Jantungku berhenti, pikiranku berhenti, dunia berhenti, aku juga berhenti. Dalam waktu sesaat itu apa yang dia katakan? Dia melamarku? Si Surtr? Melamar seorang gadis kecil yang terlihat belasan tahun ini?
“M-maaf!? Bisa diulang?!!”
“Vira, jadilah Permaisuri untuk kekaisaranku! Perasaan ini, kekaguman akan kebijaksanaanmu menilai situasi, aku membutuhkanmu untuk menjadi pendampingku, Vira.”
Oke. Kumpulkan semua informasi yang ada, mengambil segelas air dan meminumnya, lalu duduk untuk memilih jawaban yang tepat.
Oke, akan kujawab… “Jadi begini, apa racun itu berefek merusak rasionalitas, Surtr?”
“Pfft! Hahahaa! Jawaban yang sangat pedas sekali, Vira!” Jawabnya sambil tertawa.
“Sudah pasti aku merespon seperti itu disituasi seperti ini! Dan lagi… dirimu seorang Kaisar?”
“Kalau iya, berarti kamu menerimanya?”
“Kapan aku bilang setuju!? Lagian seorang Kaisar di distrik gelap dan mabuk sendirian? Kalau begitu aku apa? Putri kerajaan yang kabur gitu?” Ketusku kecut.
“Sayang sekali, semua akan lebih mudah untukku kalau kamu bilang iya saja. Oke, akan kuceritakan kronologinya."
“Tidak ada yang memintamu bercerita.” Ucapku memijit kening kepala.
Namun cecunguk ini tetap bercerita sendiri meski aku telah menolak. Dimulai dari dirinya yang mendengar rumor ada distrik gelap di sini dan ingin memeriksanya secara langsung, maka dari itu dia berinisiatif pergi diam-diam dari pengawalnya. Dia menyamar sedemikian rupa, namun ceroboh meminum segelas arak yang Ia kira air di sebuah kedai. Jreng-jreng! Dia mabuk seketika. Saat itulah dia melihat ada pertandingan crotar dan ikut serta sebagai peserta, dan kebetulan juga aku adalah lawannya.
“Tcuih! Setelah itu kau hendak menebas gadis kecil yang tak bersenjatakan apa pun.” Sindirku dingin.
“Maaf-maaf, aku sudah bilang kalau aku mabuk bukan? Namun aku tetap percaya diri dengan kemampuanku dalam berpedang meskipun mabuk. Semua itu dipatahkan olehmu seorang, aku kagum kepadamu Vira! Sebentar, akan aku buka penyamaranku.” Jari telunjuknya mengeluarkan cahaya putih yang Ia gunakan untuk menulis beberapa huruf di udara. Tulisan–tulisan bersinar redup yang melayang-layang sebelum memutarinya dan masuk ke tubuh Surtr. Menimbulkan cahaya silau sesaat dan…
“Bagaimana dengan penampilanku sekarang?” Tanya dia ramah.
“K-kau…”
Rambut merah membara yang indah. Hijau gelap pupil yang menatap tajam. Perawakan seperti baru menginjak umur kepala dua. Atmosfer yang Ia berikan sekarang sangat berkharisma daripada yang sebelumnya. Tidak, mungkin yang sebelumnya memanglah palsu karena terasa dipaksakan.
“Apa yang kamu lakukan tadi? Dan tulisan-tulisan itu…”
“Ini adalah hasil penemuan di kekaisaran. Sistem-sistem yang… Ah? Mungkin meski kujelaskan kamu tidak akan paham. Intinya anggap saja ini adalah cabang kecil dari hasil sistem dunia. Namanya adalah HEIM.” Katanya mencoba sesingkat mungkin.
“Umh… Jadi seperti semacam sihir?” Tanyaku memastikan.
“Sihir? Apa itu?”
“Ehm… seperti suatu hal yang menciptakan, mengubah, atau memanggil sesuatu dengan kekuatan antah berantah yang tidak jelas?” Tebakku asal-asalan.
Ia terdiam…
“Mungkin yang kamu maksud itu adalah ‘MANA’, kekuatan kotor dari para pengikut ibylis. Tidak, HEIM tidak seperti MANA. Cara kerja keduanya saja sudah berbeda.” Jawab Surtr serius. Sepertinya dia tidak terima HEIM disamakan dengan sihir atau MANA.
Tunggu! Ibylis?
“Eng… kalau begitu boleh aku bertanya? Yang Mulia?”
“Surtr saja tidak apa.” Potongnya langsung.
“Kalau begitu Tuan Surtr, apakah MANA di sini adalah suatu hal terlarang?”
“Apa pun alasannya, MANA tidak boleh digunakan! Kebanyakan pengguna MANA adalah orang-orang yang tidak bisa menerima takdir, dan memilih jalan singkat. Apalagi mereka meminta bantuan para ibylis, kalau sumbernya saja salah maka selanjutnya akan tetap salah.” Jawab Surtr.
“Ibylis? Makhluk apa itu?” Tanyaku memancing. Karena pengucapannya hampir mirip dengan makhluk yang kutahu, apakah keduanya adalah makhluk yang sama?
“Kamu tidak tahu ibylis? Kamu tinggal di mana sebelumnya?” Tanya Surtr balik.
“Emm!? Err… hutan?”
“Pfft! Hahahaa!”
“Aku tidak berbohong! Aku sebelum sampai di sini memang tinggal di hutan. Lalu di sana aku bertemu dengan Pak Looqe, orang yang membantuku membawamu sebelumnya.” Jawabku bersikeras meyakinkan.
Eh? Tunggu dulu, sejak kapan aku mulai tenang ngobrol dengannya?
“Oke-oke, aku percaya. Tapi siapa nama orang tuamu sebelumnya? Pak Looqe? Looqe Ar Wooseman fi Oevin maksudmu? Bangsawan negara sebelah?” Tanya pria ini memastikan.
Aku jawab dengan anggukan pelan. Surtr menatap dengan tajam sesaat, lalu menutup matanya sambil menghela nafas. Oh?!! Ya ampun! Bagaimana bisa aku lupa, bukankah Pak Looqe bersitegang dengan penguasa kekaisaran! Lagi-lagi aku ceroboh!
“Apa yang dia lakukan di sini? Tanpa seorang pengawal pun.”
“P-pak Looqe hanya ingin pulang ke rumahnya. Sudah tiga bulan lebih kami berdua berjalan di hutan dan baru hari ini sampai di kota.” Jawabku seperlunya.
“Tiga bulan lebih? Maksudmu kamu menemaninya ke sini selama tiga bulan dari dalam hutan?”
“Kurang lebih, ya begitulah.” Aku mengangguk.
Surtr memegang dagunya dan memikirkan sesuatu. “Terus siapa berarti di balik pengkhianatan itu.”
“Hah? Pengkhianat?”
Cklek! Krieet…
Bunyi pintu ruangan kami terbuka, aku menoleh melihat Pak Looqe yang masuk sambil membawa sekeranjang makanan. Pak Looqe membuka tudung kepalanya dan menaruh hormat. “Selamat malam Yang Mulia Kaisar Surtr Vi Musplehein, bolehkah saya menceritakan pengalaman saya setelah perjanjian kita hari itu.”
Dung-dung-dung! Pihak ketiga masuk. Suasana canggung seketika. Kami bertiga diam selama beberapa detik tanpa ada yang memulai.
“Silahkan Pak Looqe.” Jawab Surtr memecah keheningan. Mereka berdua sepertinya memang saling kenal.
“Terima kasih, kalau begitu akan kumulai dari hari di mana aku pulang dari istana Emerald waktu itu…”
Pak Looqe bercerita kejadiannya sama persis seperti yang pernah Ia ceritakan padaku. Mulai dari ditusuk dari belakang, bertemu denganku di hutan, perjalanan kami, hingga bagaimana kami bertemu dengan Si Surtr. Di sisi lain aku menyiapkan makanan yang dibawa oleh Pak Looqe untuk makan malam. Beberapa buah-buahan, tiga roti gandum, dan beberapa tusuk daging bakar. Untuk dagingnya… sepertinya daging sapi atau rusa? Aman ‘kan? Bukan babi ‘kan?
