"Kamu salah aku nggak suka sama dia"
Chacha melangkah cepat meninggalkan Ben yang tersenyum melihat wajah Chacha yang menahan malu.
"Iya udah kalo emang nggak. Maaf aku uda salah tebak" Ben berhasil mensejajari langkah Chacha. Ia menarik tangan gadis itu saat ia akan berbelok Ben sama sekali tak mempedulikan tatapan protesnya, Ben mengajak Chacha duduk di bangku yang belum terisi mahasiswa.
"Mau makan apa?"
Tanya Ben dengan senyum tulus pada Chacha
"Mie ayam" Jawab Chacha singkat, Ben segera menuju penjual mie ayam untuk memesan 2 porsi. Ia kembali menuju Chacha.
"Kamu nggak punya teman Cha? aku lihat kamu selalu aja sendiri"
"Iya nggak ada"
"Kamu terlalu kaku Cha, nggak kesepian?"
"Nggak, aku malah suka. Nggak nambah beban" Jawab Chacha cuek.
"Apa kita bisa berteman?" Tawar Ben
"Aku nggak tau maksud kamu apa tiba-tiba datengin aku. Biasanya orang-orang menganggap aku makhluk tak kasat mata. Kayak aku tu antara ada dan tiada. Tapi aku suka" Ucap Chacha tersenyum getir
"Tapi kita tu manusia Cha, makhluk sosial yang nggak bisa hidup sendiri. Kenapa nggak coba membuka diri"
"Aku bisa kok, sejauh ini aku baik-baik aja meskipun nggak punya teman"
"Tapi kamu nggak bisa mengingkari kodrat sebagai manusia yang butuh orang lain. Buktinya kamu bisa suka sama Zacky itu salah satu bukti bahwa kita juga butuh orang lain, butuh mencintai dan dicintai"
"Tapi aku nggak mengharap timbal balik. Aku juga nggak mengganggu dia dengan perasaan aku." Chacha tanpa sadar mengakui perasaannya terhadap Zacky pada Ben. Chacha menutup mulutnya dengan mata membulat saat melihat Ben tertawa mendengar pengakuannya.
"Tenang aja, aku nggak akan bilang Zacky kok"
Mereka diam beberapa saat ketika pesanan mie ayam mereka dihidangkan.
" Tadi kamu bilang Kak Zacky uda tau"
Cebik Chacha.
"Yah hanya dari tatapan mata kamu, bukan dari bibir kamu" jawab Ben santai.
Chacha memilih tak menanggapi ucapan Ben. Ia menikmati mie ayam miliknya.
"Jadi mulai sekarang kita berteman ya? kita harus merayakan ini. Aku merasa terhormat bisa menjadi teman pertama kamu"
Chacha menatap Ben, mata itu terlihat berbinar penuh pengharapan. Chacha menyadari dirinya masih memiliki hati karena ia tak tega untuk menolak Ben.
"Iya kita berteman" Ucap Bella sambil tersenyum tipis. Sementara Ben tersenyum lebar atas jawaban Chacha.
****
"Ayolah Cha, pulang bareng aku ya" Ben terus membujuk Chacha yang kukuh pada pendiriannya untuk pulang sendiri. Zacky sendiri menatap jengah pada keduanya, pria itu menyandarkan tubuhnya di mobil
"Lu mau bareng gue atau nggak Ben, kalo nggak gue cabut sekarang"
Ucap Zacky dengan menahan kesal.
"Bentar Zack, gue bujukin Chacha dulu"
"Nggak usah dipaksa kalau dia nggak mau Ben. Lagian sok-sok an ngajakin pulang bareng, lu aja numpang"
Ucap Zacky sinis. Bukannya tersinggung Ben malah terbahak. Ia dan Zacky sudah bersahabat lama, bukan hal yang aneh saat mereka saling mengejek.
"Awas ya kalo mobil gue uda bener dan mobil lu yang ke bengkel, nggak akan gue kasih tumpangan buat elu"
"Ya udah gue cabut sekarang" Zacky akan membuka pintu mobilnya namun Ben menarik tangan Zacky.
"Ayolah Cha pokoknya harus pulang bareng aku"
Ben menarik tubuh Chacha dan membuka pintu bagian depan mobil Zacky dan mendorong gadis itu untuk masuk.
"Eh kenapa dia di depan? lu yang bawa mobil"
Zacky akan melemparkan kunci mobilnya namun Ben menolak.
