Setelah di ajak keliling rumah yang menghabiskan waktu sekitar 30 menit, Aila akhirnya kelelahan.
Pelayan yang menyadari hal tersebut langsung menawarkan Aila untuk duduk di kursi yang terdapat di taman, sementara dirinya mengambilkan minuman dan cemilan.
"Aku kira dia bukan tipe yang suka rumah nya di hiasi bunga-bungaan. Sedikit terkejut." Ucap Aila dengan pandangan yang menyebar melihat hamparan bunga yang luas.
Tidak lama kemudian, pelayan yang menemani Aila tadi kembali dengan membawa nampan berisikan jus jeruk dan cemilan kering.
"Nyonya muda, silakan." Pelayan tersebut meletakkan makanan nya di meja dan langsung berdiri di sisi Aila.
Kedua nya sama-sama diam sampai Aila merasa bahwa detak jantung nya saat ini bisa terdengar dengan jelas.
"Hmm anu, apa saya boleh bertanya." Tanya Aila dengan sopan.
Mendengar nada bicara Aila yang seperti itu si pelayan terkejut.
"Iya nyonya muda. Anda boleh bertanya apa saja dan meminta apapun, anda juga tidak perlu terlalu sopan karena saya seorang pelayan." Pelayan tersebut membungkuk saat mengatakan itu, seolah dia merasa tidak pantas di perlakukan dengan hormat.
"Ehh..hmm tolong jangan seperti ini. Itu..saya bukan orang yang kurang ajar yang akan bersikap semena-mena hanya karena dia seorang pelayan, saat mereka melayani dengan baik dan jujur maka saya akan menghormati mereka, namun jika mereka berbuat tidak sepantasnya maka saya tidak bisa menerima itu. Itu ajaran ayah, haha." Gelak Aila.
Namun di saat bersamaan Aila tidak sadar bahwa air mata nya menetes.
"Eh." Aila dan pelayan itu sama-sama terkejut.
"Nyo..nyonya muda, anda kenapa? Apa anda sakit." Tanya pelayan itu dengan cemas.
"Hehe, tidak apa-apa. Ini tidak akan lama."
"Oh ya, kau bilang aku boleh minta apapun kan." Tanya Aila sambil memakan cemilan nya seperti anak kecil.
"Iya nyonya muda. Silakan sampaikan permintaan anda."
"Kalau begitu aku mau kau duduk disamping ku dan menjadi teman ku disini. Mau kan." Tanya Aila.
Pelayan tersebut terkejut untuk kedua kali nya. Pasal nya dia tidak pernah di minta hal seperti ini.
"Te..teman? Tapi nyonya muda, anda tidak seharusnya berteman dengan seorang pelayan. Bagaimana jika teman-teman anda menjauh karena tau anda bergaul dengan pelayan."
"Berarti mereka bukan teman. Karena teman itu tidak melihat apa yang kita punya, tapi memang secara sukarela berteman agar tidak kesepian, ya kan." Si pelayan tersebut melihat Aila dengan tatapan bingung, namun terkesan.
"Aku memang tidak pandai merangkai kata, tapi aku harap kau paham yang aku maksud, haha."
Melihat Aila tertawa, si pelayan pun ikut senyum.
Angin sejuk menyisir bunga di taman tersebut sehingga ada beberapa kelopak bunga yang lepas.
"Waah indah sekali." Gumam Aila.
"Oh ya nama mu siapa." Tanya Aila.
"Nama saya Rina, nyonya muda." Jawab pelayan itu sambil menunduk.
"Rina, apa tuan muda Egi itu sangat menyukai bunga sampai membuat taman besar seperti ini."
Pertanyaan Aila membuat si pelayan gusar. Dia ragu untuk menjawab bagaimana.
"Ehmm itu.."
"Nyonya muda." Panggil kepala pelayan.
"Kamar nya sudah di tata ulang, silahkan nyonya muda beristirahat." Ucap kepala pelayan.
"Benarkah?. Kebetulan saya juga sudah kelelahan dan ingin tidur sebentar. Rina, kita lanjutkan besok, ya. Terima kasih sudah mau menjadi teman pertama disini."
Aila menepuk ringan bahu Rina yang membungkuk rendah di hadapan nya.
"Apa yang kalian bicarakan sampai nyonya muda menganggap mu sebagai teman." Tanya kepala pelayan dengan berbisik saat Aila berjalan di depan mereka.
"Oh bukan pembicaraan yang penting, kepala pelayan. Hanya saja beliau ingin memiliki teman yang bisa mendengar dan di ajak berbicara dengan tulus. Mungkin selama ini beliau bersama dengan orang-orang yang memiliki 2 muka." Jelas Pelayan Rina.