“Aku mengerti situasinya. Kalau apa yang dikau katakan itu memang benar, berarti kita berdua adalah korban di sini. Bawahanmu dan saudara angkatku pasti bekerja sama dalam menjatuhkan kita.” Ucap Surtr.
“Maaf untuk ketidaknyamanan ini, padahal pihak kami yang pertama mengajukan perdamaian.” Kata Pak Looqe dengan raut muka menyesal.
“Tidak, aku pun salah. Seharusnya aku datang sendiri ke pertemuan itu, bukan mewakilkannya ke saudara angkatku.” Kata Surtr yang juga menyesal.
“Karena kalian sudah saling memahami, bagaimana kalau makan dulu? Ini aku sudah siapkan untuk kita bertiga.” Aku menyela pembicaaran berat mereka dan menaruh sebuah meja kecil di samping Surtr dan Pak Looqe sembari menghidangkan makan malam kami. “Tapi tidak kusangka, ternyata Surtr benar-benar seorang Kaisar. Maaf sebelumnya menganggap itu hanya khayalanmu.”
Surtr tersenyum tipis dan tiba-tiba mengelus kepalaku. “Ternyata kamu cukup kejam juga ya, Vira. Jadi bagaimana dengan permintaanku tadi? Diterima atau tidak?”
“Kamu serius tentang yang itu!?” Responku kaget, aku kira bagian itu adalah candaan.
“Tentu saja.” Jawab Surtr singkat, padat, dan jelas.
Aku menoleh meminta bantuan ke Pak Looqe yang malah membalas dengan pura-pura mengambil makanannya yang jatuh ke lantai. Pak tua sialan ini…
“Maaf sebelumnya Tua- Kaisar Surtr, kalau masalah itu lebih baik dibahas dengan waliku terlebih dahulu. Lagipula aku masih ada janji yang harus kutepati ke anak Pak Looqe.” Kataku sambil melirik ke Pak Looqe. Tentu saja dengan bibir menyengir. Enak saja dia mau lari dari masalah.
“Oh begitu.” Lalu Surtr melirik ke arah Pak Looqe.
Pak Looqe cuma bisa pasrah menuruti alur yang kuinginkan, dia menolak secara halus. Tapi… “Sebelumnya Vira memang sudah berjanji bertemu dengan anakku, dan itu berarti aku juga mewakilinya sebagai seorang wali. Namun mungkin 5 tahun lagi, aku bisa meminta Vira pergi kekaisaran sebagai pelajar sekaligus perwakilan teritorialku. Aku berharap dengan itu hubungan kerajaan kami dan kekaisaran anda akan bertambah erat, Kaisar. Bila saat itu tiba, aku akan menyerahkan semua keputusannya kembali ke Vira.” Ucapnya mencoba terdengar bijak.
Surtr terlihat mengangguk menyetujui usul Pak Looqe tersebut, bahkan ia berkata itu adalah usul yang bagus. Tapi tidak bagiku!
Arti seorang perwakilan teritorial/wilayah seorang bangsawan yang dikirim untuk menjaga hubungan dengan daerah lain, tidak lain tidak bukan adalah sebagai penjamin. Apalagi untuk dunia monarki seperti ini, yang paling sering digunakan adalah status pernikahan.
PERNIKAHAN!?
Aku melirik ke Pak Looqe dengan muka masam. Ia bahkan tidak berniat menyembunyikan muka menahan tawanya itu.
“Namun sekali lagi kutekankan kepada anda Kaisar Surtr, semua tetap Vira yang menentukan nanti. Jadi pada akhirnya semua kembali kepada seberapa seriusnya anda kepadanya.” Lanjut Pak Looqe.
