2 KINGDOM
Tahun 1521.
“Nona!!”
Seorang pelayan bernama Arun datang ke kamar Irapanusa setiap jam 6 pagi untuk membangnkan Irapanusa. Sayangnya begitu tiba di kamar Irapanusa, anak gadis satu-satunya dari Kapita Lao* Kerajaan Na itu telah meninggalkan kamarnya tanpa memberitahu siapapun.
*Kapita Lao artinya panglima perang.
“Nona!!” Arun sekali lagi memanggil Irapanusa sembari mengecek seluruh kamar Irapanusa dan lagi-lagi … Irapanusa menghilang. Arun sebagai pelayan Irapanusa, panik dan langsung memanggil pengawal di rumah untuk mencari keberadaan Nona Irapanusa.
Di sisi lain.
“Bidik dengan baik sasaranmu, rasakan angin yang bertiup dan ketika kamu sudah merasa angin tidak akan menghalangi ujung panahmu, lepaskan panahmu!”
Sejak pagi buta-matahari belum terlihat, Irapanusa yang tidak bisa tidur, memilih untuk keluar dari kamarnya menuju ke lapangan belakang di mana beberapa pasukan kerajaan kadang berlatih. Di sana … Irapanusa mengambil busur dan panah dan mencoba memanah dengan mata tertutup.
Syuttt!!
Beberapa anak panah yang dilepaskan oleh Irapanusa berhasil mengenai bagian tengah target dan sisanya hanya meleset sedikit dari bagian tengah targetnya.
Sepertinya latihanku masih kurang!! Irapanusa membatin ketika melihat beberapa anak panahnya yang masih belum tepat mengenai target sasaran.
Huft!! Irapanusa menghela napas sejenak sebelum akhirnya mengambil anak panah dan bersiap untuk menembakkan anak panah tersebut dengan busurnya. Syutt!!
Kali ini … anak panah itu menancap tepat di bagian tengah sasaran dan terdengar bunyi tepuk tangan dari kejauhan.
Prok, prok!!
Menyadari ada penonton ilegal yang sedang menonton latihannya, Irapanusa berbalik dan menatap tajam ke arah penonton itu. Tapi ketika berbalik, Irapanusa menemukan seseorang yang dikenalnya dengan baik: Dawan.
“Dawan!” Irapanusa yang tadinya ingin memberikan tatapan tajam seolah ingin membunuh kepada penonton ilegalnya, langsung mengubah raut wajahnya dan memasang senyumannya. Dawan adalah teman baik Kakak Irapanusa yang meninggal setahun lalu dan sekarang menjadi ahli strategi bersama dengan ayahnya yang duduk di jabatan Kapita Lao.
“Kukira kamu akan membunuhku dengan tatapan tajam itu, Ira!! Kenapa tiba-tiba mengubah rautmu dan memasang senyum ketika melihatku??” Dawan berjalan mendekat ke arah Irapanusa lengkap dengan senyum menawannya.
Dawan bersama dengan Kakak Irapanusa-Gasa, adalah beberapa pria yang jadi incaran para gadis di Kerajaan Na. Bahkan anak-anak gadis keturunan Sultan* juga berebut untuk menarik perhatian Dawan dan Gasa dikarenakan wajah Dawan dasn Gasa yang tampan dan juga sudah memberikan kontribusi yang besar untuk Kerajaan Na di usia muda. Terlebih lagi … Dawan dan Gasa dua tahun berturut-turut memenangkan kompetisi tahunan antara Kerajaan Na dan Kerajaan Re yang membuat banyak gadis semakin mengagumi Dawan dan Gasa.
*Sultan adalah posisi tertinggi dalam kerajaan Na dan Re, sebutan lain untuk Raja.
Sayanganya … Gasa meninggal hampir setahun lalu dalam perang dan membuat banyak gadis patah hati dengan kematiannya.
“Ha ha ha!! Kalau orang lain yang datang, mungkin aku akan melakukannya. Tapi yang datang adalah kamu, Dawan, jadi aku mengurungkannya.”
Dawan tersenyum melihat tangan Irapanusa yang sedikit terluka karena terus menarik busur untuk melepaskan anak panah. “Sebagai seorang wanita, tidakkah kamu terlalu bekerja keras berlatih panah, Ira??”
Dawan mengambil sapu tangannya dan membalut luka di jari Irapanusa dengan sapu tangan miliknya.
“Apa aku tidak boleh melakukannya??” tanya balik Irapanusa.
“Pelayanmu sekarang sedang bingung mencarimu karena kamu menghilang dari kamarmu dan ternyata … kamu ada di sini berlatih panahan seorang diri. Kalo Kapita Lao tahu, kamu mungkin akan dihukum, Ira!!” Setelah membalut tangan Irapanusa yang terluka, Dawan melepaskan genggaman tangannya di tangan Irapanusa.
