Ambar baru saja menuruni tangga menuju lantai dua selepas mengambilkan ponsel milik Lala. Kemudian ponsel sahabatnya itu berdering kencang sekali hingga membuat Ambar nyaris melempar benda pipih tersebut. Sambil mengelus dada, Ambar mengangkat pangilan video yang masuk dari seseorang yang kontaknya diberi nama "Angga Yunanda KW".
"Jemput gue sekarang di bandara atau gue gak akan pernah balik lagi ke Indonesia," ucap lelaki di layar ponsel Lala yang kemudian langsung menutup panggilan.
Respon pertama Ambar setelah panggilan tersebut sudah sangat jelas. Dengan tampang linglungnya, gadis itu berhenti berjalan di tengah-tengah koridor. "Aduh, lupa," ucap Ambar sambil menepuk jidat begitu tersadar apa yang terjadi.
Ambar berlari sepanjang koridor menuju kelasnya untuk segera menghampiri Lala yang ternyata sedang bergosip ria di pojok belakang kelas bersama setan-setannya SAIPTA. "Laaa! Lala!" teriak Ambar dengan napas yang masih iya-iya, enggak-engak kayak perasaan doi.
"Ada apa, Am? Manggil kanjeng ratu yang bener, dong. Masa manggil ratu teriak-teriak gitu?" jawab Marina salah satu setannya SAIPTA sekaligus manusia paling julid seantero sekolah.
"Lala mana?" tanya Ambar karena tidak bisa melihat wujud Lala yang tertutup makhluk-makhluk julid yang sedang berantusias mendengarkan bahan bergosip.
"Tuh, lagi menyediakan bahan bergosip," ucap Marina sambil menggeser sedikit tubuhnya agar wujud keberadaan Lala dapat terlihat oleh Ambar.
"Ya Allah, malah ghibah mulu. Kayak gak inget dosa aja," gerutu Ambar sambil berjalan mendekati Lala.
"Apa, sih, Am? Kayak gak pernah ngeghibah aja mbaknya," sahut Lala yang baru menyelesaikan ceritanya tentang seseorang yang sekiranya bisa dijadikan bahan perghibahan.
"Aku gak pernah ngeghibah, ya, ucup," sahut Ambar sengit penuh ketidak terimaan.
"Astaghfirullah, Ambar lupa diri, gengs. Kaca mana kaca?" kini giliran Tirani yang menyahut.
"Udah, diem semua. Kamu juga, Tin. Aku ada kabar genting buat Lala. Ayo, La," ucap Ambar kemudian menarik Lala untuk keluar kelas.
"Gak mau cerita di sini aja, Am? Siapa tau bisa dijadiin bahan ngeghibah." Masih suara Marina sang legend of julid.
"Gak!"
Begitu sampai di luar kelas, Ambar langsung menceritakan kejadian yang baru saja dia alami setelah menuruni tanga menuju lantai dua.
"Mampus. Yaudah, cabut sekarang jemput Angga. Ayo, ambil tas dulu." Kemudian Lala menarik Ambar untuk segera mengambil tas. Tetapi Ambar tidak sedikitpun mau bergerak dari tempatnya.
"Kan belum jam pulang, La," bantah Ambar.
"Jam kosong, Am. Satu jam pelajaran lagi juga bakal pulang. Santai aja."
🍒🍒🍒
Mobil yang disopiri Pak Ali—sopir pribadi keluarga Lala—melaju dengan mulus keluar dari bandara selepas menjemput Angga. Sedangkan lelaki itu sendiri masih mendiamkan Lala dan Ambar serta memilih untuk duduk di kursi depan, samping Pak Ali.
"Ngambekkan, mau sok imut biar Ambar terpukau?" sindir Lala yang gemas sendiri melihat kelakuan Angga.
"Nggak usah sok imut, Ang. Gak akan ada imut-imutnya. Sekali bertampang galak tetap akan bertampang galak sepanjang masa," sahut Ambar. Kemudian gadis itu tertawa terpingkal-pingkal padahal tidak ada yang lucu. Bahkan suasananya sampai membuat Lala dan Angga kompak menatap aneh ke arah Ambar.
Sadar diperhatikan, Ambar menghentikan tawanya. Dia menatap Lala dan Angga secar bergantian dengan tampang bingung. Sedangkan kedua sahabatnya menatap Ambar dengan tatapan jengah. Tak berselang lama Angga melakukan rolling eyes kemudian mengalihkan pandangan ke depan.
"Padahal gak ada yang lucu," ucap Lala sebelum ikut mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Lah, pada ngapain, sih?" tanya Ambar dengan sok polos yang membuat Lala semakin mengelus dada, menahan diri sebisa mungkin agar tidak menonyor kepala Ambar.
Sedangkan Ambar justru mengendikkan bahu kemudian mengalihkan pandangan pada jalan raya. Sesesaat sebelumnya Ambar sempat meelihat ke arah arloji yang sudah lewat lima belas menit sejak jam pulang sekolah. Tak berselang lama Ambar menguap, rasa kantuk mulai menyerangnya. Gadis itu sudah bersiap tidur, tapi matanya menangkap keberadaan seseorang di luar mobil.
Ambar memandangi seseorang tersebut sampai orang itu menghilang dari pandangan Ambar. Setelah itu, kedua sudut bibir Ambar terangkat, selengkungan senyum tampak terlukis indah. Kaca mata bulat, berbicara dengan aku-kamu, serta menggunakan sepeda sebagai kendaraan untuk bersekolah. "Kok, makin imut aja Kak Damar," gumam Ambar.
Ambar tidak bisa menolak pesona itu. Damar benar-benar memancarkan cahaya berbeda untuk ditangkap oleh retina kedua mata Ambar. Dia, diam-diam mengagumkan. Dia, diam-diam menakjubkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
asna
aku selalu gemes ama cowok pake kacamata
2020-09-04
1
Sang Putri Penakluk
so more😁
2020-05-11
1