"Please, Am," ucap Lala yang tidak henti-hentinya memohon sejak tadi. Gadis itu membujuk ambar yang sedang sibuk mengerjakan tugas matematika agar mau membantunya.
"Enggak mau. Aku lagi ngerjain tugas. Salah sendiri pakai acara bolos di rooftop. Sok-sokan banget." Ambar mencebikkan bibirnya kesal karena Lala terus saja meracau minta diambilkan ponselnya yang tertinggal di rooftop.
"Yaudah, temenin aja. Serius, Am. Gak bohong gue kalau di rooftop hawanya mistis. Awalnya yang gue kira rumor ternyata kenyataan." Ambar mengendikkan bahu acuh. Gadis itu sudah bertekad, tanpa penawaran yang menarik, dia tidak akan beranjak mengikuti kemauan Lala.
"Gue beliin es krim, deh." Setelah sesi mohon memohon yan gagal, dimulailah sesi tawar menawar.
"Berapa?" tanya Ambar.
"Satu doang, lah. Emang dipikir beli eskrim pakai daun mangga?"
"Mbak-mbak Indoapril yang suka jaga kasir juga tau kalau beli es krim pakai uang. Tapi terserah kamu aja, sih." Ambar kembali mengendikkan bahu, berpura-pura acuh. Padahal gadis itu rasanya sudah ingin ngiler saat mendengar kata es krim. Tapi tidak apa-apa, dengan begini pasti dia akan mendapat penawaran yang lebih menguntungkan, setidaknya menurut pemikiran Ambar sendiri.
"Yaudah, terserah lo aja mau beli berapa. Tapi ambilin hp gue di rooftop." Ambar tersenyum lebar kemudian ngibrit pergi setelah sempat mengacungkan jempol pada Lala yang akhirnya bisa bernapas lega.
Untuk menuju rooftop perlu melewati tangga menuju lantai dua yang jelas dipakai lalu lalang oleh anak kelas 12. Kemudian Ambar berbelok menuju deretan kelas dua belas. Di antara dua ruang kelas, terdapat tangga menuju rooftop. Suara berderit terdengar begitu Ambar membuka pintu yang menghubungkan rooftop dengan bagian dalam gedung sekolah.
Ambar mendapati suasana sangat sepi dengan angin lembut yang berhembus, membuat surai Ambar bergoyang-goyang. Baru saja Ambar akan melangkahkan kaki mencari keberadaan ponsel Lala, gadis itu justru melihat keberadaan seorang siswa berdiri di tepian rooftop yang tanpa pagar pembatas. Langsung saja Ambar berlari menghampiri siswa itu yang kemudian disusul suara berdebam.
"Kelihatan banget, sih kalau dia memang ambisius."
"Iya. Tapi menurut gue justru aneh." Ambar mengerutkan dahi setelah mendengar jawaban Lala.
"Aneh gimana? Justru bagus, dong. Itu tandanya dia gak mager-mageran buat belajar. Kalau yang rajin disebut aneh, terus normal itu yang tiap harinya cuma main hp sambil rebahan kayak kita?"
Lala berdecak kesal karena Ambar tidak paham maksud ucapannya. Sebenarnya bukan hanya Ambar yang kadang tidak mengerti maksud ucapan Lala, karena banyak juga yang kadang tidak paham maksud ucapan Lala yang memang belibet dan kadang setengah-setangah kayak ngasih petunjuk teka-teki. "Maksud aneh itu karena di zaman sekarang saat banyak anak-anak cowok lebih milih main game saat ada waktu senggang, Damar justru habisin waktunya sama angka-angka yang bikin mumet. Pasti ada tuntutan yang besar di balik semua itu."
"Kak Damar ngapain sih pakai berdiri di pinggir kayak gitu? Gak usah main-main, deh. Nyawa Kak damar itu cuma satu, jangan dibuat bercanda," teriak Ambar kesal setelah sempat terdiam beberapa saat dalam posisi terduduk.
Tanpa mempedulikan pantatnya yang terasa nyeri, Ambar sangat mengkhawatirkan Damar yang nyaris menapakkan kakinya ke pada udara kosong. Tetapi yang dikhawatirkan justru tidak bereaksi baik. "Nyawaku bukan urusanmu."
Kemudian Damar beranjak dari jatuh terduduknya, berjalan menuju pintu masuk gedung sekolah. Tetapi Ambar tidak diam saja. Gadis itu pun segera ikut beranjak dari posisi jatuh terduduknya. Dengan memegangi bagian belakang baju Damar, Ambar berhasil menghentikan laju langkah lelaki itu.
"Nyawa Kakak memang bukan urusanku. Tapi kalau Kak Damar lompat dari atas gedung ini di depan mataku, jelas itu menjadi urusanku. Mungkin Kakak gak punya lagi rasa kemanusiaan terhadap diri Kakak sendiri, tapi aku masih punya rasa kemanusiaan terhadap orang lain." Tetapi dengan keacuhan yang tetap tegak berdiri, Damar meningalkan Ambar begitu saja seolah apa yang gadis itu ucapkan sangat tidak penting.
Sedangkan Ambar hanya bisa menahan rasa kesal yang sudah mendidih di dalam hatinya. Setelah sempat mendengus kesal, Ambar kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda. Jika Ambar tidak berhasil kembali dengan ponsel milik Lala, bisa bisa gagal es krim gratisnya.
Ah, memikirkan es krim membuat Ambar kembali mendapatkan suasana hati yang baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
asna
gue ngakak pas baru loading abis maret april jadilah indoapril 🤭🤭🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2020-09-04
1
Tehyungg
Indoaprill sekalian aj mbak namanya di ganti jadi Indomei😆
2020-06-19
4
Sang Putri Penakluk
serem banget kalo sempat jatuh.
2020-04-21
2