Kedatangan Bu Broto

"Assalamualaikum" Lamunanku tentang mbak Yanti buyar, Seorang ibu ibu berdiri tepat di depan gerbang ku, memakai gamis merah dan kerudung merah, penggunakan perhiasan yang banyak. Tak salah lagi, dia Bu Broto kawan ibuku.

"Waallaikumsalam Bu, Monggo masuk Bu" ucapku.

"Eh iya makasih Lo mbak"

"Bu Broto cari ibu? Ibu lagi nggak di rumah Bu, baru saja berangkat ngajar"

"Oh enggak kok mbak, saya kesini malah cari mbak putri"

(Hah ada apa gerangan Bu Broto mencari ku)

"Monggo duduk dulu Bu, saya buatkan minum. Biar ngobrolnya enak"

"Udah Ndak usah, mbak putri sini aja duduk sama saya" ucapnya sambil menepuk bangku di sebelahnya.

Aku pun menurut dengan perasaan yang tak enak, seperti sebelum sebelumnya. Jika Bu Broto sudah begini, berarti dia ingin mencarikan aku jodoh.

"Begini Lo mbak, sebelumnya mbak putri jangan salah paham dan tersinggung ya. Maksud kedatangan saya kesini itu mau mengenalkan keponakan jauh saya sama mbak"

(Lah kan bener)

Aku diam saja tak menjawab, hanya tersenyum simpul menghargai.

"Namanya Dayat mbak, Anaknya lumayan mbak, ganteng enggak jelek juga enggak, tinggi enggak pendek juga enggak mbak, terus kaya enggak miskin juga enggak. Sedang sedanglah pokoknya. Dia punya usaha peternakan sapi mbak, rumahnya daerah Sempu sana, mbak tau kan daerah Sempu. Itu Lo deketnya pasar sapi"

Aku hanya mengangguk angguk tersenyum.

"Usianya udah 38 tahun mbak, pas lah sama mbak kan ya, umur mbak berapa?"

(Ya ampun lagi lagi umur, dosa nggak ya kalau aku bilang umurku 18 tahun)

"28 tahun Bu" aku orangnya jujur.

"Lah itu, itu wes cocok buat nikah. Wes waktunya buat menikah, bukan apa apa ya mbak, kalau perempuan sendirian terlalu lama itu nggak baik mbak, apalagi soal keturunan, takutnya kalau lama lama nggak nikah nanti susah kalau mau punya anak"

(oke perbincangan mulai ke arah yang sensitif)

"Kok mbak diam aja to, gimana mbak mau apa Ndak sama keponakanku. Dia udah tak kasih nomernya mbak putri loh.

(lah kok main kasih kasih aja Bu) ingin rasanya aku berkata seperti itu, tapi aku ingat tak akan sopan berbicara seperti itu pada Bu Broto, apa lagi beliau adalah teman akrab ibuku. Saat bapakku meninggal, Bu Broto lah yang menguatkan ibu dengan caranya sendiri, mulai dari menginap seminggu di rumah, mengajak ibu jalan jalan, mengajak ibu untuk ikut senam dan yang terkahir mengajak ibu naik gunung. Yang terkahir jelas aku tidak setuju, usia mereka sudah mengkhawatirkan untuk naik gunung.

"Iya Bu, saya pikirkan dulu" jawabku hati hati.

"Lah apanya to mbak yang mau di pikirkan. Udah to mau mau aja gitu loh hahahaaa, kebanyakan mikir nanti di ambil orang Lo.."

Aku hanya meringis, haduh siapapun tolong aku dari keadaan ini. Bukannya aku pemilih, tapi sesuai dengan pengalamanku di jodohkan oleh Bu Broto, semuanya tidak ada yang benar.

   Yang pertama bernama Imam, berumur 30 tahun. Dia pedagang tembakau di pasar baru, saat pertama bertemu dia tak berhenti berhenti merokok, sedangkan aku anti dengan asap rokok karena mempunyai penyakit asma sejak kecil. Alhasil di pertemuan pertama kita, Aku kumat dan di larikan ke UGD. Saat itu aku ingat sekali, Sisil yang membawaku ke rumah sakit dan dia hampir menonjok muka si Imam.

Yang kedua bernama Eko, laki laki berusia 37 tahun itu sangat kecil, pendek. Lebih pendek dari pada aku, dia punya usaha batako di desanya. Orangnya ramah dan lumayan baik, tapi sifat sombongnya ya Allah. Dia selalu sesumbar bahwa dia selalu jadi rebutan para gadis di desanya, cemburuan pula. Dia pernah marah marah karena aku bicara dengan teman SMP Ku, marah marahnya juga tak jelas. Aku tidak tahan, apalagi dia pendek, aku memang tak memilih soal fisik, tapi aku tak suka laki laki pendek karena aku sudah pendek, apa jadinya anakku kelak jika ibu dan ayahnya pendek.

Dan yang terakhir ini, aku tak tau lagi akan di kenalkan dengan siapa.

"Tin..Tin..Tin..."

Aku segera membuka gerbang depan, aku hafal betul suara klakson ini, suara klakson dari sepeda Dila.

"Dil masuk Dil, ada Bu Broto di dalam"

"Hah mau jodohin kamu lagi ta"

"Iya"

"ayok masuk"

"Ya ayok"

"Assalamualaikum" ucap Dila.

"Waallaikumsalam eh mbak Dila" Bu Broto memang kenal semua temanku, apa lagi Sisil dan Dila.

Aku lalu mentoel lengan Dila sebagai kode.

"Put gimana, jadi nggak ke rumahnya Sisil?" Dila langsung mengerti dengan kodeku.

"Eh iya, sekarang ya. ya ampun aku lupa" ucapku belagak blo,on. Sumpah bukannya aku tak menghargai orang tua, tapi aku sungguh tak nyaman jika Bu Broto membahas terus terusan tentang perjodohan.

"Kalian mau pergi ta?" tanya Bu Broto.

"Hehehe iya Bu, tapi kalau ibu mau disini nungguin ibu saya pulang juga Ndak papa, Santai saja Bu, anggap rumah sendiri" ucapku basa basi.

"Loh ya enggak to, nggak sopan itu namanya. Masak tuan rumah nggak ada saya malah ada disini"

"Ya sudah, saya pamit dulu ya mbak Putri, mbak Dila. Oh ya mbak Putri, nggak usah kebanyakan mikir lagi. Siapa tau yang kali ini beneran jodohnya mbak" ucapnya.

"Iya Bu" jawabku sambil tersenyum kaku.

"salam sama ibumu ya, Assalamualaikum"

"Waallaikumsalam" ucapku dan Dila bebarengan.

Saat Bu Broto sudah pergi, aku langsung duduk bersender di sofa, berusaha menenangkan pikiran dan hatiku.

"Beneran mau di jodohin lagi? Tanya Dila.

Aku hanya mengangguk, aku tak ada tenaga lagi untuk bicara. Hancur sudah pagiku yang cerah dan indah.

"Tumben kesini pagi pagi Dil, emang nggak kerja ta"

"Libur, aku kesini karena mau ajak kamu besok put"

"Kemana"

"Kondangan ke rumah saudaraku, lebih tepatnya sih rewang (membantu keluarga/tetangga yang sedang hajatan)"

"Siapa yang punya hajat?"

"Desi, anaknya pamanku, dia nikah"

"Oh ya, si Desi anak kampung sebelah bukan, yang bulan lalu lamaran kan?" Aku memastikan, aku tau Desy karena dia sering di ajak main ke rumahku oleh Dila, bahkan di acara lamaran Desy, aku juga di ajak oleh Dila.

"Iya, bener banget"

"Ah enggaklah, aku malu Dil, aku kan nggak kenal kenal banget sama dia, nanti takutnya aneh kalau aku ikutan rewang"

"Aduh, enggak kok put, enggak bakalan, semua juga tau kok kalau kamu tuh temen aku"

"Haduh enggak deh"

"Ayolah put, nggak kasihan ta sama aku, masak aku harus melewati ini sendiri"

"Sendiri gimana?"

"Ya lihat Desy sama di Bagas jadi pengantin, mereka yang baru berumur 20 an aja nikah, aku yang mau kepala tiga malah nggak nikah nikah, males banget aku dengerin ocehan para Tante Tante dan omku"

"Ya nggak usah di dengerin Dil, anggap aja angin lalu, kita kan emang udah sering dapat perlakuan kayak gitu, jangan kagetlah"

"Ihhh kamu nggak ngerti sih, gimana rasanya jadi kakak pertama yang punya adik banyak, mana adik kelima ku di Lilian, kemarin Bawak cowoknya ke rumah masak"

"Masak si lili udah punya cowok"

"Ya udahlah"

"Bukannya baru lulus SMP, baru kelas satu SMA kan?"

"Iya, tapi dia udah punya cowok, mana cowoknya tentara pula"

"Widi....incarannya yang berseragam bos, pinter juga si lili"

"Tau nggak, ibuku langsung marah marah sama aku, waktu lili bawa cowoknya ke rumah"

"La kok marah marah sama kamu"

"Ya biasalah put, banding bandingin, bilangin suru cepet cari jodohlah, ini lah itu lah. Dan kamu tau yang paling bikin aku sebel tuh apa?"

"apa?"

"Ibuku tuh minta aku di kenalin sama temen temennya pacarnya lili, Sangat menyebalkan dan bikin malu, aku nggak habis fikir sama pikiran ibuku"

"Astaghfirullah segitunya Lo ibumu, pengen kamu cepet nikah Dil"

"Lah ya itu, di tambah si Desy juga nikah. Habislah aku jadi bahan Bullyan keluarga, mangkannya ayok temenin aku ke nikahannya Desy"

Sebenarnya aku sungguh tak nyaman menghadiri pernikahan Desy, karena aku bukan saudara ataupun teman akrabnya. Aku hanya sekedar kenal dengan Desy, tapi melihat sahabatku yang kini frustasi, aku iyakan saja permintaan Dila untuk menemaninya ke nikahan Desy.

"Iya wes lah, aku temenin"

"Aahh baik banget si boncel ini" Dila langsung memelukku erat, sangat erat sampai aku terbatuk batuk kehabisan nafas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!