Okelah, dia memang cukup baik tidak meninggalkanku saat ini ke Surtr, itu sudah cukup. Aku merasa sedikit lega, masalah lima tahun di balas nanti saja kalau tiba waktunya.
“Ngomong-ngomong Pak Looqe, bagaimana caramu pulang dan mengklaim lagi kekuasaanmu. Dari apa yang kau ceritakan, bukannya sudah pasti kalau bawahanmu itu mengambil alih selama tiga bulan ini? Apalagi dia yang merusak perjanjian kita.”
Untuk pertama kalinya aku melihat sisi Pak Looqe yang terlihat jenius sebagai penyusun rencana. Dia menjelaskan setiap poin dengan sangat cerdik sekali. “Setelah aku mengklaim lagi wilayahku, akan kubawa bawahanku itu ke hadapan pengadilan kerajaan.” Jawab Pak Looqe.
Seminggu pun berlalu. Kami berdua pergi mengantar Kaisar Surtr ke kota pelabuhan Atriane. Kota kedua terbesar dan teramai di kekaisaran Musplehein. Tempat di mana para ksatria kekaisaran tengah kalang-kabut mencari majikannya.
“Kaisar…!!!” Teriak seorang pria yang lari menghampiri Surtr.
“Loufrey, bagaima-”
Tak disangka pria yang bernama Loufrey itu malah mencengkram keras bahu Surtr dengan sedikit tersenyum gelap. “Kali ini ke mana lagi anda menyelinap pergi Ka-i-sar!?”
“Aduh-duh-duh! Maaf-maaf Loufrey, lain kali aku tidak akan menyelinap lagi.”
“Bulan lalu anda juga mengatakan hal yang sama, dan apa maksud dari balutan di tangan anda ini? Jangan bilang kalau anda terlibat duel jalanan lagi!?” Tanya Loufrey mengintrogasi.
“Ma-maaf oke, aduh-duh… akan kujelaskan semuanya nanti!”
“Baiklah kalau begitu, ngomong-ngomong siapa mereka berdua. Anak dan aya-” Tanpa peringatan Loufrey menghunuskan pedangnya ke leher Pak Looqe. “Mau apa kau di sini?!”
Tanpa bicara aku juga melangkah ke belakang Loufrey dan menghunuskan pedang pendekku ke perut kirinya. Ke bagian sela zirahnya yang terbuka.
“Vira?” Kata Surtr yang menyadariku pertama kali.
“Sejak kapan kau!?” Respon Loufrey terkejut.
“Mari kita lihat siapa yang lebih cepat, sabetanmu atau tusuk-”
“Hentikan Loufrey!”
“Berhenti Vira!”
Deg…
Kaisar Surtr dan Pak Looqe bebarengan menyuruh kami mundur perlahan. Aku menatap kosong kedua tanganku. Sejak kapan aku seperti ini? Kenapa aku dengan mudahnya hendak mencabut nyawa seseorang?
“Untuk sekarang mari kita masuk ke istana dulu, akan kujelaskan semua di sana. Ini peringatanku untuk kalian semua, jangan sampai melukai dua orang ini! Mereka adalah tamu kehormatanku!” Kata Kaisar Surtr menunjuk aku dan Pak Looqe.
Meski tidak suka dengan perintah yang didapat, tapi para ksatria itu tetap menjunjung tinggi titah Sang Kaisar daripada sekedar kepuasan emosi.
Rombongan ini mengantar sepanjang jalan utama kota pelabuhan. Aku dan Pak Looqe berada dalam satu kereta yang sama dengan Kaisar Surtr dan Loufrey. Kendaraan paling eksklusif dan di tengah-tengah pawai.
Aku satu-dua kali melirik-lirik ke sekeliling ruangan dalam kendaraan, atribut dan suasananya tidak terasa seperti kereta-kereta kerajaan kuno yang kutahu. Malah lebih ke arah fantasi-modern? Kendaraan yang berjalan sendiri tanpa ditarik kuda, bola putih yang memancarkan cahaya remang, dan kotak pendingin udara di langit-langit kereta. Aku sempat takjub karena beberapa hal di kereta ini sedikit mirip dengan kendaraan di duniaku sebelumnya.
