Bab 03 : Melampaui Ekspektasi

Karena merasa risih Shu menghentikan langkahnya lalu berbalik dan menatap Lucy dengan ekspresi datar.

"Hanya karena kamu memakai jubah seperti penyihir bukan berarti kau otomatis menjadi seorang penyihir," ucap Shu sambil melihat ekspresi Lucy yang tidak nyaman.

"Itu karena kau belum melihat betapa hebatnya sihirku." Lucy membusungkan dadanya dan terlihat sangat percaya diri.

"Saat kau masuk ke kamarku, kau hanya lewat jendela dan menggunakan lampu flash ya kan." Shu seperti mendapat kilasan dari sudut pandang Lucy saat itu, meski sebenarnya ia tidak mengetahui saat kejadian.

"Bagaimana bisa kau tahu, aku bahkan membuat seolah-olah itu seperti sihir." Lucy terkejut mendengar penjelasan Shu. "apakah aksiku belum sempurna ya?"

"Sebenarnya aku hanya menduga saja, tapi aku pikir kau cukup hebat karena bisa melewati jendela yang lumayan tinggi." Shu menghela nafas panjang.

Keheningan menyelimuti taman itu berubah menjadi suasana canggung antara Lucy dan Shu, akhirnya setelah beberapa saat, Shu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan nya yang tanpa akhir. Saat ia berada di jalan raya ada sebuah truk yang hampir menabraknya, ia pun mundur beberapa langkah ke trotoar.

"Tidak semudah itu ferguso di anime kalau ditabrak truk masuk ke isekai tapi kalau di dunia nyata hanya akan mengalami kematian." ucap Shu sambil terduduk di tepi trotoar.

Shu terus melanjutkan perjalanannya, ketika ia berdiri di depan sebuah mesin otomatis. ia meletakkan kopernya dan membeli beberapa minuman, namun Shu tidak bisa menemukan kantung plastik. jadi terpaksa ia harus memegangnya dengan tangan. seketika Shu merasa seperti ada sesuatu yang mengikutinya, kemudian berbalik menatap ke arah belakang pohon.

"Aku tahu kau disana, tunjukkan dirimu. Dan katakan alasanmu mengikutiku." ucap Shu sambil mengambil minuman dari mesin otomatis.

"Aku tidak bermaksud mengikuti mu." Lucy dengan wajah tertunduk keluar dari balik pohon.

menunggu penjelasan Lucy, Shu menghentakan kakinya ke lantai dengan geram, ia tidak percaya bahwa harus diikuti oleh seorang stalker.

"Aku hanya berpikir bahwa mungkin kamu sedang kelaparan karena berjalan jauh." Lucy menatap Shu dengan wajah memelas.

"Dan apa yang akan kau lakukan jika aku kelaparan?" Shu mencoba membawa barang-barang yang ia bawa namun sedikit sulit.

"Aku pikir bisa mentraktir makan sesuatu. Lagipula kau pergi dari rumah itu karena salahku," Lucy menarik lengan Shu ke sebuah rumah makan dekat di sana.

"Bisakah kau tidak menyentuhku? apa mungkin kau tidak melihat betapa kerepotan aku membawa semua barang-barang ini?" Shu terlihat marah karena ia hampir menjatuhkan minuman yang ia beli tadi.

Setelah mendengar kata Shu yang mungkin sedikit berlebihan, Lucy pergi sebentar lalu kembali dengan membawa sebuah kantung plastik.

"Terima kasih, kupikir kau hanya bisa merepotkan saja." Shu meletakkan semua minuman yang ia pegang sebelumnya.

"Aku minta maaf, karena selalu merepotkan." Lucy merasa bersalah atas apa yang ia lakukan.

"Tidak apa-apa, asal jangan ulangi lagi. mengerti?" Shu menepuk pundak Lucy dan mengambil minumannya.

"Ayo kita masuk ke dalam, aku akan mentraktirmu makan apa saja." Lucy membuka pintu rumah makan tersebut dan menunggu Shu ikut masuk. "asal sesuai dengan isi kantungku

Setelah berpikir panjang akhirnya Shu memutuskan untuk mengikuti langkah Lucy, lagi pula mereka saat ini sedang berada di perbatasan kota. dan merekapun melihat daftar menunya lalu memutuskan untuk memesan makanan yang paling murah, sesuai dengan budget yang dimiliki oleh Lucy yang sepertinya hanya sedikit. sambil menunggu makanan mereka datang Lucy yang penasaran bertanya alasan kenapa Shu berhenti sekolah dan hingga menjadi hikikomori.

"Saat itu aku berusia 13 tahun.. aku dan teman masa kecilku yang juga sekaligus tetangga bernama Luca kami sering pergi sekolah bersama." Shu menghela nafas sambil membayangkan ingatan ketika ia masih sekolah.

"Apa? tidak mungkin, bagaimana bisa kau punya teman? dan bukankah kau hanya seorang hikikomori." wajah Lucy tiba-tiba menjadi datar tidak mempercayai perkataan Shu.

"Aku ini tampan, ok.. lagi pula kau mau mendengar ceritaku atau tidak." Shu memasang wajah geram,

"Maaf, kau bisa melanjutkan perkataanmu." Lucy meletakkan tangan di atas meja dan menopang dagunya.

"Tiba-tiba hal tidak terduga terjadi, saat itu sepulang sekolah Luca mengajakku ke taman yang sepi di tengah kota, disana hampir tidak ada orang yang lewat." Shu terdiam sejenak lalu melanjutkan kata-katanya.

"Itu terdengar seperti kisah romantis." Lucy tersenyum mendengar cerita Shu.

"Luca lalu mengatakan bahwa ia menyukai aku, karena panik aku berlari meninggalkannya, dan memutuskan untuk tidak keluar rumah kecuali dalam kondisi terdesak." Shu merasa bahwa Lucy pasti berpikir dirinya aneh.

"Kenapa kau menolak cinta Luca? apa mungkin karena kau tidak menyukainya, atau karena kau menyukai orang lain selain Luca." Lucy menatap Shu dengan perasaan tidak percaya dan kebingungan

"Aku menyukai Luca tapi itu hanya sebatas teman dan tetangga tidak ada hal lain, aku tidak ingin terikat dalam hubungan asmara, pacaran atau pun pernikahan." ucap Shu dengan nada tidak peduli dengan keadaan sekitar.

"Keputusanmu untuk tidak memiliki pasangan bukan berarti membuatmu menjadi bebas, tapi karena menurutku hidup adalah pilihan maka aku akan menghargai keputusanmu." Lucy berkata dengan nada santai.

"Jadi kau berhenti sekolah karena kau merasa bersalah telah menolak cinta Luca?" Lucy merasa bahwa Shu sangat menarik perhatiannya.

"Aku melanjutkan sekolah lewat online kok." Shu merasa bangga pada dirinya.

Ketika mendengar kata-kata Shu yang tidak terlalu menarik menurut Lucy, dan membuatnya hampir tidak mengerti apa yang sedang bicarakan.

"Bagaimana menurutmu?" Shu menunggu jawaban Lucy yang hanya menatap tanpa ekspresi.

"Luar biasa... yey..." kata Lucy namun tidak terlihat bersemangat.

Mungkin karena makanannya murah jadi pelayanannya sangat lambat, membuat Shu dan juga Lucy hampir tertidur ketika menunggu.

"Hey, Shu. apakah masih lama? ini mau masak atau pergi travelling dulu." Lucy hampir kehilangan kesabaran.

"Kau bertanya kepadaku seolah-olah aku yang memasak, lagi pula kenapa ke sini? jika tahu sangat lama?" Shu menghela nafas sambil menghentakan jari di atas meja.

"Tentu saja karena harganya murah." Lucy berpose ala manga shonen.

Setelah beberapa saat menunggu lama, pelayan datang sambil memberitahu tentang sesuatu, sementara itu Shu menyadari bahwa ternyata Lucy adalah seorang wibu

"Maaf, tapi pesanan anda telah habis. jika mau bisa pesan yang lain." ucap pelayan tersebut sambil menunduk dengan sopan.

Tapi Shu hanya tertawa mendengarnya, walaupun aslinya dia sangat jengkel karena setelah lama menunggu. ternyata tidak ada makanan yang dipesan. Melihat itu Lucy menjadi kebingungan dengan sikap Shu yang aneh.

"Permisi, jadi anda ingin pesan apa sebagai gantinya." pelayan itu mengeluarkan sebuah daftar menu yang lainnya.

"Jika memang tidak ada, kenapa tidak beritahu dari awal. kau tahu sudah berapa lama kita menunggu? hampir berkarat loh." Lucy membenamkan wajahnya di meja karena tidak bersemangat.

"Kalau begitu kami akan memberikan kompensasi, yaitu kalian akan mendapatkan potongan sebesar 20%." pelayan itu menunggu jawaban Shu juga Lucy.

Terpopuler

Comments

Rey

Rey

Jadi hanya karena menolak Cinta Luca, Shu jadi gak mau sekolah,
malah milih sekolah online 😆

2024-02-26

1

Rey

Rey

panik apa salting Shu😆

2024-02-26

1

Rey

Rey

siapa tahu ada sistem pintar, yang bisa reinkarnasi menjadi raja zaman dahulu kala Shu😄

2024-02-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!