"Elu aja" Ben membuka pintu belakang dan masuk.
"Ben, aku mau pulang sendiri"
Chacha akan membuka pintu mobil namun Zacky sudah masuk dan mengunci pintunya.
"Nggak usah bacot, ikut aja"
Ucap Zacky dingin, Chacha terdiam tak berkutik. Tubuh nya bergetar posisinya dan Zacky begitu dekat. dalam hati ia mengumpat Ben. Chacha sama sekali tak mengerti apa yang ada dalam otak pria itu.
"Alamat kamu di mana Cha, biar sopir kita bisa tau mesti nganterin ke mana"
ucap Ben sambil terkekeh saat Zacky yang tak terima mengumpat dirinya.
Dengan suara lirih Chacha menyebutkan alamatnya, cukup dekat dengan kampus mereka.
15 menit berlalu mereka tiba di rumah mungil milik Chacha. Rumah bercat cokelat dengan bentuk minimalis itu terlihat indah dengan taman bunga yang berwarna warni. Chacha memang merawat bunga-bunga itu untuk menyibukkan diri dan membunuh rasa sepi yang kadang hinggap di hatinya.
"Kamu tinggal sendirian Cha?"
"Iya" jawab Chacha sambil tersenyum tipis pada Ben.
"Orang tua kamu mana?"
Zacky menangkap perubahan raut wajah Chacha mendengar pertanyaan Ben. Ada kesedihan namun bersamaan dengan kemarahan yang besar terpancar pada wajah Chacha. Hal itu membuat Zacky sedikit penasaran.
"Uda meninggal" Nada suara dingin itu semakin memperjelas pemikiran Zacky bahwa ada yang tidak beres dengan hidup Chacha.
"Oh maaf Cha, aku nggak tau" Ucap Ben terlihat menyesal.
"Nggak apa-apa Ben. Oh ya Mau mampir dulu kak?" Chacha memberanikan diri bertanya pada Zacky
"Nggak, Aku buru-buru. kalo bukan Karena Ben sialan pengen nganterin kamu juga aku uda malas banget"
Jawab Zacky ketus.
"Judes banget sama cewek Zack"
"Kan cewek elu, ngapain gue mesti baik-baikin" Ucap Zacky terdengar kesal.
"Kita cuma teman kak" Ralat Chacha
"Bukan urusan aku mau pacaran atau temenan bahkan uda kawin juga bodo amat. ngapain repot kasih penjelasan"
Lagi-lagi Chacha tersenyum getir. Yah mungkin dirinya memang seburuk itu sampai Zacky tak sudi menurunkan intonasi suaranya.
"Ya udah makasih kak, Ben uda mau anterin aku"
"Sama-sama Cha" Ucap Ben, ia melambaikan tangannya pada Chacha saat Zacky telah membawa mobilnya melaju meninggalkan Chacha.
Chacha menghela nafas dan menghembuskan nya. Dadanya terasa sesak saat Ben menanyakan orang tuanya, Ia kembali mengingat masa kelamnya yaitu saat ia kehilangan sang papa yang pergi untuk selama-lamanya akibat serangan jantung saat mengetahui sang istri yang merupakan mama Chacha berselingkuh. Bahkan sang mama tidak mempedulikan dirinya ia pergi dengan selingkuhan nya meninggalkan Chacha yang tak memiliki siapapun di usianya yang masih berusia 13 tahun. Ia hidup sendiri berbekal rumah peninggalan orang tuanya serta tabungan asuransi yang cukup untuk membiayainya hingga tamat kuliah.
Sejak sang mama pergi tanpa peduli permohonan dan tangisan darinya sejak saat itu ia menganggap bahwa wanita yang melahirkannya itu telah mati. Ia hidup sebatang kara, menarik diri dari pergaulan menciptakan dunianya sendiri. ia tak ingin berharap pada siapapun lagi, karena orang yang paling ia harapkan bisa mempedulikan nya malah pergi tanpa rasa kasihan sedikitpun. Kekecewaannya terlalu dalam hingga ia tak ingin merasakannya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Dewi Oktavia
benar mau laki atau wanita jika sudah mengenal namanya selingkuh akan lupa anak dan pasangan y.
2024-01-04
0
Raudatul zahra
Chacha siapa tadi nama nya?? Chacha salsabela kah??
2023-09-10
0
Wakhidah Dani
what a thought girls
2021-12-05
0