“Ya setelah ini aku akan kembali!” Irapanusa mengangguk sembari membereskan bxzur miliknya dan bersiap untuk kembali.
“Kenapa kamu berlatih sangat keras, Ira??” Sebelum Irapanusa keluar dari lapangan latihan, Dawan bertanya pada Irapanusa mengenai kegiatannya setelah Gasa meninggal. “Apa yang membuatnu berlatih sangat keras, Ira?? Sultan … sudah menghadiahimu pernikahan dengan anak dari Kapita Lao dari Kerajaan Re, kudengar dia adalah pria yang hebat. Harusnya … kamu merasa senang. Tapi kenapa aku sama sekali tidak melihatmu merasa senang??”
Irapanusa tadinya ingin terus berjalan pergi tanpa menjawab pertanyaan Dawan. Akan tetapi setelah kehilangan Gasa-kakak kandungnya, Dawan lah satu-satunya orang yang dekat dengan Irapanusa. Dawan jugalah yang selalu melindungi Irapanusa dari kekesalan ayahnya. Jadi Irapanusa berpikir tidak ingin merahasiakan niat dan rencana yang sudah dibuatnya setelah Gasa meninggal.
“Aku tidak mau menikah! Ibuku sudah meninggal sejak kecil, Gasa sudah pergi hampir setahun lalu dan jika aku pergi juga, maka ayahku akan seorang diri di sini! Aku tidak bisa melakukan hal itu!!” Irapanusa menjelaskan.
“Lalu apa yang akan kamu lakukan, Ira?? Pernikahanmu itu, Sultan sendiri yang mengaturnya karena sayang padamu dan juga sangat berterima kasih dengan ayahmu dan Gasa. Kamu tidak mungkin bisa menghindari pernikahan itu, Ira!!”
“Ada satu cara, Dawan.” Irapanusa menawab tanpa menoleh melihat Dawan.
“Jangan bilang kamu akan ikut-“ Dawan dengan cepat menebak apa yang direncanakan oleh Irapanusa setelah kematian Gasa.
“Ya, Dawan!! Aku akan kut kompetisi itu hanya agar aku tidak menikah dengan anak Kapita Lao dari Keraaan Re dan tetap di sini bersama dengan ayahku!” Dawan berjalan cepat menuju ke arah Irapanusa dan berniat untuk membujuk Irapanusa dengan ucapannya. Sayangnya sebelum melakukan itu, Irapanusa lebih dulu membaca niat Dawan. “Jangan hentikan aku, Dawan!! Aku mengatakan ini karena aku sudah menganggapmu sebagai kakak sama seperti Gasa!! Kamu tahu dengan baik, sekarang aku hanya punya ayah dan kamu!! Jika aku pergi menikah dengan anak dari Kapita Lao dari Kerajaan Re, aku akan kehilangan kalian berdua! Aku tidak mau kehilangan lagi, Dawan! Aku tidak mau merasakan kehilangan lagi!!”
“Tapi Ira!! Kompetisi itu hanya bisa diikuti oleh pria! Kamu wanita!! Kamu tidak akan bisa bertahan mengikutinya!!”
Huft!! Irapanusa tahu Dawan bicara begitu karena merasa khawatir padanya, tapi … Dawan tetaplah Dawan: kakak kedua Irapanusa yang selalu lebih mengkhawatirkannya dibandingkan dengan Gasa-kakak kandungnya.
“Percaya padaku, Dawan!! Aku punya cara dan aku pasti bisa menang nantinya!!”
Dawan ingin bicara lagi, tapi Arun-pelayan Irapanusa datang dan langsung berteriak memanggil Irapanusa.
“Nona!!!” Arun berlari sekuat tenaga menghampiri Irapanusa dengan wajah lelah dan napas yang tersengal-sengal karena sudah mencari Irapanusa satu jam yang lalu. “Nona ke mana saja?? Kenapa setiap pagi selalu begini? Menghilang begitu saja tanpa memberitahuk?? Apa Nona ingin saya dihukum oleh Tuan besar??”
Mendengar banyak pertanyaan keluar dar mulut Arun-pelayannya, Irapanusa langsung mengangkat tangannya dan menutup rapat dua bibir Arun agar tidak bicara lebih dari ini. “Sudah, sudah!! Ayo kembali!! Aku lapar!!”
“Nona!!” Arun yang kesal langsung melepaskan tangan Irapanusa yang berusaha membungkam mulutnya untuk bicara. “Lain kali tolong bilang jika ingin pergi berlatih!”
Irapanusa yang sudah lelah mendengar omelan dari Dawan dan Arun, kemudian berjalan pergi sembari menutup dua telinganya setelah mengalungkan busurnya di punggungnya.
“Aku lapar, Arun!! Ayo kembali!! Sekarang juga!!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
adie_izzati
permulaan yg seru Thor👍👍.. semangat nulisny💪💪
2024-03-09
1