“Yang Mulia Kaisar, mungkin sekarang adalah waktu yang pas untuk menjelaskan apa yang terjadi.” Ucap Loufrey memulai pembicaraan.
Surtr menoleh ke Pak Looqe dan mempersilahkan dia bercerita dulu.
“Ceritakanlah Pak Looqe.”
Pak Looqe mengangguk dan mulai bercerita. Akhirnya Loufrey memahami apa yang sebenarnya terjadi. Beruntung tadi aku tidak sampai… ah, lupakan saja sudah.
“Aku tidak mengira itu yang terjadi, atas kehormatanku sebagai ksatria kekaisaran, aku minta maaf sebesar-besarnya, Pak Looqe.” Sahut Loufrey sambil membungkuk.
Untunglah semua berakhir dengan baik kali ini, tidak perlu ada pertikaian yang tidak penting. Loufrey menawarkan diri untuk mengurus masalah saudara angkat Surtr. Sang Kaisar mengangguk setuju. Sepertinya sosok Loufrey sangat dipercayai oleh Surtr.
“Untuk anda Pak Looqe, aku akan memberikan setidaknya lima orang yang menjadi pengawal. Kemampuan mereka sudah kujamin atas namaku sendiri.” Ucap Surtr.
“Terima kasih Kaisar Surtr.” Jawab Pak Looqe.
“Terakhir untuk Vira.” Surtr menoleh ke arahku. Ia tersenyum tipis dan berkata. “Jaga Ayahmu ya, aku percaya kepadamu.”
Pak Looqe sebenarnya bukan Ayahku sih, tapi… Ya sudahlah. “Tentu Kaisar Surtr.” Jawabku menaruh hormat.
Seharian itu aku dan Pak Looqe beristirahat di istana sesuai arahan Kaisar Surtr. Kami diberi makan dan beberapa pasang pakaian. Khusus untukku… “Sebuah gaun?”
“Kamu tidak suka desainnya?” Tanya Pak Looqe.
“Bukan itu sih, tapi lebih tepatnya aku tidak suka karena tidak bisa leluasa bergerak.”
Apalagi dengan desain yang bagus ini, jadi semakin sayang bila gaun ini rusak nanti.
Lewat semalam kemudian, kami segera berangkat untuk pulang agar keadaan tidak semakin buruk. Kaisar Surtr, Loufrey, beserta rombongan ksatria berangkat untuk menangkap saudara angkat Kaisar. Sedangkan aku, Pak Looqe, dan lima orang suruhan Kaisar berangkat ke kediaman Pak Looqe.
“Tunggu Vira!”
Aku seketika berhenti sesaat dan batal menaiki kereta kuda. Surtr berjalan menghampiri kami tanpa memperdulikan kerumunan warga yang mengucapkan selamat tinggal dari dalam kota. Ia menunduk dan membuka tudung kepalaku, mengalungiku dengan tangannya erat-erat.
“AP-APA!? S-SURTR?!”
“Tebakanku benar, benda itu memang cocok denganmu.” Serunya senang.
Aku melirik sekilas benda apa yang dimaksud Surtr, benda yang bewarna perak dengan sebuah batu kuning cerah sebagai hiasannya.
“Kalung?” Gumamku.
“Aku berikan itu kepadamu Vira, berhati-hatilah di jalan nanti. Sampai jumpa lagi Tuan Putriku.” Ia menyibakkan rambutku yang sejenak dan langsung mencium dahiku. Pria itu pergi dengan melambaikan tangan memasang muka senang.
Aku berdiri terpaku melamun. Sebelum tersadar dan tiba-tiba sudah ada di dalam kereta kuda saja. A-apa yang terjadi tadi?
“Dasar anak muda.” Pak Looqe menggeleng nyengir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments