Istana Citrapsada menjamu Candrakumara dengan sangat baik. Ini semua adalah bentuk ucapan terima kasih mereka pada Candrakumara dan pasukannya yang telah membantu mereka untuk memenangkan perang.
Mereka semua berbincang-bincang mengenai politik dan yang lainnya. Tanpa Candrakumara sadari, seorang gadis tengah tersipu malu dan kagum dengan laki-laki itu. Laki-laki yang selama ini selalu menjadi perbincangan mulai dari Selatan hingga Utara Nusantara berkat pencapaian yang telah diraihnya.
"Selamat atas kemenanganmu, Mahapatih," ucap Raja Sanjaya.
"Selamat juga untukmu dan Balqis. Balqis, bagaimana kondisimu?" tanya Candrakumara.
"Terluka, tapi tidak apa-apa dan terima kasih," ucap Balqis dengan pipinya yang memerah.
"Aku tidak tahu bagaimana caranya menebus hutang budi ini," ucap Raja Sanjaya.
"Aku tidak meminta apapun, Yang Mulia Raja. Aku hanya ingin meminta izin untuk berpamitan. Aku harus kembali ke Majapahit."
"Aku tidak mau mendengarnya. Kau harus menginap disini selama beberapa hari untuk pemulihan lukamu."
"Maaf sebelumnya, tapi aku meminta izin untuk pergi ke taman," ucap Balqis lalu setelah itu pergi dari sana. Dia tidak tahan berlama-lama berhadapan dengan Candrakumara. Itu hanya semakin membuat pipinya memerah karena malu. Jadi lebih baik menurutnya dia pergi ke taman.
Setelah sampai di taman, ternyata disana ada dayang-dayangnya. Balqis duduk di bangku taman seraya terus tersenyum.
Taman itu sangat indah, disana juga terdapat telaga yang tak kalah indahnya. Airnya sangat jernih dan segar, hawanya begitu sejuk, ada banyak kupu-kupu, bunga-bunga yang cantik, dan pepohonan yang sangat rindang.
"Putri, tampaknya kau sedang bahagia sekali saat ini sampai-sampai pipimu memerah seperti itu. Siapakah gerangan pemuda yang berhasil membuat sang Putri yang pemberani ini jatuh cinta?" celetuk salah seorang dayang.
"Dia pasti adalah Mahapatih," sahut dayang yang lainnya.
"Sekali lagi, selamat atas kemenangan ini, Tuan Putri" Suara itu berhasil mengagetkan semua orang yang ada di taman itu.
"Aku ingin menghabiskan waktu bersama Putri Balqis berdua. Tinggalkan kami," lanjut Candrakumara.
"Ini taman pribadiku, Mahapatih. Bukan medan pertempuranmu. Butuh izinku untuk pergi dari sini," ucap Balqis.
Mendengar apa yang diucapkan Balqis, Candrakumara mengangguk lalu berbalik dan berjalan meninggalkan taman itu.
"Maksudku... Tidak boleh ada yang pergi tanpa seizinku," ucap Balqis lagi yang membuat Candrakumara menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap ke arah Balqis.
"Selain itu, akan berbahaya jika hanya berdua saja bersamamu," lanjutnya.
"Benarkah begitu? Kau tidak mempercayaiku, Tuan Putri?" tanya Candrakumara seraya melangkahkan kakinya mendekati Balqis.
"Aku takut diriku sendiri yang tidak bisa ku percayai."
"Aku berhutang nyawa padamu."
"Aku berhutang tempat tinggal padamu."
"Aku bahkan rela mengorbankan hidupku untukmu, Balqis." Candrakurama berhasil membuat Balqis tertegun dan tidak mempercayai telinganya. Dia tidak bisa menjawab perkataan Candrakumara.
"Silahkan kalian tinggalkan tempat ini. Aku ingin bicara berdua dengan Candrakumara," ucap Balqis pada para dayangnya.
"Kau pantas dipuji, Putri Balqis. Pedangku tak pernah meleset di bidang pertempuran. Tapi entah bagaimana kau bisa lolos dari amukannya. Aku tahu lukamu parah. Biar ku lihat," ucap Candrakumara seraya duduk di samping Balqis.
"Keluarga kami tidak memamerkan luka," ucap Balqis tapi Candrakumara tidak menghiraukannya. Dia menyingkap selendang Balqis dan melihat luka besar yang menganga di bahu gadis itu.
"Bagi orang lain, ini mungkin hanya bekas luka perang. Tapi bagiku, kau rembulan yang bermandikan cahaya...." lirih Candrakumara tepat di telinga Balqis. Kemudian dia menempelkan ramuan yang sudah dibuatnya di atas luka gadis itu.
Sontak Balqis langsung memeluk Candrakumara dengan sangat erat karena ramuan yang ditempelkan Mahapatih itu sangat perih di lukanya hingga rasanya menusuk sampai ke tulang.
Candrakumara membalas pelukan Balqis. "Racunnya harus dihentikan agar tidak menyebar. Aku sudah lihat lukamu, Balqis."
"Yang kau lihat hanyalah bekas luka dari pedangmu. Tapi hatiku yang justru berdarah," ucap Balqis seraya melepas pelukannya dan mentap tajam mata Candrakumara dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Bahkan Mahapatih pun memiliki hati," ucap Candrakumara lalu pergi meninggalkan taman itu dan gadis yang sedang memperhatikan punggungnya yang perlahan menghilang dari penglihatan gadis itu.
***
Malam ini adalah malam dimana ajang penghargaan bergengsi untuk industri perfilman tanah air yaitu Festival Film Indonesia yang disingkat dengan nama FFI diselenggarakan.
Sederet aktris dan aktor tanah air sudah berkumpul begitu juga dengan orang-orang yang bekerja dibalik layar. Mereka semua tengah menunggu nama mereka mengetahui nama siapa saja yang menerima penghargaan pada kategorinya masing-masing.
"Mari kita saksikan nominasi penghargaan tahun ini untuk kategori Pemeran Utama Pria Terbaik. Nominasinya adalah...." Nominasi untuk kategori yang diucapkan dimunculkan pada layar.
Riuh tepuk tangan memenuhi seisi ruangan ini setelah mereka semua melihat daftar nominasinya, dan nama Zayn juga ada disana.
"Dan untuk menyerahkan penghargaan kita persembahkan Sang legenda, Tuan Anjasmara dan Tuan Adipura!" ucap sang mc dengan penuh semangat membuat semua orang kembali bertepuk tangan dengan antusias.
"Selamat malam hadirin sekalian. Aktor yang terbaik mengeluarkan jiwa orang lain ke dalam jiwa dan proyeknya semacam emosi yang tepat, dan aktor terbaik itu adalah...." Semua orang menunggu kata-kata selanjutnya yang keluar dari mulut Anjasmara dengan perasaan tegang dan detak jantung yang berpacu dengan cepat, terlebih lagi bagi orang-orang yang namanya termasuk dalam nominasi.
Adipura membuka amplop yang berisi nama sang peraih penghargaan. "Dan pemenangnya adalah... Garalt Zayn Mahesa!" ucap mereka berdua bersamaan.
Zayn dan orang-orang yang mendukungnya sangat senang mendengar itu. Mereka bertepuk tangan dengan sangat kencang. Orang-orang juga bertepuk tangan saat Zayn naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan atas jerih payahnya selama ini.
Setelah piala itu sampai di tangannya, dia dipersilakan untuk menyampaikan sepatah dua patah kata.
"Hari ini, kalian semua udah ngasih aku sesuatu yang sangat aku inginkan. Terima kasih banyak! Terima kasih udah membuat aku percaya bahwa bukan cuma di film-film kita, dalam kehidupan juga akhirnya di akhir cerita, semuanya jadi happy ending! Dan kalo itu nggak bahagia maka itu bukan akhir cerita," ucap Zayn membuat semua orang yang ada di dalam sana menganga dengan ucapannya yang bijak. Entah darimana dia mendapatkan kata-kata itu, dirinya sendiri juga tidak percaya bahwa dia bisa mengatakannya.
***
Besok malamnya, David mengadakan pesta atas kemenangan putranya dalam ajang penghargaan itu. Pesta ini dihadiri oleh para fans dan para artis muda yang sepantaran dengan Zayn, artis-artis senior, dan penyanyi-penyanyi yang sudah sangat terkenal.
Pesta malam itu berlangsung sangat meriah. Sampai datang seseorang yang wajahnya sangat familiar untuk Zayn, padahal dia tahu betul dia tidak pernah bertemu dengan orang itu. Anehnya, Zayn sama sekali tidak menyukai orang itu dan dia merasa seperti ada kebencian yang timbul dihatinya ketika dia melihat seseorang itu.
David membawa seorang lelaki paruh baya yang sepantaran dengannya itu ke hadapan anaknya.
"Zayn, kenalkan ini teman Papa, Galih Pradipto. Dia adalah salah satu produser papan atas di jaman kami dan sudah bergabung dengan Hollywood selama 20 tahun. Dia mau comeback dan bikin film besar sama kamu," ucap David.
"Senang bisa ketemu sama kamu," ucap Galih seraya menyodorkan tangannya pada Zayn.
Tidak ada respon apa-apa dari Zayn, dia hanya menatap tajam Galih dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Zayn sendiri juga tidak tahu kenapa, seperti ada marah dan kecewa yang tertahan pada dirinya.
Menyadari anaknya tidak merespon apa-apa dengan apa yang dilakukan Galih, David segera mencairkan suasana dengan menegur putranya tersebut.
"Zayn, jabat tangan Om Galih. Ayo!"
Zayn akhirnya tersadar dan memutuskan untuk berhenti berpikir karena itu hanya akan menyakiti kepalanya. Dia kemudian menjabat tangan Galih.
"Oke, fantastis! Galih, ayo kita rayakan. Sangat menyenangkan kalo kamu ikut," ucap David lalu membawa temannya itu pergi dari hadapan Zayn yang menatap lekat ke arah punggung Galih.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
cucu kakek
masih enjoy bacanya
2020-12-18
1
Sekapuk Berduri
hallo kak jika berkenan mampir kecerita pertamaku juga.. terimakasih💕
2020-12-14
1
reni
Masih nyimak,sedikit membingungkan karena ada dua latar cerita yang berbeda .tp penasaran ..lanjuuut kuy...
2020-12-13
2