujan kilat yang juga menimpa tubuhNya, Kakek He Si mengarahkan cakar beracunnya ke arah punggung Peng An.
Peng An yang terkejut masih sempat membalik dan menggunakan tubuh Thung Seng sebagai perisaiNya.
Cakar beracun dari Kakek He Si tepat mengenai dada Thung Seng.
Peng An berbalik sambil berjongkok sehingga masih selamat dari terjangan petir untuk sementara tapi akibat menahan pukulan Kakek He Si, benturan tersebut membuat Peng An jatuh tertidur dengan tubuh Thung Seng yang masih berada di atasNya.
Kakek He Si melompat tinggi dan dengan posisi cakar di bawah kaki di atas, Kakek He Si meluncur turun dengan ganasnya.
Thung Seng sebenarnya sudah sadar sejak tiga menit lalu tapi Ia tidak mampu menggerakkan badanNya.
Pukulan dari Kakek He Si yang mengenai dada Thung Seng membuat Thung Seng mampu membuka mataNya.
Melihat serangan dari Kakek He Si yang dari atas meluncur ke arahNya, maka dengan gerak reflex Thung Seng berkelit ke samping kanan.
Duarttrr!!! Arrrrggghhhhh!!!
Pukulan dari Kakek He Si tepat mengenai tubuh Peng An, sehingga berakhirlah riwayat Peng An.
Thung Seng yang lupa ingatan dan sekarang hanya bisa mengandalkan naluriNya segera berlari menjauhi hujan petir.
“Ayah lihat, rupanya bukan patung tapi manusia!”teriak Mey Lan dengan sangat antusias.
“Pssttt tidak usah berteriak, Ayah juga mel
ihat,”ucap Ayah dari Mey Lan.
“CucuKu sekarang Kau sudah memiliki teman bermain di dunia sana,”ucap Kakek He Si sambil memandang jasad Peng An dengan rasa puas kemudian dengan tenang mengambil kembali seluruh pusaka miliknya dan melesat ke arah larinya Thung Seng.
“Siapa Aku dan siapa Kakek gila yang tadi menyerang Aku?”pikir Thung Seng dengan bingung sambil tetap berlari dengan sekuat tenaga.
Thung Seng yang tidak memiliki ilmu kungfu tentu saja dengan mudah tersusul oleh Kakek He Si.
“Hey berhenti Anak muda!”seru Kakek He Si yang sudah ada sekitar dua meter di depan Thung Seng.
Thung Seng menghentikan larinya tapi tetap waspada dan memandang ke arah Kakek He Si.
“Anak muda, Aku bermaksud baik, lihat Kau berlarian dengan hampir tidak memakai apapun. Ini Aku berikan Kau baju,”ucap Kakek He Si dengan ramah dan kemudian mengambil baju dari cincin penyimpanannya.
Thung Seng mengambil baju dari Kakek He Si dan segera memakainya.
“Hehehe Aku tidak boleh bermain keras dengan Anak ini, lebih baik Aku berbaik-baik dahulu agar bisa Aku bawa ke tempat kediamanKu,”pikir Kakek He Si dalam hati.
“Aku tidak merasakan ketulusan dari Kakek ini. Pandangan matanya seperti hendak membunuhKu. Lebih baik Aku menunggu kesempatan emas untuk melarikan diri,”pikir Thung Seng.
Walaupun Thung Seng sudah lupa siapa dirinya bukan berarti dirinya bodoh.
“Perkenalkan Aku adalah Kakek obat He Si dan siapa namaMu Nak?”tanya Kakek He Si dengan nada lembut.
“Aku…Aku lupa siapa diriKu,”ucap Thung Seng dengan jujur.
“Aahhhh untung Kau bertemu dengan diriKu, orang yang tadi membawaMu adalah penjahat dan Aku berusaha membebaskanMu.”
“Hahaha He Si tak Aku sangka setelah lama tak berjumpa ternyata Kau makin hebat ehmm maksudKu hebat dalam membual!”seru satu suara.
“Siapa Kau, jangan bersembunyi seperti seorang pengecut!”seru Kakek He Si sambil mengerahkan kabut racun hitamnya ke arah suatu tanaman semak.
Duarr!
Seorang melompat keluar dari semak menghindari serangan dari Kakek He Si.
“Hehehe racun He Si, Kau masih panasan seperti dahulu.”
“Huh Kau Kong Ming Pendeta sok tahu, rupanya Kau masih hidup setelah terkena racunKu,”ucap He Si dengan sinis.
Kong Ming segera menyerang He Si dengan kepalan tangannya.
Duarrr!!!
Dua kepalan tangan bertemu, dimana Kong Ming mundur tiga langkah sedangkan He Si mundur empat langkah.
“Anak muda lekas Kau pergi, Aku tak akan mampu menghadapi racunnya!”teriak Kong Ming.
“Grrr Kong Ming, kali ini Aku akan benar-benar membunuhMu,”ucap Kakek He Si sambil menyerang bertubi-tubi.
Terlihat Kong Ming yang hanya menyerang Kakek He Si dari jarak jauh dan menghindari bersentuhan langsung karena agak jerih dengan racun yang dimiliki oleh He Si.
Tanaman dan rerumputan disekitar pertarungan mereka semua pada layu dan mati akibat terkena racun milik Kakek He Si.
“Hey Kong Ming tikus pengecut mengapa Kau hanya bisa menghindar saja? Dasar tak berguna,”ejek Kakek He Si.
Kong Ming hanya tersenyum saja dan berjumpalitan ke kiri dan ke kanan.
Tiba-tiba saja dari belakang Kakek He Si beberapa pisau terbang meluncur ke arah Kakek He Si.
Kakek He Si segera berkelit tapi satu pisau terbang masih menyerempet bagian belakang lengan baju Kakek He Si.
“Hahaha lawan sebenarMu sudah tiba, sampai berjumpa lain waktu He Si,”ucap Kong Ming yang kemudian buru-buru kabur.
Kakek He Si tidak memperdulikan kepergian Kong Ming, karena konsentrasi sepenuhnya sekarang tertuju kepada Xu Jiao.
“He Si berani-beraninya Kau membunuh muridKu di dekat tempat kediamanKu,"ucap Xu Jiao.
“Huh muridMu membunuh cucuKu, jadi muridMu sekarang sudah menemani cucuKu di alam sana,”ucap Kakek He Si.
“Hmm He Si karena Kau begitu mencintai cucuMu maka Aku akan membantuMu untuk secepatnya menemui cucuMu,”ucap Xu Jiao yang kemudian dengan cepat melempar beberapa pisau ke arah Kakek He Si.
Kakek He Si yang kali ini telah siap segera menangkis seluruh pisau tersebut dengan tangannya yang sekarang telah memakai sarung tangan hitam.
Trang! Trangg! Trang!
Pisau-pisau yang telah jatuh menancap ke tanah, bisa kembali terbang menyerang ke arah Kakek He Si, membuat Kakek He Si sangat kerepotan.
Belum lagi pisau-pisau yang terkubur di dalam tanah pada bermunculan menyerang Kakek He Si.
Kakek He Si berkelit ke kiri dan ke kanan tapi pisau terbang tersebut menyerang tanpa henti.
Brett! Brett! Brett!!!
Dalam waktu singkat baju Kakek He Si sudah compang-camping.
“Aku masuk ke sarang musuh tanpa persiapan, lebih baik Aku kabur,”pikir Kakek He Si.
Kakek He Si segera melesat pergi.
“Mau kabur?! Jangan mimpi!”teriak Xu Jiao.
Dimanapun Kakek He Si berlari, pisau-pisau selalu meluncur dari dalam tanah.
Kakek He Si ketika merasa tanah yang diinjaknya bergetar, buru-buru Ia menarik kakinya, tapi tak urung kakinya juga beberapa kali tergores oleh pisau.
Kakek He Si segera meloncat dari satu pohon ke pohon lainnya dan kembali mengeluarkan awannya yang segera mengeluarkan hujan asam.
Dengan cepat pisau-pisau yang berada di tanah hancur terkena hujan asam.
Kakek He Si menggerakkan tangannya membentuk segel formasi, seluruh air asam segera berputar melindungi tubuh Kakek He Si plus kabut racun hitamnya.
Ke duanya sekarang melayang di udara sambil berhadap-hadapan.
Tubuh Xu Jiao pun dikelilingi oleh pisau-pisau yang bergerak berputar-putar.
Bersambung :))
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
hancurkam
2024-07-04
0