My New Life

Cuaca di pagi hari ini sangat bagus dengan langit nya yang berwarna biru. Burung terbang kesana kemari dan di jalan raya juga sudah ramai lalu lalang kendaraan melintas.

Semua orang melakukan rutinitas biasa mereka.

Dan sekarang di rumah besar lainnya berdiri seorang gadis dengan membawa beberapa koper dengan ekspresi yang sulit untuk di baca.

Serius!!!

Ini..apakah ini nyata.

Mau bagaimana pun aku tidak mengira akan menikah lebih dulu dari kakak. Aila.

Aila terlihat kebingungan saat dia baru sampai di kediaman Egi Davidson. Walaupun ini bukan rumah utama nya keluarga Davidson, tapi ternyata rumah nya Egi Davidson juga tidak kalah besar nya.

Setelah semua urusan pernikahan mereka selesai, Egi langsung meminta Aila untuk tinggal bersama dengan nya. Karena memang ini tiba-tiba, ayah Aila terlihat berat untuk melepaskan anak bungsu nya itu.

Aila juga sempat rasa nya ingin menangis karena sekarang dia sudah menikah dan harus hidup bersama sang suami nya.

Walaupun begitu, keluarga Aila tetap membuka pintu rumah mereka dengan lebar.  Jikalau Aila atau pasangan ini ingin tinggal disana.

Saat perjalanan tadi, Aila hanya diam saat penampakan kediaman nya semakin menjauh.

"Nona." Panggil sekretaris Egi

"Ya?." Jawab Aila dengan cepat, terlihat bahwa dia sepertinya sedikit gugup.

"Anda tidak perlu terlalu formal dengan saya, nona oh maaf nyonya Aila. Jika anda butuh bantuan bilang saja, saya juga akan berusaha membantu." Sekretaris Egi menawarkan bantuan nya dengan senang hati dan dengan wajah yang hampir membuat Aila meleleh.

"Oi, kau itu sekretaris ku, bukan dia."

Egi tiba-tiba datang di antara Aila dan si sekretaris.

"Kenapa kalian berbincang di luar bukannya masuk ke rumah, hmph." Ucap Egi dengan wajah arogan dan melangkah masuk ke rumah nya.

Tak lama pintu di buka terlihat sosok pak tua yang dengan senyum lembut di balik kumis putih nya sambil melihat ke arah Aila.

"Selamat datang, tuan muda. Apa ini nyonya muda seperti yang anda katakan kemarin." Tanya pak tua tersebut.

"Iya. Perlakukan dia dengan hormat dan turuti semua apa yang dia mau."

Egi melihat Aila yang seperti nya minta penjelasan tentang siapa beliau ini.

"Perkenalkan dia adalah kepala pelayan disini nama nya Robert. Jika kamu butuh sesuatu terkait hal di rumah ini tanyakan saja pada nya."

Aila setengah menunduk tanda menghormati orang tua tersebut dan begitupun Pak Robert membalas nya dengan membungkuk sambil tersenyum hangat.

"Pak, apa semua nya sudah selesai disiapkan." Tanya Egi lagi sambil melihat ke atas yang seperti sebuah kamar.

"Semua nya sudah beres, tuan muda." Ucap Pak Robert dengan tata krama yang bagus, walaupun Aila juga pernah melihat di kediaman nya.

"Bagus. Dan minta pelayan wanita untuk membawakan barang-barang nya." Egi melihat koper Aila yang lumayan banyak.

"Baik, tuan muda." Jawab Pak Robert.

"Ayo kita ke atas." Ajak Egi.

Aila mengikuti Egi dari belakang, mata nya menjelajahi ruangan yang ada di rumah besar ini.

Dan kemudian mereka pun berhenti di sebuah pintu besar.

Egi membuka pintu tersebut dan betapa terkejutnya mereka melihat isi di dalam nya.

Eeeep

Hiii..astaga aku merinding. Aila.

Sementara si sekretaris nampak hanya bisa menahan tawa saat melihat tuan muda nya yang ikut terkejut melihat tampilan ranjang yang 'luar biasa' spektakuler.

Ha..hahahaha

Pak Robert memang luar biasa, hahha.. Sekretaris.

"Pakkk..Pak Robert." Panggil Egi dengan keras, dan tak menunggu lama kepala pelayan tersebut langsung datang.

"Ada apa, tuan muda." Tanya Pak Robert dengan ekspresi polos.

"Apa-apaan hiasan ini. Bunga dimana-mana, ranjang dengan sprei merah muda? Terus ini.. apa itu bentuk hati." Gerutu Egi sambil menunjuk permukaan ranjang nya.

