Ia menghampiri Satria dan Jeno dan membuat mereka berdua kaget dan langsung membungkuk hormat pada Devano.
"Selamat siang ketua" sapa mereka.
"Bagaimana keadaan UGD apa semua lancar?" tanya Devano.
"Semuanya lancar Ketua anda tidak perlu khawatir" kata Satria.
"Aku harap kau berkata benar.. bekerjalah dengan baik.. supaya kalian tidak terus menjadi dokter tertua di UGD ini" kata Devano sambil tersenyum semanis.
Mungkin dan membuat Satria dan Jeno kesal namun mereka tahan Setelah ia pergi Satria dan Jeno menatap kesal kearah Devano.
"Dasar ketua killer.. sombong sekali dia.
"lihat saja aku akan membuat bokong tipisnya itu kepanasan nanti" kesal Jeno.
"Untung dia ketua jika tidak aku sudah menendang wajah menyebalkannya itu" kata Satria.
"Satria. pasien tadi sakitnya kambuh" kata Acha.
"Apa?"
Satria dan Acha langsung berlari ketempat rawat seorang pasien yang Satria katakan dan langsung memeriksanya.
"Kau tahu.. terkadang ada beberapa penyakit yang justru dikatakan tidak ada obatnya tapi malah obat herbal yang menyembuhkan mereka" kata Dokter Abi.
"Iya.. saya pernah mendengar jika penyakit seperti kanker rahim justru banyak disembuhkan dengan obat herbal Dokter" kata Quen setuju.
"Iya karena hal itu sebaiknya sebagai seorang dokter jangan terlalu otoriter dengan bat kimia.. berjalan-jalanlah sesekali ke obat herbal dengan begitu pengetahuan kita tentang penyakit berbahaya akan seimbang"
"Baiklah dokter. terimakasih atas sarannya.. aku akan berselancar kesana" kata Quen sambil tersenyum.
Dokter Abi menatap tersenyum pada murid didikannya tersebut Sementara itu.disebuah daerah gersang yang terletak di ujung barat Afrika tempat dimana tanpa adanya koneksi serta sandang pangan yang cukup Tempat tersebut selama 5 bulan ini ditinggali oleh Althena beserta dengan pasukan tentaranya dalam jumlah besar.
terhitung sekitar 500 tentara juga turut serta dalam misi ini selain anggota inti dari Althena.
Semenjak mereka tinggal disana, tempat tersebut yang awalnya sepi mulai ramai karena mereka membangun rumah dengan kotak-kotak kontainer yang mereka bawa dari Jakarta.
Dan selain itu mereka juga mengkhususkan koneksi internet dan jaringan telepon serta satelit tersembunyi dan selain itu letak markas yang berada paling ujung membuat jarang ada yang tahu tentang markas tersebut yang memang terkesan sangat tersembunyi dan hanya ada beberapa penduduk yang lewat dan anak-anak yang bermain didekat markas tersebut.
Terlihat beberapa tentara tengah membersihkan area sekitar markas.
membersihkan senjata dan tentara lainnya berjaga di pintu masuk dan disetiap penjuru dengan peralatan senjata lengkap dan juga baju yang anti peluru Markas Inti FBI.
"Kata PBB tim kesehatan akan segera didatangkan kesini" kata Nino.
"Kapan mereka akan datang?" tanya Sean.
"Mungkin sekitar 1 minggu lagi. Rumah sakit yang diutus masih belum mengirimkan nama-nama tim kesehatan yang akan datang"
"Kenapa PBB yakin memilih rumah sakit itu jika mereka sama sekali tidak dengan cepat memberikan nama-nama tim kesehatannya" kata Anna.
"Kata Ketua Rumah sakit itu.. dia masih memilih dokter terbaiknya" kata Elvin.
"Aku harap mereka membawa dokter terbaik disini.. dan tentunya dokter yang siap akan tugas ini" kata Kai.
Sementara itu, Quen keluar dari ruangannya dan ia hendak pulang namun justru ia melihat Devano yang datang padanya dan ia baru ingat jika ia ada janji dengannya.
Akhirnya Quen pergi makan malam bersama dengan Devano, Devano mengajak Quen kesebuah restaurant mewah dan disini juga sangat romantis.
"Kau mau pesan apa?" tanya Devano setelah mereka duduk.
"Aku pesan Green tea saja"
"Hanya itu?"
"Iya.. aku sedang tidak ingin makan"
"Baiklah"
Mereka menunggu makanan yang dipesan.
"biasanya kau makan malam dengan siapa?" tanya Devano.
"Aku makan malam sendiri"
"Benarkah? Jika kau kesepian kau bisa menghubungiku" kata Devano dan membuat Quen menaikan alisnya.
"Dokter Quen sebenarnya.. aku sangat kagum padamu.. kau sangat cantik dan selain itu kau juga sangat pintar dan hebat kau merupakan tipe idealku" kata Devano yang sukses membuat Quen heran.
"Maksud Anda apa ketua?"
"Begini. kau pasti tau jika.. aku.. aku tertarik padamu"
"Apa?" kata Quen kaget.
"lya.. apa kau mau memulai sebuah hubungan denganku?" tanya Devano langsung dan sukses membuat Quen kaget la diam dan menatap aneh kearah pria didepannya yang tengah menatapnya bertanya.
"Aku.. aku.. maafkan aku ketua.. tapi aku sudah punya seseorang dihatiku" kata Quen dan membuat Devano kecewa.
"Aku bisa memberikanmu apapun bahkan lebih dari orang tersebut" kata Devano
"Maaf Ketua.. aku bukan orang yang gila harta" kata Quen hendak pergi namun Devano menahan tangannya.
"Jika kau menolakku.. maka kau akan menyesal" kata Devano.
"Aku tidak pernah menyesal dengan apa yang aku putuskan" kata Quen dan melepas paksa tangannya dari Devano lalu pergi dengan kesal membuat Devano menatap Quen dengan marah.
"Kau akan menyesal" kata Devano dan Quen tidak peduli hal itu sama sekali dan dia memilih pergi meninggalkan restoran tersebut.
"Sial. Seharusnya tidak aku terima sejak awal" kata Quen dan begitu kesal dan dia tahu sepertinya dia akan mendapatkan masalah karena menolak ajakkan kencan darinya.
Quen hari ini datang kerumah sakit dengan agak takut setelah apa yang ia lakukan pada ketua rumah sakit ini.
Dengan hati-hati Quen masuk keruangannya untuk meletakan tasnya menghindari agar dia tidak bertemu dengan Devano dan beberapa perawat, dokter juga staff dan pengunjung rumah sakit menatap aneh pada dokter terbaik Korea itu.
Quen mengabaikan tatapan mereka dan sebisa mungkin yang dia pikirkan sekarang adalah bersembunyi dari ketua rumah sakit itu.
Quen memakai jas dokternya dan juga dengan sebuah stetoskop yang melingkar di lehernya. Ia langsung menuju keruang pasiennya dan memeriksa pasienya pagi ini setelahnya dia mengikuti sebuah rapat.
Quen hari ini akan ada rapat dan sebelum itu ia makan siang terlebih dahulu dan ia dibuat heran karena tidak melihat satupun teman-temannya dikantin.
"Bibi mau tanya sebenatar" kata Quen pada pelayan kantin.
"Ada apa Dokter Quen?"
"Kemana teman-temanku?"
"Mereka belum ada yang makan siang sejak tadi"
"Makasi Bibi"
"Sama-sama dokter Quen"
Bersama dengan dokter lainnya sudah tiba diruang rapat rumah sakit. ia memilih untuk duduk paling belakang dekat dengan Vio agar ia tidak terlalu dekat dengan Devan.
"Aku sudah pasrah sekarang" kata Jeno putus asa.
"Kau benar. aku akan persiapkan diriku untuk tinggal disana selma 7 bulan ini" kata Satria.
"Aku bahkan sudah menyiapkan semua perlengkapanku" kata Jeno dengan senyum yang ia paksakan.
Sementara Quen hanya menatap iba pada sahabat-sahabatnya ini Devano masuk dan seketika smeuanya diam.
Quen memilih sibuk dengan buku catatan yang ia pegang.
"Selamat siang semua"
"Siang"
"aku sudah memutuskan dengan para direksi yang lainnya dan kami sudah memutuskan akan ada 4 orang dokter dan 6 perawat dan 2 farmasi yang akan berangkat kesana dan mereka yang terpilih diharapkan mampu bekerja dengan sangat maksimal dan tunjukan kualitas dari rumah sakit ini. jangan sampai kalian membuat nama rumah sakit ini menjadi jelek.. lakukan yang terbaik.. mengerti!"
"Baik Direktur"
"Bagus. Perawat yang akan berangkat kesana adalah" Devano melihat mereka semua satu per satu dimana semuanya menampilkan wajah lesu mereka semua Kafa, Beno, Jevan- Arsen, Acha, Bella.
Ke 6 perawat tersebut menundukan kepalanya dengan wajah lesu.
"Semangat kalian" kata Quen menguatkan sahabatnya.
"Jangan tampilkan wajah lesu kalian" kata Devano dan membuat mereka kembali tegak.
"Buktikan kalian orang yang bisa diandalkan disana. jangan buat malu rumah sakit kita"
"Baik Ketua" kata mereka semua Devano mengambil Map warna silver dan membukanya.
"Lalu untuk Farmasi yang datang kesana ada 2 orang yang nantinya akan membantu kesehatan.. Farmasi yang akan berangkat kesana"
"Gavin dan Aksa" kata Devano.
"apa apa an dia" kata Gavin kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Soraya
ku ksh vote thor
2024-04-04
0
&-miss chan-&
Jangan lupa update yaa, ini fan berat nih
2024-02-01
1