Bab 01 : Menghadapi Realita yang Pahit

Untuk beberpa alasan tampaknya Shu tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Lucy, namun ia memilih untuk diam sementara waktu agar tidak membuat masalah.

"Agar hatimu tidak dikendalikan oleh kebencian, Aku tahu bagaimana rasanya. itu sangat amat menyakitkan," Lucy memegang tangan Shu dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Kenapa kau berpikiran hal itu dan apa yang kau bicarakan karena aku bahkan tidak mengerti apapun yang kau katakan." Shu bertanya dengan wajah kebingungan

Wajah Lucy berubah menjadi datar mendengarnya tapi ia masih bersikeras berkata bahwa hari Shu sedang terluka, jadi ia akan dengan senang hati membantu. Padahal semua itu hanya ada di dalam imajinasi liar dari Lucy, karena secara teknis mereka tidak pernah bertemu, walau sepertinya Lucy merasa ia tahu segalanya tentang Shu.

"Aku tidak memiliki perasaan secara khusus kepada seseorang, aku hanya menyayangi diriku sendiri..." saat Shu ingin melanjutkan perkataannya Lucy menyela.

"jadi kau tipe orang yang egois ya?" Lucy menatap tajam kepada Shu.

"Itu kejam saat kau mengatakannya, Aku memiliki beberapa alasan ketika memilih untuk menyendiri dan menghabiskan waktu menonton anime," Shu tertawa sambil menggaruk kepalanya.

"jadi kau hanya wibu, yang hobinya menonton anime. apa kau tidak melakukan kegiatan lain?" Lucy merasa Shu hanyalah seorang wibu.

Sepertinya Shu tidak menyukai ketika Lucy memanggil dirinya wibu, karena ia juga membeli merchandise anime. dan juga kadang pergi ke festival yang berkaitan dengan anime.

Tapi jikalau mempeributkan hal tersebut hanya akan membuat jadi masalah menjadi ruwet, Shu memutuskan untuk tersenyum saja dan dibawa santai.

"aku juga bekerja walau itu hanya kerja paruh waktu di internet." Shu tertawa sambil berkedip pada Lucy.

"Bagaimana bisa kau bahagia hanya karena melihat gambar 2d yang datar," Lucy penasaran dengan selera Shu. "jadi apa alasannya dan bagaimana kau bisa mengabaikan orang yang ada di sekitarmu hanya untuk ilusi sementara?"

Entah kenapa tapi sepertinya Lucy yang merasa aneh dengan tingkah laku Shu, namun di sisi lain Shu terlihat begitu menikmati dan hanya tawa lalu mengambil foto Yuki dan Hana dari sakunya, sambil menatap dengan kekaguman. bagi Shu melihat foto karakter anime bisa membuat dirinya tenang sesaat, dan melupakan masalah yang ada.

Karena jika manusia mereka selalu ingin menang sendiri, atau hanya memikirkan tentang keegoisan mereka tanpa peduli dengan perasaan orang lain, bahkan mereka selalu berpikir bahwa semua yang mereka lakukan benar. Tanpa menyadari perbuatan mereka hanya pembenaran diri.

"Bukankah mereka luar biasa? melihat mereka saja membuat hati ku berdebar kencang." ekspresi Shu berubah menjadi berbinar-binar.

"Shu bagaimana jika aku mengabulkan permintaanmu, dimana aku bisa membuat istri animemu menjadi nyata." Lucy merubah ekspresinya menjadi serius dan penuh percaya diri

Keheningan mulai terasa dalam ruangan tersebut, orang tua Shu menunggu respon dari Shu yang mengejutkan.

"Itu sebenar nya ide yang bagus, maksudku aku tidak perlu menonton anime dan sebagainya. Tapi," Shu terdiam sambil melihat sekelilingnya.

"Tapi kenapa? apa ada masalah? bukankah kau berkata ingin menikahi karakter kedua karakter anime tersebut?" Lucy merasa bingung dengan kepribadian Shu yang berubah ubah.

"Karena Aku tidak mau, karena menurut pendapatku hubungan itu seharusnya berasal dari perasaan sementara perasaan dimulai dari pertemuan.. namun bukan pertemuan yang seperti ini" Shu dengan tegas menolak tawaran Lucy

"Apa kau yakin tidak akan menerima tawaran dariku? tapi jika kau berubah pikiran aku akan datang menemuimu," Lucy berdiri dari tempat duduknya.

Seketika Shu terdiam, ia memikirkan beberapa kemungkinan yang akan terjadi jika ia menerima tawaran Lucy. tapi ia juga mengerti bahwa ilusi dan kenyataan adalah dua hal yang berbeda.

"Bukannya aku ingin membuatmu kecewa, tapi ada beberapa hal yang harus aku persiapkan. dan itu tentang cinta." Shu menatap Lucy sambil tersenyum. "jika aku mengerti, maka aku tidak harus mencari nya bukan. aku ingin merasakan cinta sejati."

"cinta ya? cinta seperti apa yang kau inginkan?" tanya Lucy penasaran. "baiklah jika itu keinginanmu, maka aku dengan senang hati menghargainya. untuk sekarang aku akan pergi." Lucy berkata lalu berdiri dan beranjak pergi dari sana.