"Hmm, begitulah dunia orang-orang konglomerat. Entah suka atau tidak mereka harus mau berhubungan dengan orang-orang yang seperti itu." Kepala pelayan melihat Aila dengan tatapan sayu namun tegas karena beliau seperti melihat Aila sebagai cucu nya.
"Oh ya, anu kepala pelayan, tadi nyonya muda bertanya soal taman bunga."
"Lalu apa kau menjawab pertanyaan nya." Tanya kepala pelayan.
"Tidak, saya di selamatkan oleh anda kepala pelayan. Anda tiba di saat yang tepat." Seringai Pelayan Rina.
"Bagus, karena untuk sekarang aku juga bahkan belum tau bagaimana menjawab pertanyaan itu agar bisa diterima oleh nyonya muda. Tapi hal ini tidak bisa disembunyikan lebih lama lagi, karena tempat itu sangat mencolok dibandingkan kepribadian tuan muda sendiri.
Jika nyonya muda ke tempat itu lagi dan bertanya bilang saja "saya tidak memiliki kewajiban menjawab hal itu", mengerti kan." Jelas kepala pelayan dan di angguki beberapa pelayan yang mengikuti nya.
Akhirnya Aila masuk ke kamar nya dan benar-benar di tata ulang. Penampakan mengerikan yang belum lama dia lihat tadi sudah tidak ada dan tidak berjejak.
"Selamat istirahat nyonya muda."
Kepala pelayan dan bawahan nya tersenyum dan membungkuk rendah sebelum Aila menutup pintu nya.
Setelah pintu tertutup, Aila berbalik dan melihat ranjang besar yang sangat luas.
"Waahhh..." Di dalam hati nya Aila histeris karena bisa berbaring lagi dan saat merebahkan diri, Aila juga merasa ketegangan di punggung nya sudah membaik.
"Ini akibatnya kalau terlalu lama duduk." Aila melihat ke langit-langit kamar dan terus berguling ke sana kesini menjelajahi permukaan ranjang.
"Huaa, aku lelah sekali. Padahal tidak bekerja sama sekali. Hmmmm lebih baik aku tidur dulu saja. Aku ingin beradaptasi dengan kamar ini dulu agar nanti malam bisa tidur cepat dan tidak bangun karena gangguan apapun." Aila memposisikan dirinya dengan benar dan tak menunggu lama dia benar-benar langsung terlelap, karena memang dia sudah kelelahan.
.
Tok..tok..tok
Kepala Pelayan datang ke ruang kerja Egi dan memberitahu kalau Aila sudah beristirahat di kamar mereka.
"Kamar nya memang sudah baru semua iya kan." Tanya Egi lagi tidak percaya.
"Iya, Tuan Muda. Nyonya muda juga sudah tidur nyaman di kamar nya."
"Hmm ya baiklah, kau boleh pergi."
Kepala pelayan membungkuk hormat sebelum dia meninggalkan ruang kerja Egi.
"Waah gadis itu, apa memang dia tidak terlalu memikirkannya. Bisa-bisa nya dia sudah tidur pulas di siang hari begini."
"..."
Ruang kerja sunyi karena tidak ada satupun yang berbicara.
"Hei, kenapa kau diam. Biasanya kau cerewet." Gerutu Egi.
"Tadi tuan muda marah saat saya terlalu ikut campur, maka nya saya diam saja." Jawab Sekretaris dengan tampang polos nya.
"Sudahlah, sekarang aku ingin mendengar pendapat mu mengenai Aila.
"Hmm menurut saya karena pemikiran beliau belum terlalu sejalan dengan anda tuan muda, dan kebetulan memang hari ini kalian berdua melakukan berbagai pekerjaan saat mendaftar pernikahan tadi itu sebabnya beliau kelelahan." Jelas Sekretaris.
"Hei, apa maksud kalimat pertama mu tadi pemikiran nya tidak sejalan dengan ku, memangnya pemikiran ku bagaimana." Tanya Egi kesal sambil bingung.
"Hm? Anda memang tidak tau atau perlu saya menyadarkan anda, tuan muda."
"Memangnya begitu ya, apa karena usia nya belum terlalu dewasa." Tanya Egi pada dirinya sendiri.
Karena itu kenapa anda ingin menikahi nona Aila di bandingkan nona Airis. Dasar tuan muda. Sekretaris Arya
------------------------------------------------------------------------
...Jangan lupa Subscribe, Komen dan Like nya gaiss 😉...
...Support kalian buat author buat rajin update ...
...😁...
...Happy reading...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments