Bab 3
Luna berlari sekuat tenaga keluar dari perpustakaan. Jalan yang dekat terasa sangat jauh baginya karena dia berlari hampir setengah sadar dan tidak sadar. Ryu langsung berlari menyusul Luna setelah tau kalau Luna tiba tiba pergi berlari begitu saja keluar dari perpustakaan.
"Luna!" terikan Ryu sama sekali tak di dengar Luna yang ketakutan karena dia melihat gadis bergaun merah itu terus mengikutinya dari belakang.
Di luar langit terlihat gelap karena hujan sepertinya akaan turun. Dengan membabi buta, Luna berlari dan dia tak menyadari jika Kira kakaknya sudah ada di depan gerbang menunggunya.
Tanpa melihat Keberadan Kira, Luna terus berlari dan akan menyebrang jalan yang terdapat banyak kendaraan yang melintas.
Kira yang melihat keanehan dari adiknya itu langsung menyusul Luna dan menarik tangan Luna.
GREB...
Kira menarik tangan Luna yang hampir saja menyebrang jalan dan tertabrak mobil besar yang akan lewat.
"Luna!" Panggil Kira.
lLangkah Luna terhenti dan tiba tiba..
Brukkk..
Luna kembali tak sadarkan diri, untung saja dengan sigap Kira langung menangkap tubuh Luna hingga tidak sampai jatuh ke jalan lalu Ryu pun datang membantu.
****
"Apa yang terjadi?" tanya Saga sambil menatap Luna yang masih terbaring tak sadarkan diri di tempat tidurnya.
Kira tak menjawab dan malah menatap Ryu untuk menjelaskan.
"Ah,,itu..." Ryu gelagapan karena kedua kakak Luna menatapnya dengan serius menunggu jawabannya.
Ryu mulai menjelaskan apa yang terjadi tadi pagi sampai di perpustakaan. Ryu sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, yang dia tau jika Luna mungkin sedang sakit makanya bisa sampai pingsan.
Saga menghela nafas dan mendekati Luna perlahan lahan, Saga menempelkan tangan kanan di dahi Luna lalu menutup mata. Kira dan Ryu memperhatikan dengan seksama, lalu tak berapa lama Lunaa pun membuka matanya.
"Kak Saga." panggilnya setelah melihat wajah kakaknya di sampingnya.
"Kau sudah mersa baikan?" tanya Saga.
Luna mengangguk dan berusaha untuk duduk.
"Ryu?" Luna melihat Ryu yang ternyata masih ada bersamanya.
"Apa kau baik baik saja sekarang?" tanya Ryu.
Luna pun mengangguk pelan.
"Aku baik baik saja, hanya kepala ku masih agak pusing." kata Luna.
"Biar aku buatkan teh hangat ." kata Saga sambil berlalu pergi.
Kira bersandar di tembok sambil melipat kedua tangan di dada, dia menatap ke arah Ryu yang sepertinya sedang serba salah antara khawatir dan malu berada dirumah Luna bersama kakak kakaknya.
"Kalau...kau sudah merasa baikan, sebaiknya aku pulang supaya kau bisa istirahat." kata Kira.
Luna mengangguk dan Ryu pun pamitan pada Kira dan pergi meninggalkan rumah Luna. Sebenarnya perasaan Ryu sudah tak karuan, walaupun dia dan Luna teman semenjak kecil, namun Ryu menyadari perasaannya saat ini pada Luna dan itu sudah sangat sulit untuk dia sembunyikan sekarang. Ryu ingin segera pergi dari rumah Luna karena tidak ingin jika kakak Luna menyadarinya.
Saga datang dengan segelas teh hangat di tangannya daan langsung memberikannya pada Luna.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Saga.
Luna terdiam sejenak,melihat ke arah kedua
.
"Aku di ikuti seorang gadis bergaun merah. Karena kaget setengah mati makanya sampai tak ingat apapun lagi tadi." jelas Luna.
"Gadis bergaun merah?" tanya Saga.
"Lalu kenapa tadi kau berlari seperti orang gila? hampir saja tertabrak mobil." kata Kira.
"Memang kaka tidak lihat ? tadi dia mengikutiku dengan wajah menyeramkan. Hiiiii.." Luna bergidik saat membayangkan kembali wajah Makhluk halus tadi.
"Apa iya? Kok aku tidak lihat apa apa." Ucap Kira.
"Masa aku bohong , kak?!" berontak Luna.
"Ya, aku percaya " jawab Saga sambil melirik tajam ke arah Kira.
Kira memanyunkan Bibirnya lalu pergi dari kamar. Dia tau jika kakaknya ingin dia diam dan tidak menggoda adiknya terus.
"Luna." Saga mengusap rambut Luna dengan lembut.
"Kakak tau ini berat dan menakutkan buatmu, tapi kau harus bertahan dan harus kuat. Mungkin ada sebab kenapa kau bisa melihat makhluk halus seperti ini."jelas Saga.
" Aku tau, Kak. Hanya aku kaget saja." jawab Luna.
"Nanti kau akan terbiasa. Dulu aku dan Kira juga seperti itu, awalnya takut tapi lama kelamaan jadi terbiasa." ucap Saga dengan senyuman lembut .
"Pelan pelan saja. Kau mengerti?" Saga meyakinkan Luna.
Luna mengangguk sambil tersipu. Saga adalah kakaknya yang paling lembut dan penuh kasih sayang walaupun dia memang yang paling tegas dan harus sesuai peraturan jika ingin melakukan apapun.
"Mana Ryu?" tanya Saga.
"Pulang.' jawab Luna singkat.
"Buru buru sekali."
"Ya sudah istirahat saja." Saga mengusap kepala Luna lalu keluar dari kamar Luna.
****
Dalam gelap dan hanya sesekali di terangi oleh kilat, seorang wanita bergaun merah berlari dengan ketakutan dan sambil melihat ke belakang. Wajah gadis itu sudah di penuhi darah dan beberapa memar yang terlihat di bibir dan pipinya.
Dia terus berlari dan menghindari kejaran dari seorang pria yang tak terlihat wajahnya. Pria itu terus mengejarnya sambil membawa sebuah pisau bedah di tangannya yang ada bercak darah disana.
"Tolooong..!!!' teriak si gadis dalam ketakutannya.
Dia berlari menyusuri lorong yang ternyata adalah lorong sekolah dan menuruni tangga, sesekali dia terjatuh dan langsung kembali bangkit dan kembali berlari walaupun tubuhnya sudah terasa sangat lemah karena menahan sakit di tubuhnya.
Si Pria terus mengejar walaupun dengan langkah pelan namun pasti dan penuh percaya diri. Si gadis berada di pintu depan da hendak membuka pintu kaca namun ternyata pintu itu terkunci.
"Tolong..Tolong aku!!!" teriaknya sambil menggedor gedor pintu namun tetap tak terbuka.
"Hahahahaha,,sekuat apapun kau berteriak, tak akan ada yang mendengarmu, Jenny"
Ucapan si pria membuta Jenny terkejut.
"Kenapa kau lakukan ini padaku?' tanya Jenny sambil menangis.
"Lepaskan aku. Aku janji tidak akan memberitahukan tentang mu dan kehamilanku." Jenny menangis
"Kau pikir aku percaya?" tanya si Pria dengan langkah yang semakin mendekati Jenny.
"Kyaaaaa...
Jenny berteriak kesakitan saat si pria menarik rambutnya dan menyeret tubuh Jenny.
DUUUAAAARRRR..
Kilat menyambar dan sekilas terlihat wajah si pria namun tak terlihat dengan jelas. Si Pria terus menyeret Jenny hingga ke lantai atas dan masuk ke ruangan yang bertuliskan " Klinik "
Kyaaaaaaa.....
Teriakan menyayat Jenny di iringi dengan kilat yang begitu besar dan langsung membangunkan Luna yang tertidur.
Mata Luna terbelalak karena saat dia terbangun dari mimpi buruknya, di atas tubuhnya melayang sesosok gadis bergaun merah dengan wajah yang penuh darah an sebelah mata yang bolong, darah yang menetes dari wajah gadis itu menetes tepat di pipi Luna.
"Kakak!!!" Luna berteriak sekuat tenaga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
kalo aku judi luna juga pasti ga bakalan sanggup lihat makhluk2 yang menyeramkan.
2024-03-22
0