Malam hari saat Raisa termenung masih menggunakan penutup kainnya, dia membuka jendela yang ada di dekatnya, semilir angin mengikuti ke mana arah tujuannya sudah kehilangan arah. Wanita itu sudah cukup hafal di mana dirinya harus melangkah saat berada di dalam sana untuk kebutuhannya.
"Sampai kapan aku terus di sini bersama pria kejam itu? Dia hampir membunuhku secara perlahan, aku rasa ingin menyusul ayah dan ibu," lirihnya mengeluh dengan apa yang sudah terjadi.
Ketika Raisa masih melamun, seseorang datang tanpa diketahui olehnya, dia masuk tidak mengetuk pintu.
"Raisa!"
Panggilan untuk dirinya, itu artinya Erik ada di dalam sana bersama dengannya. Ini kesempatan bagus dalam menyelesaikan semua permasalahan hidupnya.
"Erik?"
Erik menaruh makanan dan minuman kembali, kali ini dia langsung menaruhnya di atas meja. Dia tidak mau kejadian tadi terulang, Erik tidak menggunakan jas kerjanya, jauh lebih santai menggunakan piyama tidur yang selalu dia gunakan selama ini.
"Ya, aku di sini."
Raisa menangkap bagian piyama depan Erik, meraba setiap jengkal menuju wajah suaminya. Dengan cepat menahan bibir pria itu agar tidak berkata kasar padanya lagi.
"Erik, kita akan berhubungan sesuai perjanjian kita beberapa hari yang lalu. Asalkan kamu menepati janji agar melepaskan aku ketika semuanya selesai, aku melahirkan anak untukmu, Kita cerai!"
Erik meremas bagian atas lengan Raisa, wanita itu menahan rasa sakitnya dengan menangis.
"Sakit Erik!"
Raisa tidak bisa bergerak, cengkraman Erik sangat kuat dan tidak bisa dihentikan olehnya.
"Jangan mengaturku!" tangan yang diletakkan ke dagu Raisa cukup keras, Erik geram dengan tingkah Raisa semakin mengingatkan akan dendamnya selama ini.
Tidak ada yang bisa menolong Raisa di sana, Raisa masih memiliki kenangan pada ayahnya yang selalu ada untuknya walaupun ayahnya itu terbilang sangat sibuk dan membiarkan rumahnya selalu sepi. Namun, segala kebutuhan Raisa cukup terpenuhi, hidupnya tidak buruk, kasih sayang yang diberikan juga mengalahkan seorang ibu, pada dasarnya ayahnya itu sangat sayang pada dirinya.
"Lepaskan aku Erik, aku mohon. Ini sangat sakit!"
Raisa memohon dengan sangat pada suami yang sudah menyakiti dirinya, kedua tangan Erik berada pada atas lengan kembali setelah membuat lebam dagu dirinya.
"Makan dan tidurlah!" perintah Erik sangat jelas pada Raisa, dia datang hanya untuk memastikan itu. Rasanya Erik juga tidak mau berlama-lama melihat Raisa yang tidak semenarik seleranya.
Raisa menahan Erik dengan kedua tangannya. Dia mau penjelasan kembali untuk yang terakhir kalinya agar mengetahui motif apa yang sedang direncanakan oleh suaminya itu.
"Aku akan makan setelah kamu jelaskan, kenapa kamu melakukan ini sama aku?" tanya Raisa dengan berani dalam kesakitannya.
Erik menatap Raisa yang memaksanya mengaku. Mungkin sudah waktunya Erik mengatakan sesuatu yang dia pendam sendiri.
"Ayahmu Deri Hartito kan?!"
Raisa tercengang mendengar nama ayahnya disebut oleh Erik.
"Ya, itu nama ayahku. Ada apa?"
Raisa bertanya balik, memastikan jika ayahnya tidak ada hubungannya dari semua penderitaan hidupnya beberapa hari ini.
"Dia penyebabnya!" jawab Erik mengungkapkan perlahan.
Ada jeda dari Raisa belum juga memberikan respon. Wanita itu terheran dengan jawaban suaminya.
"Maksud kamu? Kenapa ayahku?" tanya Raisa tidak langsung mempercayai Erik yang selama ini kasar padanya.
Erik menarik rambut pendek Raisa sampai dirinya emosi sendiri. Kebodohan Raisa masih jauh dari ekspetasinya yang mengira jika Raisa licik seperti ayahnya.
"Kamu belum juga paham dengan jawabanku? Bodoh! Aku mengira kamu sama seperti ayahmu yang licik dan tidak berperasaan itu! Tapi, aku salah. Kamu memang anak yang bodoh dan tidak bisa berguna bagi siapapun."
Menusuk hati Raisa. Ucapan Erik masuk ke dalam hati dan pikirannya, tentang ayahnya yang dipikirkan oleh Erik.
Ayahnya licik?
Atau jahat?
Mungkin ayahnya memiliki masa lalu yang menyakiti orang lain?
Raisa terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Erik, kepalanya semakin dibuat miring oleh Erik yang masih menarik rambut.
"Sakit Erik!"
Erik akan mengatakan semuanya di sini. Dia tidak tahan jika harus memendamnya sendiri, Raisa cukup pantas menanggung segala kesalahan ayahnya.
"Dengarkan aku baik-baik bodoh! Kamu harus mengetahui apa yang terjadi di masa lalu saat ayahmu merenggut segala yang orang tuaku punya, termasuk rumah tempat tinggal ini yang katanya menjadi tempat kenangan indah bersama ayahmu yang jahat itu. Dia pencuri harta kedua orang tuaku, bisnis yang dijalankan sekarang adalah hasil dari mencuri dengan cara licik agar saham ayahku diberikan oleh ayahmu! Paviliun ini mewakili permintaan ayahku yang dulu dikurung oleh ayahmu sampai dirinya sakit dan akhirnya meninggal."
Seketika itu keduanya mengeluarkan air mata, begitu cerita masa lalu yang menjadikan takdir Raisa sampai seperti ini, hancur dan penuh kegelapan. Lantas, mengapa tanggungan masa lalu ayahnya dilimpahkan pada dirinya saja? Begitu juga Erik yang bersedih harus menjadi jahat untuk membalaskan dendamnya.
"Itu urusan ayahku dan ayahmu, kenapa kamu menyimpan dendam sampai sejauh ini? Tolong lupakan dendammu Erik, kita sudah menikah, menyatu sebagai satu keluarga, maafkan kesalahan ayahku dulu."
Raisa mencoba menasehati Erik agar kembali ke jalan yang benar. Erik yang masih berambisi menyakitinya.
"Aku pikir pantasnya kamu berlutut padaku untuk memohon ampun atas kesalahan ayahmu dulu!"
Erik menekan tubuh Raisa untuk berlutut di kakinya, Raisa memegang kaki Erik, isak tangisnya tidak mau berhenti karena harus merendahkan diri di depan pria yang begitu tega padanya.
"Baiklah, aku mohon maafkan ayahku. Bila kamu sudi lepaskan aku juga, lupakan dendam ini Erik. Kamu tidak akan pernah hidup tenang bila masih terus menyimpan dendam di dalam hatimu, aku mau kamu berubah. Aku tidak masalah jika harus tinggal di paviliun ini," Raisa memohon dengan sangat pada Erik sesuai permintaan pria itu.
Bukannya Erik tersentuh pada kata-kata Raisa, dia mendorong kembali Raisa agar menjauh darinya.
"Maaf! Semudah itu? Kamu pikir nyawa ayahku akan kembali dengan omong kosong kamu, Raisa! Itu salahmu yang telah dilahirkan oleh ayah yang sudah merenggut kebahagiaan orang lain! Keluarga kecil yang seharusnya bahagia. Tapi, rusak akibat ayahmu yang jahat itu!" serunya masih mengungkapkan kekecewaan masa lalu pada Raisa.
Terdengar isak tangis Raisa, begitu juga Erik yang masih menangis setelah jujur mengatakan dendamnya pada Raisa. Raisa bangkit dari lantai untuk menghampiri kembali suami yang hatinya dihancurkan oleh ayahnya.
"Erik," panggilnya.
Belum sempat Raisa menemukan tempat Erik berdiri di sana, Erik melangkah pergi. Erik sudah cukup puas telah melimpahkan segalanya pada Raisa.
"Mampus kamu Raisa! Kamu memang pantas mendapatkan hasil dari perbuatan ayahmu!" pria itu menutup pintu paviliun, pergi dari sana sejauh mungkin agar bisa beristirahat kembali.
Sedangkan Raisa mendengar suara pintu tertutup sudah tahu jika Erik tengah pergi dari ruangan itu.
"Erik, sebenarnya dia juga tersiksa, tidak beda jauh dariku yang sekarang. Apa yang dia lakukan menyiksa dirinya sendiri, dendamnya merenggut segala kebaikan yang ada pada dirinya."
Raisa kembali menangis, meringkuk dan memikirkan hidupnya berujung seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Violeta Itzae Gonzalez O.
Aku terbuai oleh alur ceritanya yang sangat baik, hebat thor!
2024-03-26
0