Jam 6 pagi aku sudah di jemput oleh Dila, kita langsung ke salon untuk berdandan. Kata Dila, aku dan Dila kebagian menjadi pagar ayu di acara nikahan Desy.
"Nggak sekalian jam 4 subuh kamu jemput aku Dil"
"Yaelah put, demi temen ini, lagian kemarin kamu setuju mau temenin aku kan"
"Iya iya"
Kami pun duduk di bangku yang di sediakan salon, tak lama mince ( pemilik salon ) datang.
"Hai ladies ladies, pagi pagi udah ke salon aja" ucapnya dengan gaya lemah gemulai. Salon mince adalah salon langganan kami, mau potong rambut, ganti warna sampai mau lurusin rambut pun kami ke salon mince, mince mempunyai perawakan tubuh yang besar dan kekar, mirip binaraga. Wajah mince Sebenarnya tampan. Sangat di sayangkan dia memilih jalan yang berbeda.
"Mau ke acara nikahan si Desy ce" jawabku.
"Weee di Desy da nikah" tanya mince
"Iya ce, awas kalau komentar kenapa Desy udah nikah, sedangkan aku belum" ucap Dila, dia agak sensitif dari kemarin.
"Ih... siapa yang mau komentar say, nikah tuh bukan balapan, nanti kalau kamu kamu semua ini udah datang jodohnya, pasti nikah kok" mince berkata bijak.
"Coba semua orang pikirannya kayak kamu ce, pasti aku nggak bakalan stres kayak gini" ucap Dila dengan mata menerawang, aku menatap sahabatku dengan hati yang perih. Sebagai teman seperjuangan yang mempunyai nasib yang sama, aku jelas bisa merasakan kegalauan hatinya.
Satu jam kemudian kami pun selesai di make,up. Kami langsung berangkat ke tempat acara di mana pernikahan di laksanakan. Pernikahan Desy di laksanakan di sebuah gedung yang berada di hotel terbesar di kota kami.
.............
Sejak acara di mulai, aku dan Dila sudah seperti cacing kepanasan, bergerak kesana sini, tak nyaman memakai kebaya, kain panjang dan rambut yang di sanggul. Biarpun sanggulku tak seheboh sanggul Dila, tetap saja kepalaku rasanya gatal semua. Di tambah dengan sandal berhak tinggi ini, ingin rasanya sandal ini ku lempar jauh jauh, untuk perempuan yang sedari kecil tomboy, berdandan seperti ini sungguh menyiksa jiwa dan raga.
Sepanjang acara, banyak kameramen yang berseliweran menenteng kamera untuk mengabadikan momen, pernikahan ini memang megah dan mewah, semua itu karena Desy anak orang berpunya, begitupun dengan keluarga suaminya.
Tapi salah satu di antara kameramen itu, laki laki berambut pendek, bertubuh tinggi dan gagah, memakai kemeja batik lengan panjang berwarna biru navy, dia sering mengarahkan kameranya kepadaku. Awalnya aku kira dia mengambil gambar di sekitarku, tapi setelah aku perhatikan. Laki laki itu memang tengah mengambil fotoku dan Dila.
"Eh Dil, tuh tukang shooting kok ngarahin kamera ke kita sih"
"Mana sih put"
"Tuh, pojok kiri pakek baju batik biru navy"
Dila pun mencari cari kameramen itu.
"Oh yang itu, Yaelah put nggak usah GeEr, itu emang kerjaan dia ambil ambil gambar"
"Bukan GeEr tau, udah berkali kali dia ambil foto kita"
Dila menatapku heran.
"Apa dandanan kita ada yang aneh ya Dil" tanyaku, siapa tau dandananku dan Dila berubah jadi aneh dan memancing perhatian orang lain.
"Nggak kok, dandanan kita nggak aneh"
Dila baru saja selesai bicara saat kameramen itu mendekat ke arah kami dan mengarahkan kameranya begitu dekat dengan kami, jelas sudah aku tidak GeEr, kameramen itu memang tengah mengambil gambarku dan Dila.
Aku langsung mundur selangkah saat kamera itu menghadap ke arahku, aku merasa tak nyaman dan malu di rekam. Tapi hal itu tak berlaku bagi Dila, dengan pedenya anak itu malah melenggak lenggok, bergaya di depan kamera, Dia tertawa lebar sambil mengangkat tangan dan melambai lambai pada kamera. Aku yang melihat itu sampai shyok.
"Dil, udah malu tau" Aku menarik tangan Dila untuk menjauh.
"Ih kenapa sih put, mumpung ada yang shooting aku tau, kan lumayan bisa ku pamerkan wajah cantikku pada semua orang, lagian kameramennya ganteng tauk" Dila mulai kecentilan.
"Tapi malu di lihatin orang Dil"
"Aish, bodoh amat, pokonya aku mau kesana lagi, nyamperin kameramen ganteng"
Belum sempat Dila pergi, punggungnya di tepuk oleh seorang ibu ibu, memakai seragam pernikahan yang sama seperti yang aku dan Dila pakai, sepertinya beliau masih kerabat Dila.
"Dil ikut budhe kebelakang" ucapnya, benarkan dia adalah saudara Dila.
"Kemana budhe"
"Udah ikut aja, nurut" Perintah budhenya, sambil menarik tangan Dila. Mengajaknya pergi.
"Sebentar ya mbak Putri, dilanya Budhe Bawak dulu ke belakang"
"Iya budhe" jawabku sambil tersenyum. Ku lihat wajah Dila berubah masam, entah kenapa.
Saat aku memperhatikan wajah Dila yang setengah hati mengikuti budhenya, tiba tiba seorang laki laki mendekat ke arahku.
"Hai, kamu Puput ya" tanyanya padaku.
"Iya" jawabku singkat, siapa orang ini, kenapa dia tau namaku.
"Kamu lupa ya sama aku"
"Em..maaf tapi mas siapa ya, apa kita pernah bertemu atau kenal sebelumnya" Aku sungguh tak tau siapa sebenarnya laki laki yang kini berdiri di sampingku, semakin aku ingat ingat aku semakin lupa.
Ketika laki laki itu membuka mulut untuk menjelaskan siapa dirinya, Dila kembali sambil berteriak di depanku.
"Woiii put, ayok ikut aku" teriaknya.
"Hah, kemana?"
Dengan cepat Dila menarik tanganku.
"Mas maaf ya, Puput aku pinjam dulu, keadaan mendesak ini, gawat darurat" ucap Dila pada laki laki itu, lalu dia segera membawaku pergi.
(dasar Dila, padahal sedikit lagi aku bakalan tau siapa laki laki itu, sungguh aku penasaran siapa dia sebenarnya, mengapa dia sampai tau namaku)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments