Setelah menyelesaikan urusan administrasi, mereka berempat menerima penjelasan tentang peraturan menjadi petualang di dunia Stazars.
"Jadi, di Rank F, masa berlaku kartu petualangan hanya dua minggu. Tapi setiap naik Rank, masa berlaku kartu akan bertambah satu minggu. Kalian hanya bisa mengambil quest yang sejajar dengan Rank kalian atau satu Rank di atasnya," jelas pelayan guild dengan ramah.
"Jadi begitu peraturannya. Tapi sebelum itu, apakah kalian ingin membentuk sebuah party atau menjalani petualangan sendiri-sendiri?" tanya pelayan, memberikan pilihan kepada mereka.
"Ya, kami ingin membentuk satu party," jawab Hanif dengan tegas, mewakili teman-temannya.
Pelayan melihat ke yang lain. "Bagaimana dengan yang lain? Apakah kalian setuju?"
Sultan, Arya, dan Evan mengangguk setuju.
Pelayan tersebut memunculkan proyeksi sihir di kartu guild mereka berempat. "Baiklah, saya mengerti. Jadi, apa nama party kalian?" tanyanya.
Hanif tampak bingung. "Nama? Kenapa harus pakai nama segala sih?" gumamnya dalam hati.
Pelayan mengangguk. “Ya, nama untuk party kalian, sebagai ciri khas dan identitas kalian di dunia Stazars.”
Arya mengangkat tangannya. "Bagaimana kalau World Of Stazars? Apakah kalian setuju?" sarannya.
Pelayan tersebut menanyakan kepada yang lain. "Bagaimana dengan yang lain?"
Mereka mengangguk dan serempak menjawab, "Setuju."
Pelayan tersebut menulis nama party di kartu guild mereka. "Baiklah, kini World Of Stazars telah terbentuk, dengan anggota Arya, Evan, Sultan, dan Hanif. Ini kartu petualang dan kartu party kalian," ucap pelayan sambil menyerahkan kartu-kartu tersebut.
Setelah semuanya selesai, mereka mulai mencari quest di papan pengumuman.
Evan mencari quest yang mudah untuk pemula. "Quest mana yang enak, ya?" tanyanya.
Sultan, dengan semangatnya yang khas, langsung menunjuk sebuah quest. "Hei semuanya! Bagaimana dengan quest ini? Apa kalian mau?" tanyanya sambil menunjuk quest membasmi goblin.
Evan memukul kepala Sultan sambil menunjukkan ekspresi trauma. "Tidak, tidak, tidak! Apa kau lupa kejadian tiga hari yang lalu?" Ia masih terbayang-bayang pengalaman buruk mereka berhadapan dengan goblin.
Sultan mencoba meyakinkan Evan. "Tapi kali ini berbeda! Kita sudah tahu class kita, dan lagi pula ada Bacia yang akan mengajari kita," katanya dengan senyum khasnya.
"Tetap saja itu quest yang susah untuk pemula, tau gak!" protes Evan, masih merasa khawatir.
Sementara Evan dan Sultan berdebat, Arya dan Hanif membicarakan quest tersebut.
Hanif menarik kertas quest itu. "Arya, bagaimana menurutmu quest yang dipilih Sultan ini?" tanyanya.
Arya hanya diam sejenak, lalu kembali melihat sekitarnya. Ia tampak sedang berpikir.
Hanif menghela napas. "Hah, perasaan tadi kau mau bicara, kenapa sekarang enggak? Ya sudah, berarti kita ambil quest ini saja," ucapnya dengan nada lemas.
Evan, ingin jalan tengah, meminta Hanif yang memutuskan. "Gimana menurutmu, Hanif? Apakah kita harus mengambilnya? Tidak perlu, kan?" tanyanya, menatap Hanif penuh harap.
Hanif berjalan ke tempat pengambilan quest. "Mungkin lebih baik kita ambil quest ini," ucapnya sambil tersenyum ke Evan.
Evan bengong sejenak. "Apa kau juga?!" teriaknya, terkejut.
Sultan menunjuk Evan. "Hahaha, kau sekarang tidak bisa membantah lagi," ejek Sultan.
"Yah, kalau dia sudah bilang begitu, mau bagaimana lagi," ucap Evan pasrah.
"Oke, kalau begitu kita ambil quest ini saja," ucap Hanif sambil tersenyum.
Mereka berempat pergi ke tempat pengambilan quest. Karena ini pertama kalinya, mereka belum tahu cara mengambilnya. Hanif bingung karena tidak ada petugas yang menjaga tempat pengambilan quest. “Ini gimana caranya?” tanyanya.
Arya, yang memperhatikan orang lain mengambil quest, langsung mengerti caranya. “Hanif, sini kartu party dan kertas quest-nya,” katanya.
Hanif memberikannya. Arya menaruh keduanya di meja, dan tak lama kemudian kertas quest menghilang dan di kartu party muncul pesan:
(Quest ini hanya berlaku selama tiga hari. Jika dalam tiga hari kalian belum menyelesaikan quest, quest akan kembali ke guild dan kalian akan mendapatkan hukuman: tidak bisa mengambil quest selama satu minggu.)
“Begitukah,” ucap Hanif, yang mengerti dengan peraturannya.
Setelah selesai, mereka keluar dan melihat Bacia sudah menunggu. Hanif melambaikan tangan. "Hai Bacia, maaf membuatmu menunggu lama."
Bacia menggeleng. "Tidak. Daripada itu, coba kalian tunjukkan kartu petualang kalian," ucapnya sambil tersenyum.
Mereka memperlihatkan kartunya. Bacia melihatnya satu persatu. "Oh, oke. Arya, jangan khawatir, pasti nanti kekuatanmu akan muncul," ucapnya menyemangati Arya.
Evan meminta Bacia memperlihatkan identitasnya. "Bacia, sekarang giliranmu untuk memperlihatkan kartu petualang mu," ucap Evan.
Bacia tersenyum. "Baiklah," jawabnya.
(Kartu Rank B, Nama: Aeloria Bacia, Class: Pemanah – Rank A, Level: 74, Gender: Perempuan, Title: Ratu Pemanah)
Sultan menatap bolak-balik Bacia dan kartunya. "Hei, jadi selama ini kau seorang perempuan," ucapnya kaget.
Hanif bertanya, "Tapi kok wajahmu terlihat seperti laki-laki?"
Bacia tersenyum tipis. "Aku punya skill yang bisa mengubah penampilan, namanya Feisu," jelasnya.
"Daripada kita tidak melakukan apa pun, lebih baik kita berburu goblin dan sekaligus menyelesaikan quest kalian," usul Bacia.
"Let's go!" seru Sultan.
Mereka berlima pun keluar kota. Dalam perjalanan, Arya bertanya kepada Bacia tentang keanehan yang dialaminya di guild. Bacia menjelaskan tentang skill [Division Force] yang digunakan oleh guild master untuk memblokir suara. Arya juga menanyakan tentang Rank Class, dan Bacia menjelaskannya sebagai penentu keahlian dan jumlah skill yang bisa diperoleh. Setelah perjalanan yang cukup jauh, mereka akhirnya tiba di tempat para goblin. Setelah melihat kumpulan goblin, Bacia mengajarkan Hanif cara menggunakan kemampuannya.
"Hanif, cobalah fokus pada dirimu sendiri dan rasakan aliran sihir yang ada di tubuhmu," ucap Bacia.
"Baiklah," ucap Hanif dengan penuh pengertian.
"Nah, bagus. Sekarang fokuskan Alirannya pada satu titik, yaitu tanganmu, dan bayangkan kemampuan yang ingin kamu gunakan." ucap Bacia yang terkejut melihat Hanif langsung berhasil.
Hanif mulai mengarahkan aliran sihirnya ke tangan kanannya, dan tiba-tiba sebuah bola api muncul di tangannya.
"Sekarang, tembak!" ucap Bacia dengan semangat.
Hanif melepaskan sebuah api dari tangannya ke musuh. "Fireball!" seru Hanif.
Setelah melepaskan serangan tersebut dan berhasil mengalahkan dua goblin, dua goblin lainnya langsung berlari mendekati mereka.
"Sekarang, giliranmu, Evan," ucap Bacia.
"Baiklah," ucap Evan.
Evan maju dan mulai mengalirkan sihirnya ke tangannya, membentuk sebuah pedang bercahaya. Dengan satu tebasan pedang, Evan berhasil mengalahkan dua goblin tersebut.
Bacia tepuk tangan. "Hebat sekali, Evan. Kamu bisa memahaminya hanya dengan mendengar." ucap Bacia sambil tersenyum.
"Terima kasih," ucap Evan dengan senang mendapat pujian tersebut.
"Lalu, bagaimana dengan aku?" tanya Sultan.
Bacia mengajak yang lain untuk mencari goblin lagi. "Kalau begitu Ayo kita cari goblin lainnya!" ucap Bacia dengan semangat.
"Ayo!" seru Sultan.
Saat mereka hendak berjalan mencari goblin, tiba-tiba lima goblin melompat dari atas pohon dan menuju mereka. Sultan yang menyadari hal tersebut langsung bertindak.
Sultan menghembuskan asap tipis dari mulutnya dan mengalirkan sihir ke kedua tangannya, lalu muncul dua dagger. Dengan kecepatannya, Sultan berhasil menghabisi kelima goblin tersebut.
Bacia melihat Sultan yang menghilang dengan cepat melihat sekitarnya dan dia melihat Sultan berada di belakang. "Sultan, apa yang terjadi?" tanya Bacia yang bingung.