Bagian bentuk hati itu memang menyeramkan. Aila.

"Ehh bukan nya tuan muda sendiri yang meminta untuk menyiapkan kamar terbaik saat sudah menikah. Tuan muda juga yang memberi gambaran seperti ini iya kan." Jelas Pak Robert.

"Haa? Kapan aku bilang aku ingin kamar berhantu seperti ini." Tanya Egi lagi yang seperti nya lupa atau bingung karena tidak pernah meminta yang seperti ini.

"Oh, itu waktu anda masih kecil, hmm kira-kira di umur 8 tahun. Anda meminta karena melihat foto saat orang tua anda di kamar pengantin mereka." Kepala pelayan itu menjelaskan dengan perasaan yang senang, sementara Egi menahan rasa malu karena Aila yang mendengar masa kecil nya seperti itu.

"Ayah itu memang berlebihan." Gumam Egi dengan perasaan kesal.

"Bereskan ini lagi, jangan buat seperti kamar yang di hantui setan penggila cinta. Cukup biasa saja, mengerti."

" Tapi tuan muda, bukan nya nyonya muda sudah kelelahan. Bagaimana kalau besok saja ganti nya." Kepala pelayan, Egi dan sekretaris nya melihat Aila bersamaan.

"Aah, tidak apa-apa. Saya tidak terlalu, dan kalau boleh jujur saya juga tidak nyaman jika tidur di hamparan bunga seperti itu, hehe." Terus terang Aila saat ini ingin menjauh dari kamar ini sampai keadaan nya normal kembali.

"Kau dengar, dia saja tidak mau." Gerutu Egi.

Kepala pelayan tersebut langsung menurut dengan wajah yang sedih.

"Baik, tuan muda dan nyonya muda. Akan kami bereskan ini lagi dan akan selesai sebelum waktu makan siang." Pak Robert kembali dalam keadaan siaga dan pelayanan yang lembut.

Beliau memanggil beberapa pelayan dan satu pelayan wanita.

"Kamu bawa nyonya muda jalan-jalan, perkenalkan dia dengan seisi rumah ini." Perintah Pak Robert pada bawahan nya.

"Baik, tuan." Pelayan tersebut menurut dan membungkuk hormat di depan Aila.

"Mari nyonya muda." Ajak pelayan dengan tubuh mungil tersebut.

"Hmm.. kalau begitu saya pergi dulu." Aila berpamitan dan mengikuti kemana pelayan nya pergi.

Ketiga pria tersebut hanya melihat sampai Aila keluar dari rumah.

"Hei, menurut kalian bukankah dia terlalu sopan untuk seorang gadis remaja dengan status tinggi. Maksud nya, kebanyakan gadis atau wanita dengan status tinggi bahkan sangat jarang menghormati pelayan." Jelas Egi merasa heran.

Sementara sekretaris dan kepala pelayan nya tidak terlalu, hanya saja mereka mendua sama-sama mendelik dengan orang yang mereka layani.

"Yaaah anda saja yang kurang beruntung selalu bertemu dengan wanita yang keras kepala, tuan muda." Sarkas si sekretaris dan di angguki Pak Robert.

Egi merasa kesal karena dia di pojokan.

"Hmpp, memang apa beda nya. Setiap wanita yang aku temui selalu mudah di taklukan jika dengan harta." Ucap Egi dengan sombong.

Dan lagi-lagi sekretaris nya menjawab.

"Tapi tuan muda, nyonya Aila juga berasal dari keluarga yang..."

"Aaargh kau banyak bicara sekarang ya." Potong Egi cepat.

"Maaf, tuan muda." Sekretaris nya langsung membungkuk meminta maaf atas kelancangan nya.

"Sekarang bereskan ini dengan cepat, aku ingin ke ruang kerja." Ucap Egi dan meninggalkan kamar nya.

Di belakang Egi, si sekretaris dan kepala pelayan tampak menyeringai, karena mereka berhasil memojokkan Egi.

Haha...

Saya sangat penasaran dengan apa yang akan terjadi mulai sekarang.

Entah itu tuan muda ataupun nyonya muda, siapa yang akan lebih dulu menyatakan perasaan nya, hahaha. Sekretaris.

"Kenapa kau senyum-senyum begitu." Tanya Egi saat melihat sekretaris nya.

"Oh, hehe. Bukan apa-apa, tuan muda." Jawab si sekretaris sambil senyam senyum dan bersenandung ringan.

------------------------------------------------------------------------

...Jangan lupa Subscribe, Komen dan Like nya gaiss 😉...

...Support kalian buat author buat rajin update ...

...😁...

...Happy reading...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!