Melihat Lucy yang pergi sebenarnya membuat Shu memikirkan banyak hal, yang tidak mungkin akan terjadi.

"Shu, mama tidak percaya bahwa kau menolak tawaran penyihir itu, padahal mungkin itu bisa memberimu pasangan." Sementara itu Charlotte merasa bangga pada anaknya

"Tentu saja mama, aku kan tidak mudah tergiur dengan hal-hal aneh seperti itu. walaupun aku suka anime tapi ada batasnya." Shu membusungkan dada dengan penuh percaya diri.

"Anak mama memang hebat, kau membuat mama bangga." Charlotte mengelus kepala Shu dengan lembut.

"Shu, kenapa kau tidak mencari pekerjaan di luar sana?" tanya Yukihiro penasaran.

Tapi Shu merasa bahwa selama ini ia dianggap hanya bermain serta bersantai, dalam hatinya ia ingin dihargai oleh orang tuanya. dengan segala pengetahuan yang Shu miliki, ia mencari cara agar bisa melalui percakapan yang menurutnya tidak berarti ini.

"Itu, karena aku tidak percaya dengan diriku, maksudku siapa yang akan berbicara dengan seorang otaku sepertiku?" Shu menundukkan kepalanya.

"Jika memang seperti itu kenapa tidak kau tinggalkan animemu itu, dan mulai kehidupan baru sambil menatap dunia luar?" Yukihiro terlihat meragukan perkataan Shu.

Tapi Shu hanya terdiam, karena ia juga bekerja walau hanya lewat internet. sejenak ia merasa tidak dihargai juga tidak diperhatikan oleh kedua orang tuanya.

"Apakah kau hanya berpura-pura mengatakan bahwa kau bekerja online, agar supaya kau tidak di suruh kembali ke sekolah atau pun bekerja?" Yukihiro terlihat sedikit marah kepada Shu.

"Aku tidak berbohong, aku benar-benar bekerja. itulah sebabnya aku jarang meminta uang jajan dari kalian." Shu mencoba meyakinkan Yukihiro .

"Bagaimana jika kita makan cemilan? mungkin itu bisa meredakan suasana canggung sekarang ini?" Charlotte pergi berlalu menuju dapur.

Sementara itu Shu dan Yukihiro hanya diam saja tanpa mengatakan satu patah kata pun. merasa tidak nyaman Shu mengambil remot televisi dan menyalakan televisi tersebut, yang tidak menyangka dengan apa yang akan dia lihat di televisi.

"Berita hari ini : Seorang otaku berusia 17 tahun berinisial EF menjadi pembunuh hanya karena teman-teman di sekolahnya menghina karakter favoritnya, dia bahkan melakukan hal yang sama yang menimpa karakter favorit nya kepada semua korban korban. Jika anda melihat orang ini berada di sekitar anda tolong infokan ke nomor xxxxx, terima kasih dan semoga terhibur dengan acara kami selanjutnya."

Seketika Shu menjadi terdiam mendengar hal itu, kenapa ada orang yang tega melakukan hal itu, hanya karena di hina. Apalagi nyawa manusia lebih tinggi di bandingkan dengan karakter 2d yang adalah rekaan belaka.

"Itulah yang papa maksud, menonton anime hanya akan membawa pengaruh negatif dalam kehidupanmu," Yukihiro melihat bahwa Shu tidak peduli.

Merasa sakit hati oleh perkataan Yukihiro, Shu memutuskan untuk memfokuskan dirinya pada film yang sedang di tayangkan. sambil merasa sedih dengan apa yang dialami, Shu terkadang membenci dirinya sendiri. karena ia menilai ia tidak sehebat adiknya jika masih hidup.

"Shu apa kau mendengar papa? atau mungkin kau lebih percaya kata anime favoritmu di bandingkan papamu sendiri?" Yukihiro menepuk bahu Shu namun tidak di respon.

"Lagi pula jika aku berkata sesuatu papa pasti tidak akan mendengar, jadi apa alasan untukku berdebat." Shu mengelus keningnya karena ia tidak yakin Yukihiro akan mendengarkan apa yang akan ia katakan.

Saat ingin berbicara Charlotte datang serta membawa beberapa camilan yang sepertinya lezat. tidak lupa juga ia membawakan beberapa jus, dengan alasan biasa bersantai dengan makan dan minum

namun ketika Shu ingin mencicipi kuenya ada beberapa hal yang selalu mengganggunya. Yukihiro melihat Shu yang mungkin tidak akan pernah mendapat pasangan berniat menatap sebuah foto di saku kantung nya. sementara itu percakapan antara Shu dan Charlotte masih bisa di katakan baik.

"Shu apakah kau mau mama suapin makan kue?" Charlotte menggoda dengan menyodorkan kue.

Respon dari Shu hanya menggeleng karena ia bukan anak kecil lagi, dan bisa melakukan apa saja sendirian. termasuk makan kue atau semacamnya.

Terpopuler

Comments

Rey

Rey

keren Shu, masih bisa menggunakan logikanya

2024-02-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!