"Entahlah, tapi tubuhku bergerak dengan sendirinya. Dan juga aku merasa sudah tau cara menggunakan Class Assassin ku," ucap Sultan dengan semangat.
"Begitukah? Baiklah, jika begitu, apakah kalian bertiga sudah memahami kelas masing-masing?" ucap Bacia. “(Mereka benar benar gila hanya dengan waktu yang singkat dan hanya mendengar cara umumnya mereka langsung bisa menggunakan Class mereka dengan sangat baik)” pikir Bacia yang melihat mereka bertiga dengan takjub.
"Sudah," jawab mereka bertiga serentak.
Bacia menghampiri Arya. "Arya, apakah kau ingin memburu goblin ataukah kita pulang ke kota?" tanya Bacia dengan lembut.
"Ayo kita pulang ke kota saja," kata Arya.
"Apa kau serius? Tidakkah kau ingin mengetahui kekuatanmu?" tanya Sultan.
"Tidak, aku tidak ingin melakukan apapun." ucap Arya sambil tersenyum.
"Baiklah, kalau begitu. Mari kita kembali ke kota," ucap Bacia.
Dalam perjalanan pulang, Arya bertanya kepada Bacia tentang perbedaan kartu petualang mereka. Bacia menjelaskan bahwa perbedaan itu akan muncul setelah mencapai level 10 dan akan sama. Setelah tiba di kota, mereka berlima langsung menuju guild untuk menerima imbalan dari quest yang telah mereka selesaikan.
"Baik, jumlah goblin yang dikonfirmasi adalah sembilan. Ini adalah imbalan kalian, totalnya dua koin perak dan lima koin perunggu. Dan Selamat kepada kalian berempat yang naik menjadi Rank E." ucap pelayan dengan ramah.
"Terima kasih," ucap Hanif.
Sultan yang tertarik dengan kecantikan pelayan dia menanyakan namanya. "Oh ya, sebelum kami pergi, bolehkah kami tahu nama Anda?" tanya Sultan kepada pelayan.
Evan yang mendengar pertanyaan Sultan, memberikan tendangan kecil ke kaki Sultan.
"Maaf, terkait pertanyaan aneh dari Sultan," ucap Evan dengan tersenyum malu.
"Tidak masalah. Nama saya Karla," jawab pelayan dengan senyum.
"Baiklah, Karla," ucap Sultan.
Setelah itu, mereka meninggalkan guild dan Bacia mengajak mereka semua untuk makan malam karena hari sudah mulai gelap. Setelah makan, mereka mencari penginapan untuk menghabiskan malam.
"Mohon maaf, kami ingin menyewa empat kamar untuk satu malam. Apakah masih tersedia?" tanya Bacia kepada pelayan penginapan.
"Ya, masih tersedia. Harganya lima koin perunggu per kamar per malam. Jadi, totalnya dua koin perak," jawab pelayan dengan ramah.
"Baiklah, ini uangnya," ucap Hanif sambil memberikan uang kepada pelayan.
Setelah Bacia pulang ke tempat tinggalnya, mereka berempat memasuki kamar masing-masing. Di dalam kamarnya, Arya mencoba mengingat kembali pengalaman pagi hari.
"(Baiklah sekarang bagaimana caranya memunculkan system itu kembali? Apakah mungkin itu hanya imajinasiku saja?)" gumam Arya dalam hati.
"Mungkin ini akan berhasil atau mungkin tidak." ucap Arya dengan harapan.
Arya mengingat ucapan Bacia untuk fokus pada aliran energi dalam dirinya, Arya mulai fokus dan mengarahkan tangannya kedepan. “Aktifkan.” ucap Arya dengan pelan.
Tiba-tiba, sebuah system muncul di depan Arya.
STATUS
[Nama: Arya, Class: None, Level: 8, HP: 340, MP: 130, Strength: 18, Agility: 18, Vitality: 18, Intelligence: 18, Poin Status: 24]
"(Apa artinya ini?)" ucap Arya sambil mencoba menyentuh system tersebut, namun tidak berhasil.
"(Kalau begitu Mungkin hanya perlu memikirkannya. Menurut sepengetahuanku, peningkatan Agility dapat meningkatkan kecepatan)" pikir Arya dalam hati.
"(Baiklah, jika begitu aku akan meningkatkan STR +9, AGI +9, VIT +3, INT +3)" pikir Arya dengan yakin.
System tersebut memberikan respons, dan poin status Arya berkurang menjadi 0.
"(Namun aneh, seharusnya ada daily quest, tapi tidak apa-apa)" pikir Arya.
"Sekarang, bagaimana cara menghilangkan system ini?" ucap Arya yang kebingungan.
Namun, tanpa menemukan jawaban yang memuaskan, Arya akhirnya memutuskan untuk tidur. namun tak lama kemudian muncul.
[Daily Quest]
[Membunuh dua goblin: Selesai]
[Imbalan Quest]
[Poin Status +3]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments